Sukses

Lakukan Ibadah Puncak Haji Lebih Awal, Jemaah Indonesia Jadi Rentan Sakit

Jemaah haji lebih rentan sakit karena memulai kegiatan masyair atau puncak hajinya lebih awal.

Liputan6.com, Jakarta - Memulai puncak haji sehari lebih awal pada 8 Dzulhijah 1440 Hijriah, para jemaah dinilai akan lebih rentan mengalami sakit akibat kelelahan.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Tarwiyah, dr Eka Jusuf Singka mengatakan, hasil analisisnya di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah tingkat pasien sakit agak tinggi.

"Kenapa, karena banyak pasien sakit habis melontar apalagi yang jemaah tarwiyah," ujar Eka, seperti dilansir Antara, Rabu (14/8/2019).

Oleh karena itu, pihaknya menekankan pentingnya hal tersebut agar menjadi evaluasi ke depan bagi semua pihak terkait.

"Tidak lain supaya kita bisa memberikan edukasi kepada jemaah yang melakukan tarwiyah," kata Eka.

Menurut dia, para jemaah haji lebih rentan sakit karena memulai kegiatan masyair atau puncak hajinya lebih awal.

Tarwiyah merupakan amalan sunah dalam berhaji yang dilakukan pada 8 Dzulhijah yakni menginap di Mina sebelum wukuf di Padang Arafah.

Di tempat itu, jemaah menunaikan salat zuhur, ashar, maghrib, isya, dan subuh. Mereka tidak meninggalkan Mina sebelum terbit matahari di hari Arafah.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Lakukan Pencengahan Penyakit

Namun secara umum, Eka menilai kesadaran untuk melakukan pencegahan sakit bagi jemaah Indonesia sudah semakin bagus.

"Sekarang ini jemaah haji promotif preventifnya sudah bagus maka alhamdulillah mereka lebih aware. Saya tadi keliling juga dari Mina Jadid ke sini saya lihat kondisinya jauh lebih bagus dan mudah-mudahan bisa terkontrol terus sampai selesai," paparnya.

Eka menambahkan, posko kesehatan di Mina saat ini merawat lebih sedikit pasien jemaah haji yang sakit dibandingkan tahun lalu.

"Tahun lalu full, sekarang sekitar 9 orang insya Allah kita selalu melakukan koordinasi dengan RSAS di Mina ini jadi kita akan dorong pasien yang dalam keadaan yang memang tidak bisa ditangani di tenda kita," kata dia.

Menurut Eka, penyebab sakit jemaah haji hampir seluruhnya mirip, misalnya kambuhnya gangguan jantung atau paru-paru akibat perubahan cuaca yang ekstrem.

"Tahun ini angka kesakitan dan angka kematian bisa lebih ditekan tidak lain karena awareness jemaah haji sudah semakin bagus untuk menjaga kesehatan mereka," paparnya.

Eka pun menekankan pentingnya jemaah untuk mengukur kesehatan dirinya, termasuk bagi yang lansia dan sakit agar membadalkan saja lempar jumrahnya.

Ia memberikan tips agar tetap sehat dengan tetap menjaga asupan air yang cukup, minum oralit, memakai payung, dan semprotan air.

"Sebaiknya hindari beraktivitas di luar tenda saat terik matahari, pakai payung, pakai masker. Tentu saja karena tadi suhu turun besok tidak tahu tapi kita selalu aware agar jamaah haji selalu pakai payung, pakai semprotan, dan gerakan minum air bersama selalu dilakukan," pungkas Eka.

Cuaca di Makkah dalam tiga hari terakhir tidak menentu. Saat biasanya panas terik, tapi dalam tiga hari ini justru hujan deras terjadi.

 

 

(Desti Gusrina)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.