Sukses

Antisipasi Badai Pasir, Jemaah Haji Indonesia Diminta Tetap Pakai Masker

Jemaah haji asal Indonesia diimbau selalu memakai masker terutama saat beraktivitas di luar ruangan untuk mengantisipasi cuaca ekstrem seperti suhu panas hingga potensi badai pasir.

Liputan6.com, Jakarta - Jemaah haji asal Indonesia diminta tetap mengenakan masker selama beraktivitas di Tanah Suci, terlebih ketika berada di luar ruangan. Imbauan tersebut untuk mengantisipasi cuaca ekstrem seperti suhu panas hingga potensi badai pasir.

"Keluar mesti pakai masker. Karena kita tidak tahu kapan terjadi badai pasir," kata Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, Imran Saleh kepada Media Center Haji (MCH) di Makkah, Arab Saudi, Jumat (17/6/2022).

Dia kemudian memaparkan dampak bila seseorang menghirup pasir dan debu secara berlebihan. Menurutnya, kondisi tersebut sangat berbahaya bagi pernapasan. Apalagi bila yang terpapar merupakan penderita sakit paru-paru.

"Dampaknya akan semakin berat. Bagi yang tidak punya masalah paru-paru saja, debu bisa mengganggu pernapasan, apalagi yang punya masalah paru-paru seperti asma," katanya.

Menurutnya, fenomena badai pasir tidak bisa diprediksi. Bahkan tidak ada warning atau peringatan sebelumnya. Oleh karena itu, sebagai bentuk antisipasi para jemaah haji diminta selalu menggunakan masker.

Ditambahkan Kepala Daker Mekkah, Mukhammad Khanif, meski saat ini belum terjadi badai pasir namun kewaspadaan tetap harus diutamakan. Hal ini mengingat cuaca adalah sesuatu hal yang tidak bisa diprediksi.

 

Reporter: Lia Harahap

Merdeka.com

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Jemaah Haji Jangan Sampai Dehidrasi

Sementara itu, Tim Dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, dr Eva Delsi, Sp. Em mengingatkan para jemaah haji untuk menjaga kondisi tubuh agar jangan sampai dehidrasi karena cuaca panas di Tanah Suci.

Menurut Eva, tidak adanya penanda gerah seperti berkeringat membuat jemaah haji Indonesia acapkali tidak sadar tubuhnya sedang mengalami dehidrasi.

"Cuaca di sini memang panas banget dan tidak mengeluarkan keringat, beda dengan di Indonesia, kita bisa merasa gerah. Di sini kita merasa baik-baik aja karena tidak ada penanda, kalau di Indonesia kan ada penanda, contohnya berkeringat," jelasnya, dikutip dari laman Sehatnegeriku.

Dehidrasi dan kondisi melepuh pada telapak kaki karena tidak mengenakan alas kaki jadi salah satu penyebab jemaah asal Indonesia tidak bisa menunaikan ibadah haji.

Kondisi dehidrasi pada tubuh, kata Eva, tidak hanya berpengaruh pada kondisi kulit atau bibir yang kering dan pecah pecah, melainkan dapat mengarah pada kondisi yang lebih gawat, terutama di tengah cuaca yang panas dengan kelembapan yang rendah.

 

3 dari 3 halaman

Harus Rutin Minum Air

“Kalau kita dehirasi yang terganggu semua sel tubuh, akibatnya mulai dari yang teringan seperti rasa mual, kulit terasa kering, sampai dengan bergejala berat seperti delirium (berperilaku seperti orang bingung) sampai dengan terjadinya heat stroke yang ditandai gangguan kesadaran atau pingsan. Itu yang kita mau hindari,” lanjut Eva.  

Untuk itu Eva mengingatkan para Jemaah untuk rutin minum air, meskipun tidak merasa haus, makan tepat pada waktunya, dan gunakan Alat pelindung diri seperti masker, alas kaki, payung, semprotan muka, dan sebagainya.

Meskipun sering minum, lanjut Eva, dengan cuaca dan kelembapan di Tanah Suci, tidak akan membuat jemaah sering buang air kecil. Sehingga jemaah diminta untuk rutin minum air dan jangan tunggu haus.

“Meskipun di malam hari jangan lupa minum. Sebelum tawaf minum, setelah selesai tawaf, sebelum sa’i, setelah sa’i, jangan lupa minum,” Eva menyarankan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.