Sukses

Senyum Lebar Edward Akhirnya Bisa Jalan Tanpa Andalkan Kursi Roda

Bocah asal Papua Nugini menjalani operasi kelainan tulang di Australia.

Liputan6.com, Melbourne, Australia Edward Kennedy menggunakan kruk untuk membantunya berjalan. Ia dirawat di kamar fisioterapi St Vincent Private Hospital, Melbourne, Australia setelah menjalani operasi kelainan tulang langka. Bocah asal Papua Nugini, yang berusia 10 tahun ini menderita displasia spondyloepiphyseal, kelainan tulang yang akan menyebabkan kecacatan pada lututnya.

"Saat ia cacat akan lebih buruk dan hampir tidak mungkin baginya bisa berjalan lagi," kata ahli bedah ortopedi Leo Donnan.

Setelah mendengar hal tersebut, sebuah perusahaan trekking bernama Kokoda Trail bekerja sama dengan dokter di Australia untuk membantu mengobati tulang Edward. Tim dokter dari Australia berjumlah sekitar 10 orang menangani Edward.

Tak hanya Edward saja, tim dokter Australia secara rutin empat kali setahun menangani warga, yang mengidap berbagai penyakit seperti malaria, TBC, dan muskuloskeletal (kelainan tulang) di seluruh negara Pasifik, menurut laman ABC News, Kamis (29/12/2016).

Kelainan tulang di lutut.

Tim dokter bertemu Edward pada tahun 2014 di desa terpencil Buna, Provinsi Oro, Papua Nugini. Para dokter juga bekerja sama dengan Children First Foundation untuk membawa Edward dan beberapa anak lain ke Australia.

"Satu-satunya rumah sakit tersier di Papua Nugini berada Port Moresby. Rumah sakit tersebut tidak memiliki fasilitas untuk pengobatan ortopedi bagi Edward," kata manajer program kesehatan 'No Roads' Stewart Kreltszheim.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Kinerja tim medis Australia

Kinerja tim medis Australia

Tim medis Australia memerlukan perjuangan untuk membawa anak-anak Papua Nugini ke Australia. Untuk mengurus pesawat membutuhkan waktu, dari mengurus akta kelahiran sampai visa Australia.Ketika tiba saatnya Edward terbang ke Australia, sang ibu jatuh sakit.

Edward pun harus pergi sendirian ke Australia tanpa ditemani keluarga selama berbulan-bulan. Hingga saat ini, Edward sudah menjalani dua operasi untuk memperbaiki lutut sehingga kakinya dapat bergerak. Usai menjalani operasi, Edward tak sabar untuk bisa berjalan cepat.

Lakukan pemulihan fisioterapi.

"Ia berlatih olahraga bersama teman-teman barunya yang berasal dari seluruh wilayah di Pasifik. Berlatih pemulihan di wisma untuk perawatan tulang di pinggiran kota Victoria. Edward bilang kakinya merasa seperti kembali normal. Ia berkembang pulih sejak operasi pertama pada tahun 2015," jelas Leo.

Tulang di lutut Edward telah dipasang implan dan dipantau."Ini adalah operasi kecil seperti memasang kawat gigi. Kami hanya bisa mengarahkan pertumbuhan tulang dengan cara yang benar," lanjut Leo.

3 dari 3 halaman

Tak lagi cemberut

Tak lagi cemberut

Dalam sesi fisioterapi, Edward tampak tersenyum lebar sambil bercanda dengan teman-teman dan fisioterapinya.

"Ia telah melakukan upaya pemulihan yang luar biasa. Ia tak lagi cemas sejak tidak lagi menggunakan kursi roda pada Rabu lalu (21/12/2016) dan tidak ingin memakai kruk minggu ini. Saya rasa kekuatan lututnya akan semakin pulih," kata terapis fisioterapi Pauline MacLeod.

Pauline melihat Edward lebih banyak berjalan kaki.

Berlatih pemulihan dengan berbagai kegiatan dan gerakan.

"Ia jauh lebih bahagia. Padahal, ia sangat cemberut saat kami membawanya pertama kali setahun lalu. Mungkin karena gugup dan di sini, ia semakin membiasakan diri dengan kami," lanjutnya haru.

Berlatih berjalan kaki.

Edward direncanakan tinggal di Melbourne sampai Januari 2017 dan memerlukan pembedahan lebih banyak di tahun-tahun mendatang.

"Di tahun mendatang, tiap kali ia datang ke Australia, saya berharap ia akan menjadi anak yang sehat, hidup normal dan bisa bermain sepak bola atau rugby juga berlarian di sekolah. Kelak, ia akan tumbuh menjadi laki-laki dewasa yang kuat, yang dapat memberikan kontribusi kepada masyarakatnya, terutama anak-anak yang mengalami nasib serupa dengannya," tutup Kreltszheim.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini