Sukses

3 Cobaan Berat yang Warnai Musim Haji 2015

Tidak hanya cuaca panas yang hampir 50 derajat Celcius, sejumlah cobaan berat mewarnai jalannya haji tahun ini. Apa saja?

Liputan6.com, Jakarta - Penyelenggaraan haji pada 2015 penuh dengan cobaan. Tidak hanya cuaca panas yang nyaris 50 derajat Celcius, sejumlah tragedi mewarnai jalannya haji tahun ini.

Belum kering air mata keluarga korban jatuhnya crane proyek perluasan Masjidil Haram, Mekah, kabar duka kembali menyeruak dari Tanah Suci. Ratusan jemaah haji meninggal dunia dalam tragedi di Mina, tiga di antaranya merupakan warga negara Indonesia.

Duka itu terjadi tepat pada perayaan Idul Adha, Kamis, 24 September 2015.

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan memang tidak mudah untuk mengatur jemaah sebanyak itu. Oleh karena itu, tidak heran, peristiwa yang pernah terjadi pada 1990 lalu terulang.

JK meminta WNI untuk disiplin dalam menjalankan ibadahnya. Ketika disiplin, lanjut dia, kejadian serupa dapat dihindari. "Selalu disiplin ya. Kan panas, kita di sana capek, udara panas," kata JK dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Kamis (24/9/2015).

Berikut ini sejumlah tragedi yang terjadi selama musim haji 2015 dalam catatan Liputan6.com:

>> Tragedi Mina

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tragedi Mina

Musibah yang terjadi di Mina, Arab Saudi, Kamis, 24 September 2015, menjadi yang terparah kedua dalam kurun waktu seperempat abad sejak 1990. Tercatat ada 717 jemaah haji yang dinyatakan meninggal dunia hingga pukul 11.40 WIB, Jumat (29/9/2015). Sementara 800 lainnya luka-luka hingga pukul 20.11 WIB. Mayoritas berkewarganegaraan Afrika dan Arab.

Sebanyak tiga korban jiwa di antaranya merupakan warga negara Indonesia.

Lokasi musibah terletak sekitar 5 km di luar kota Mekah, di mana 160.000 tenda didirikan untuk menampung jutaan jemaah yang akan melakukan ritual lempar jumrah.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir mengungkapkan kejadian tersebut terjadi sekitar pukul 07.00 waktu setempat. Para jemaah jatuh dan terinjak akibat berdesak-desakan. Mereka jatuh karena ada sekelompok jemaah yang tiba-tiba berhenti, sedangkan jemaah yang ada di belakang terus merangsak maju.


Sebuah foto menunjukkan kondisi korban yang meninggal dalam kondisi berdoa

The Guardian melaporkan insiden terjadi saat dua kelompok besar peziarah bertemu di persimpangan besar.

Kepala Daerah Kerja (Kadaker) Mekah Arsyad Hidayat menyampaikan, lokasi yang menjadi tempat musibah bukan jalur yang biasa digunakan jemaah haji asal Indonesia untuk melempar jumrah.

Jalan Arab 204 berada di sebelah kiri Jalan King Fadh atau lebih dari 500 meter dari Jalan King Fadh yang biasa dilalui jemaah Indonesia.

"Jemaah itu tidak akan melaui jalur tersebut, tapi terowongan Muasin, sehingga kecil kemungkinan terjadi korban lebih banyak lagi," kata Arsyad.

Untuk menghindari kejadian serupa, Kementerian Agama mengimbau jemaah haji Indonesia tidak melempar jumrah pada jam-jam tertentu.

Jemaah asal Indonesia dilarang melontar jumrah pukul 13.00-16.00. Jam-jam tersebut merupakan waktu sibuk lempar jumrah di Mina.

Pemerintah Arab Saudi menanggapi dengan cepat tragedi itu. Sebanyak 4.000 paramedis segera dikerahkan ke lokasi kejadian. Mereka yang terluka dievakuasi menggunakan helikopter dan ambulans.

Itu adalah kejadian terparah, setelah kejadian serupa pada 1990, di mana lebih dari 1.400 jemaah haji meninggal dunia akibat berdesakan di terowongan Mina.

Korban jiwa dalam tragedi tahun ini melampaui kejadian serupa pada 2006 yang mengakhiri hidup 360 manusia.

 

>> Tragedi Crane

 

3 dari 4 halaman

Tragedi Crane


Dua minggu sebelum tragedi Mina, penduduk dunia dikagetkan oleh jatuhnya crane raksasa di Masjidil Haram yang mengakibatkan 111 jemaah meninggal dunia dan 390 lainnya luka-luka.

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengungkap peristiwa itu merupakan kesalahan operasional. Kesalahan operasional ini berasal dari pengembang, Bin Laden Group.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Mustafa bin Ibrahim Al Mubarok, mengatakan penanggung jawab alat berat tersebut tidak menaati petunjuk dalam buku panduan.

"Ini kesalahan operasional. Crane yang tidak operasi, harusnya diturunkan, crane juga tidak boleh dihadapkan ke Masjidil Haram, juga harus dipertimbangkan kekuatan cuaca. Ini yang tidak dihiraukan pihak pengembang. Ada unsur kelalaian," ujar Mustafa Bin Ibrahim Al Mubarok di Kedubes Arab Saudi, Jakarta, Jumat (18/9/2015).


Kerusakan yang disebabkan jatuhnya sebuah crane terlihat di Masjidil Haram Mekah , Arab Saudi, Jumat (11/9/2015). Setidaknya 107 orang tewas akibat sebuah crane besar jatuh saat angin kencang dan hujan lebat melanda Arab Saudi. (REUTERS/Saudi News Agency)

Menurut dia, pihak Kerajaan Saudi Arabia memutuskan untuk memberikan sanksi ke Bin Laden Group. Salah satunya, Bin Laden Group tidak diperkenankan lagi mengikuti tender proyek di negara petrodolar tersebut.

Selain itu, sejumlah pejabat eksekutif Bin Laden Group sudah dicekal bepergian ke luar negeri oleh Kerajaan Arab Saudi hingga proses penyelidikan masalah ini tuntas.

"Pemerintah menghentikan operasional kegiatan Bin Laden Group. Mereka tidak diperkenankan mengikuti tender proyek pemerintah. Pejabat eksekutif juga dicekal. Diperintahkan Bin Laden bertanggung jawab," tegas Mustafa.

>> Tragedi Badai Pasir

 

4 dari 4 halaman

Badai Pasir


Awan mendung disertai angin kencang menyebabkan badai pasir besar dan hujan di Mekah dan Jeddah, Arab Saudi, Selasa, 8 September 2015.

Badai yang terjadi menjelang salat magrib tersebut membuat pesawat Garuda Indonesia yang mengangkut jemaah haji dari Tanah Air mendarat darurat di Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdulaziz (AMMA) Madinah.

Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 7274 yang diketahui mengangkut jemaah calon haji Indonesia, bernomor kloter JKG 27 asal Provinsi DKI Jakarta dijadwalkan mendarat di Bandara King Abdul Aziz (KAA) Jeddah pukul 19.10 waktu setempat. Tapi karena badai tersebut pesawat mendarat di Bandara AMMA Madinah.

Seluruh penumpang Kloter JKG 27 mendarat dalam kondisi selamat. Penumpang tidak diturunkan dan tetap berada di pesawat menunggu diberangkatkan kembali ke Bandara KAA Jeddah. GA 7174 dijadwalkan terbang menuju Jeddah pada pukul 21.30 waktu Arab Saudi.


Badai pasir di Suriah. (Reuters/Omar Sanadiki)

Sementara itu, penerbangan Pesawat Saudi Airlines yang mengangkut jemaah haji Indonesia nomor penerbangan SV 5205, Kloter SUB 42 juga terganggu. Pesawat itu seharusnya mendarat di Bandara Jeddah pukul 19.35.

Badai pasir ini tercatat paling parah sepanjang 5 tahun terakhir ini. Pantauan sementara jarak pandang hanya sebatas 200 meter. Selain itu, kabut pasir pun menyelimuti beberapa pohon yang ada di sekitar wilayah tersebut. (Bob/Ein/Sar)

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini