Sukses

Dampak Negatif Biarkan Anak Bersifat Pemalu hingga Dewasa

Peran orangtua sangatlah penting dalam proses pembentukan karakter anak.

Liputan6.com, Jakarta Banyak dari individu yang sudah menjadi orangtua lupa akan pentingnya peran mereka dalam proses pembentukan karakter pada buah hati.

Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa sifat buruk seperti penakut atau pemalu yang dimiliki sang anak akan hilang seiring dengan berjalannya waktu.

Namun sebetulnya, apabila tidak diperhatikan baik-baik, sifat tersebut berpotensi menjadi hal yang sangat melekat pada anak dan akan dipeliharanya hingga dewasa nanti.

Penasaran seperti apa jadinya apabila anak pemalu dibiarkan saja hingga dirinya beranjak dewasa? Berikut analisisnya seperti dilansir dari Live Science, Selasa (6/9/2016).

Sejumlah penelitian yang dilakukan untuk menguak dampak buruk anak berjiwa pemalu membuktikan bahwa sebagian besar dari mereka cenderung memiliki rasa kecemasan yang bersifat permanen.

Saat dewasa nanti, dirinya akan jarang menemukan ketenangan dalam jiwa dan kerap dihantui rasa ketar-ketir karena semua dianggap ancaman.

Dalam sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal bertajuk Child Development pada tahun 1988 silam, sejumlah peneliti mengungkap fakta bahwa mereka yang tergolong pemalu sejak usia 4 tahun cenderung memelihara sifat tersebut dan akan terus muncul hingga usianya 7 tahun.

Setelah itu, tergantung dirinya dan juga bantuan orangtuanya untuk bisa berubah. Namun umumnya sifat ini sangat sulit untuk diubah dan apabila tidak ditangani dengan tepat, kemungkinan besar sang anak akan dibekali dengan sifat tersebut hingga ia dewasa nanti.

Lain halnya dengan yang berjiwa pemberani, sang anak cenderung memelihara sifat tersebut hingga usia berapa pun dan tidak mudah goyah untuk berubah menjadi sosok yang penakut atau pemalu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kemungkinan kecil berkeluarga

Dalam studi yang sama pula disebutkan dampak sifat tersebut dan pengaruhnya pada gaya dan pilihan hidupnya saat dewasa.

Para peneliti menggunakan data sejumlah orang yang lahir pada era tahun 1920-an. Penelitian tersebut kemudian mengungkap fakta bahwa pria yang tercatat memiliki jiwa pemalu saat masih kecil jauh lebih kecil kemungkinannya untuk menikah dan memiliki anak saat dewasa dibandingkan yang pemberani.

Selain itu, mereka juga akan dihadapkan pada masalah seperti pekerjaan yang kurang stabil dan tidak mudah bergaul sehingga jumlah teman sangat sedikit.

Sementara untuk wanita dengan catatan memiliki jiwa pemalu saat kecil, masa depannya tidak seburuk para pria. Kemungkinan mereka menikah dan memiliki anak jauh lebih besar dibandingkan mereka yang memiliki jiwa pemberani.

Alasan di balik hasil ini ditulis dalam jurnal Developmental Psychology yang menjelaskan bahwa wanita pemalu cenderung lebih banyak diam, penurut, nyaman diam di rumah dan tidak akan melakukan sesuatu yang bersifat membangkang.

Pada masa lalu, ini merupakan karakter wanita impian dan hal tersebut menjelaskan alasan kenapa wanita pemberani tidak begitu menarik bagi pria. Berjiwa pemberani pada masa tersebut dianggap sebagai bentuk perlawanan atau ketidakpatuhan akan peraturan sehingga tidak menjadi pilihan utama di kalangan pria.

Namun zaman sudah berkembang dan peran wanita semakin diperlukan untuk mendukung kemajuan global. Memiliki jiwa pemalu hasil peliharaan sejak kecil akan membuatnya semakin jauh dari dunia dan dunia sosial.

"Sang anak akan kesulitan untuk mengemukakan pendapat dan aspirasinya saat dewasa nanti. Rasa malu akan membuatnya selalu memendam perasaan apa pun yang nantinya memuncak menjadi penyakit dan rasa putus asa akan hidup," kata seorang psikolog di University of Colorado, Amerika Serikat, Soo Hyun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.