Sukses

Waspadai Sejumlah Pemicu Kematian Dini

Kita tidak tahu kapan menghembuskan napas terakhir, namun tanda-tanda ini bisa menjadi tolak ukur.

Liputan6.com, Jakarta Semua orang menginginkan umur yang panjang. Oleh karena itu, kebanyakan dari mereka berupaya untuk tetap menjaga tubuh agar sehat selalu dan terhindar dari penyakit.

Kita memang tidak akan pernah tahu kapan setiap orang menghembuskan napas terakhir mereka.Namun, ada sejumlah tanda-tanda yang bisa diukur dengan kemampuan otak manusia dan harus diwaspadai lantaran berisiko picu kematian dini.

Para peneliti di Chicago University, Amerika Serikat, baru-baru ini mengungkap beberapa faktor yang dapat dijadikan tolak ukur potensi kematian dini seseorang.

Faktor atau tanda-tanda tersebut termasuk, kesehatan mental, patah tulang di usia muda, kesepian, kehilangan indera penciuman, gangguan tidur dan kesulitan berjalan.

Mereka semua masuk dalam daftar 'pembunuh tersembunyi' yang dapat mempersingkat hidup Anda. Terlebih, para peneliti mengatakan bahwa masalah-masalah di atas, sama bahayanya dengan penyakit jantung dan diabetes, dilansir dari mirror, Jumat (2/9/2016).

Dalam penelitian, para peneliti menggunakan data para peserta pria dan wanita yang terbagi dalam enam kelompok, mulai dari yang sehat sampai yang kurang sehat.

Kelompok yang sehat semuanya memiliki berat badan yang berlebih. Mereka hanya memiliki risiko sebanyak enam persen mengalami kematian dini dan kemungkinan besar tekanan darah tinggi menjadi penyebab umum di kelompok tersebut.

Kesehatan biologis mereka, mobilitas, dan indera penciuman semuanya masih tergolong baik.

Sedangkan kelompok lain, memiliki satu dari enam kesempatan mengalami kematian dini dan akibat kesehatan yang buruk, seperti patah tulang setelah usia 45. Hal ini mengindikasikan bahwa mereka yang mengalaminya, memiliki risiko osteoporosis lebih tinggi di kemudian hari.

Kemudian kelompok ketiga, memiliki satu dari lima kesempatan mengalami kematian dini dengan riwayat masalah kesehatan mental, termasuk stres, depresi, serta masalah tidur.

Penelitian lalu menunjukkan bahwa kesepian sama buruknya bagi kesehatan seperti merokok 15 batang sehari. Hal ini karena isolasi, melemahkan sistem kekebalan tubuh dan ketahanan seseorang terhadap penyakit, sementara tekanan darah meningkat.

Selain itu, penciuman yang buruk dapat menjadi peringatan mengenai masalah kesehatan tubuh yang akan datang. Karena diperkirakan bahwa kesehatan saraf penciuman, merupakan indikator yang baik dari kesehatan tubuh secara keseluruhan.

“Dari perspektif sistem kesehatan, perhatian lebih dibutuhkan pada upaya pencegahan terjangkitnya penyakit, seperti obat untuk hipertensi atau kolestrol. Hal ini penting untuk kesehatan tubuh yang menyeluruh,” ujar peneliti Dr. William Dale.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.