Sukses

Transplantasi Neuron Berpotensi Sembuhkan Kebutaan

Jika memang memicu pada neuron yang sudah ada, pengobatan ini dapat memungkinkan sambungan ulang dan penyembuhan pada otak sesudah cedera.

Liputan6.com, Irvine - Otak kaum muda bersifat plastis, sehingga hubungan-hubungannya dapat dengan mudah diarahkan untuk keperluan belajar. Ketika dewasa, otak kehilangan sifat plastis itu dan tidak mudah lagi mengembalikan fungsi yang hilang, misalnya ketika terkena serangan stroke.

Dikutip dari Scientific American pada hari ini (30/10/2015), sekarang para ilmuwan telah berhasil mengembalikan sifat plastis muda pada tikus dewasa dengan menanamkan neuron muda pada otak hewan itu. Dalam proses ini, gangguang penglihatan parah pada tikus berhasil disembuhkan.

Penelitian penting ini diterbikan pada bulan Mei lalu di jurnal Neuron. Para ilmuwan syaraf ini dipimpin oleh Sunil Gandhu dari University of California, Irvine. Mereka menanamlan sel-sel punca janin tikus pada otak tikus-tikus lain.

Sel-sel ini terutama menjadi neuron inhibitor yang menekan kegiatan otak. Sebelum penelitian ini, “ada keraguan apakah otak dewasa akan memungkinkan penyebaran, integrasi, dan penggiatan kembali sifat plastis sel-sel ini,” kata Melissa Davis, penulis pertama dalam penelitian.

Para ilmuwan telah mencoba hal ini selama bertahun-tahun dan memperbaiki cara mereka selagi berjalan maju, hingga akhirnya tim Irvine berhasil. Sel-sel yang ditanamkan berintegrasi di dalam otak dan menyebabkan sambungan ulang secara meluas sehingga memperbaiki sifat plastis tingkat tinggi seperti pada masa awal perkembangan.

Pada tikus yang mengalami gangguan penglihatan, transplantasi ini memungkinkan pulihnya penglihatan normal, sebagaimana ditunjukkan oleh sejumlah uji coba pada sinyal syaraf penglihatan dan ujian renang dalam labirin.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Potensi Penyembuhan Penyakit Lain

Para peneliti ini belum mencobakan pengujian teknik transplantasi ini untuk permasalahan syaraf lainnya, tapi mereka percaya bahwa teknik ini memiliki potensi untuk banyak kondisi dan cedera lain, tergantung pada bagaimana neuron barunya memperbaiki sifat plastis tersebut.

Belum diketahui bagaimana akibatnya penyebaran sel yang ditransplantasi pada kembalinya sifat plastis, atau apakah sel-sel barunya memicu sifat plastis pada neuron yang ada. Jika memang memicu pada neuron yang sudah ada, pengobatan ini dapat memungkinkan sambungan ulang dan penyembuhan pada otak sesudah cedera traumatis pada otak ataupun stroke.

Tim ini menggunakan neuron yang bersifat inhibitor karena neuron inilah yang paling menjanjikan dalam percobaan-percobaan awal. Tapi, neuron jenis tersebut juga memiliki kemungkinan klinis khusus, karena banyak penyakit psikiatris dan neurologis sebetulnya melibatkan ketidakseimbangan antara peningkatan (excitement) dan pelambatan (inhibition), misalnya pada epilepsi, schizophrenia, dan nyeri kronis.

Sejumlah laboratorium, temasuk di Sekolah Kedokteran Perelman di University of Pennsylvania, telah menunjukkan bahwa transplantasi neuron yang bersifat inhibitor dari tikus yang sehat telah memperbaiki gejala pada tikus dengan model penyakit-penyakit tersebut.

Cara baru ini memungkinkan perubahan yang lebih meluas pada otak, bahkan berpotensi menyembuhkan penyakitnya secara tuntas. Bagi orang-orang yang belum berhasil ditolong obat-obatan, “pengobatan semisal transplantasi neuron ini bisa berpotensi menjadi pengubah hidup.”

Masih banyak rintangan sebelum transplantasi neuron bisa dilakukan pada manusia. Pertama, sel-sel punca tikus bisa saja tidak berdayaguna ataupun aman untuk transplantasi kepada manusia. Para penelitipun belum mengetahui caranya mengutak-atik sel punca manusia untuk menjadi neuron precursor yang diperlukan untuk prosedur ini.

Lagipula, sel-sel yang ditransplantasi memerlukan waktu lebih dari sebulan untuk menjadi matang di dalam otak tikus penerimanya. Secara teori, sel-sel manusia memerlukan waktu yang lebih panjang.

Biarpun masih ada sejumlah masalah, para cendekiawan bergairah tentang terobosan ini. Mereka yakin bahwa pada suatu saat nanti transplantasi neuron dapat memberikan terapi berdasarkan sel sehingga secara tepatguna dan selamanya menyembuhkan penyakit yang tergantung usia maupun penyakit perkembangan.

Tulisan ini sebelumya diterbitkan dengan judul “Suatu Hari Nanti, Transplantasi Neuron Dapat Memperbaiki Penglihatan.” (Alx)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.