Sukses

Uji DNA Bisa Prediksi Orientasi Seksual Seseorang

Kalau masih penasaran dengan orientasi seksual, kini ada uji DNA untuk memperkirakannya. Bagaimana bisa?

Liputan6.com, Los Angeles - Ada sejumlah pandangan mengenai hal-hal yang mempengaruhi orientasi seksual seseorang, apakah memang bawaan lahir atau pengaruh lingkungan. Di tengah tarik-menarik itu, suatu uji baru DNA mengaku dapat membantu memperkirakan orientasi seksual seorang pria dengan ketepatan hingga 70 persen. Tapi tunggu dulu, walaupun terdengar mencengangkan, para ahli mengingatkan bahwa hasil penelitian ini mungkin saja tidak terlalu dapat diandalkan.

Sejumlah peneliti AS mengatakan bahwa algoritma baru mereka dapat menentukan apakah seorang pria tetap ‘lurus’ atau menjadi pencinta sesama jenis. Algoritma yang dimaksud memeriksa penanda epigenetik yang mempengaruhi tampilan gen. Ini dilakukan hanya dengan pengambilan sampel air ludah seseorang!

Dikutip dari Science Alert, Tuck C. Ngun, salah seorang peneliti dari University of California, Los Angeles mengatakan, “Sepengetahuan kami, inilah contoh pertama model perkiraan (predictive) orientasi seksual yang didasarkan kepada penanda molekuler.”

Kalau masih penasaran dengan orientasi seksual, kini ada uji DNA untuk memperkirakannya. Kenapa bisa?

Peneliti itu bersama-sama dengan sejumlah rekannya melakukan penelitian dibantu oleh 50 pasang kembar identik pria. Sejumlah 37 pasangan kembar itu memiliki satu pihak yang homoseks dan satu lagi heteroseks. Kelompok kendali penelitian terdiri dari 10 pasang kembar homoseksual.

Para peneliti mengambil contoh-contoh cairan ludah dari setiap peserta untuk melihat apakah ada perbedaan antara kembar homoseksual/heteroseksual yang dapat menjadi penjelasan tentang lingkungan terkait perbedaan orientasi seksual mereka.

Penanda epigenetik dapat menjadi salah satu petunjuk potensial tentang pengaruh lingkungan ini, karena seharusnya urutan genetik mereka identik. Sebagai catatan, penanda epigenetik adalah molekul-molekul yang memengaruhi bagaimana kode DNA ditelaah oleh sel manusia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Pasangan kembar

Pasangan kembar

Untuk membantu mengurutkan data, para peneliti itu mengembangkan algoritma pembelajaran mesin yang mereka namakan FuzzyForest. Algoritma itu menemukan 9 daerah kecil pada genom pasangan-pasangan kembar itu. Temuan ini kemudian dipergunakan untuk memperkirakan apakah seorang peserta penelitian adalah seorang pencinta sesama jenis atau bukan.

Menurut Tuck C. Ngun, “Penelitian-penelitian sebelumnya telah menemukan daerah-daerah yang lebih luas pada kromosom-kromosom yang terlibat dalam penentuan orientasi seksual, tapi, dengan cara ini, kami mampu menentukan daerah yang dimaksud hingga tingkatan pasangan dasar genetiknya.”

Walaupun penelitian ini belum diterbitkan, temuan penelitian ini sudah dipaparkan dalam rapat American Society of Human Genetics pada pekan lalu.

Para peneliti bidang itu mengatakan masih perlunya sejumlah penelitian tambahan untuk mendukung pengakuan tim peneliti Tuck C. Ngun, terutama karena sedikitnya peserta yang dijadikan sampel percobaan.

Kata Christopher Gregg, asisten profesor neurbiologi, anatomi, dan genetika manusia di University of Utah, “Penelitian itu tidak memberikan bukti bagi ‘pengaruh epigenetic pada orientasi seksual’, tapi sepertinya cocok untuk penyidikan lanjutan dan menjadi ciri khas epigenetik dengan kegunaan prediksi pada pasangan-pasangan kembar.”

Lanjutnya, “Secara keseluruhan, pentingnya temuan ini bergantung kepada perulangannya bagi penelitian di masa depan yang mencakup kelompok-kelompok besar orang, baik yang heteroseksual maupun homoseksual.” (Alx)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.