Sukses

Benarkah Antibiotik Jadi Penyebab Seseorang Alami Mimpi Buruk?

Obat antibiotik tertentu bisa memicu terjadinya mimpi buruk.

Liputan6.com, Jakarta Studi kasus berjudul Erythromycin Induced Nightmares, yang diterbitkan di Journal of Neurogastroenterology and Motility mengangkat permasalahan wanita yang mengalami mimpi buruk setelah diresepkan antiobiotik tertentu. Studi kasus yang dirilis Moller, M Aziz, Q, dan Juel, J pada tahun 2016 ini melibatkan seorang wanita berusia 19 tahun yang memiliki gangguan pencernaan akibat otot yang lemah di perut sehingga memperlambat gerakan makanan dari lambung ke usus kecil.

Gejala gangguan berupa muntah dan mual, wanita ini kemudian diresepkan antibiotik. Antibiotik yang diresepkan bernama eritromisin, yang berfungsi mengobati gangguan pada lambungnya. Antibiotik eritromisin sering digunakan mengobati infeksi bakteri dan pernapasan, seperti radang. Terkadang digunakan selama kehamilan untuk mencegah radang pada bayi baru lahir dan dianggap aman digunakan selama kehamilan dan menyusui.

Setelah minum antibiotik ini, mual pada pasien mulai berkurang tapi pasien menderita efek samping yang aneh. Pasien wanita ini mulai mengalami mimpi buruk sebanyak tiga malam sampai tujuh malam per minggu. Padahal ia belum pernah bergumul dengan mimpi buruk sebelumnya dan tidak punya riwayat penyakit psikologis.

Mimpi buruk begitu mengganggu sehingga pasien menolak melanjutkan pengobatan selama tiga minggu ke depan bahkan setelah gejala lambungnya kembali. Tidak tahan akibat gejala lambung yang diderita, ia kembali mencoba minum obat dan mimpi buruk pun segera muncul kembali, sesuai ditulis dari Psychology Today, Senin (6/2/2017).

Untuk mengurangi mimpi buruk, pasien diresepkan antibiotik baru bernama azitromisin. Azitromisin yang diberikan berhasil diobati gejala lambung tanpa memicu mimpi buruk.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Memengaruhi sistem saraf

Memengaruhi sistem saraf

Mimpi buruk akibat eritromisin pernah dilaporkan sebelumnya dalam studi kasus hampir 30 tahun lalu, yang menunjukkan wanita muda yang tidak punya riwayat penyakit psikologis diresepkan eritromisin untuk mengobati jerawat.

Pasien ini dilaporkan mengalami mimpi buruk tiba-tiba sebanyak dua malam per minggu setelah mulai pengobatan. Karena mimpi buruk ini menyebabkan ia menghentikan pengobatan.

Dari studi kasus tersebut, antiobiotik diketahui memengaruhi sistem saraf pusat, yang merangsang mimpi buruk. Obat lain, selain jenis antibiotik, terutama neurotransmitter (serotonin dan dopamin) telah dikaitkan dengan mimpi buruk melalui efek pada otak.

Neurotransmitter bekerja mengubah zat kimia pada otak sehingga obat ini digunakan pengobatan gangguan kejiwaan. Oleh karena itu, neurotransmitter akan memengaruhi kesehatan mental sehingga mimpi buruk termasuk efek samping yang mengejutkan.

Di sisi lain, antibiotik sering digunakan  meningkatkan aspek kesehatan fisik. Bagaimanapun seperti dua studi kasus yang dilaporkan, jenis antibiotik mungkin memiliki efek samping tidak langsung dan tidak sengaja memengaruhi sistem saraf pusat sekaligus memengaruhi bahkan bisa membahayakan kesehatan psikologis.

Jenis antibiotik lain juga dilaporkan mempunyai efek samping terkait sistem saraf pusat, termasuk ekspresi mimpi buruk yang tiba-tiba atau berkeringat di malam hari. Untuk itu, penting bagi Anda menyadari seluruh efek samping dari obat-obatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.