Sukses

Resep Bertahan Hidup Sampai Usia 100 bagi Penderita Penyakit Akut

Menderita penyakit kronis bukan berarti umur kita lebih pendek. Ada sejumlah hal yang bisa membuat kita bertahan hidup lebih lama.

Liputan6.com, Jakarta Penderita penyakit akut seperti kanker, stroke, HIV/AIDS, gagal ginjal, jantung dan lainnya umumnya berasumsi bahwa umur mereka jauh lebih pendek dibandingkan orang yang sehat.

Seorang dokter sekaligus peneliti yang telah menghabiskan bertahun-tahun mempelajari ilmu terkait penuaan di Boston University New England Centenarian Study, Thomas Peris, tidak setuju dengan asumsi yang selama ini menghantui para pengidap penyakit kronis itu.

Melalui bukunya yang berjudul Living to 100, Lessons in Maximizing Your Potential at Any Age, Peris mengungkap fakta bahwa siapa pun bisa bertahan hidup hingga usia 100 tahun terlepas dari penyakit apa pun yang dideritanya.

Dalam buku tersebut ia juga menjelaskan hal-hal yang patut diperhatikan dalam kehidupan sehari-hari yang bisa membantu seseorang bertahan hidup lebih lama dan tidak dibatasi oleh keberadaan penyakit dalam tubuhnya.

Peris menjelaskan dalam bukunya, jika seorang penderita penyakit akut ingin hidup lebih lama, ia harus mulai menjadi seorang vegetarian atau setidaknya lebih sering mengonsumsi sayur-sayuran dan makanan bernutrisi lainnya.

Lalu, ia harus lebih niat berolahraga setidaknya dua kali seminggu. Tidak harus pergi ke gym, cukup latihan gerakan sederhana di rumah yang bisa menghasilkan keringat.

Kemudian ia harus menghindari rokok dan minuman beralkohol. Bagi perokok dan peminum, dianjurkan untuk berhenti total. Hindari berada di sekitar orang yang merokok juga menjadi suatu keharusan agar tidak menjadi perokok pasif.

Selain ketiga hal itu, ia juga harus lebih banyak menghabiskan waktu dengan keluarga dan orang-orang yang membawa dampak positif pada hidupnya untuk membantunya menangani situasi stres lebih baik.

“Penyakit akut itu bukan berarti penderita hidupnya menjadi lebih singkat. Itu semua tergantung apa yang dikonsumsinya, frekuensi berolahraganya, niatnya menjauhi zat-zat beracun dan positif atau tidak berpikirnya. Inilah yang sebetulnya jadi penentu panjang atau pendek umur seseorang,” ungkap Peris, seperti dikutip Everyday Health, Kamis (9/2/2017).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini