Sukses

RS Swaziland Dituduh Jual Organ Manusia ke Dukun dan Tukang Sihir

Di sejumlah wilayah di Swaziland, praktik ritual magis menggunakan bagian tubuh manusia kerap dilakukan.

Tuduhan serius dialamatkan pada rumah sakit kedua terbesar di Swaziland, negara di selatan Afrika. Raleigh Fitkin Memorial Hospital -- nama RS itu -- diduga menjalankan pasar gelap organ tubuh manusia untuk digunakan dalam  praktik ilmu sihir.

Sejumlah kritikus, salah satunya Pendeta Grace Masilela mendeskripsikan perdagangan itu sudah jadi 'rahasia umum'. Orang-orang diduga datang ke RS di kota Manzini itu untuk membeli tulang, jantung, otak, dan organ lainnya. Beberapa pembeli bahkan datang dari negara tetangga, Afrika Selatan.

Seperti Liputan6.com kutip dari Times of Swaziland, para dukun juga mengincar air bekas membasuh jasad. Dicampur dengan ramuan lain, itu diyakini memiliki kekuatan spiritual membuat para penjahat tak terlihat.

Air yang sama juga digunakan untuk membuat pemilik rumah tidur pulas sehingga tak tahu rumahnya sedang dijarah.

Benar atau tidaknya tuduhan tersebut, praktik perdukunan biasa di kawasan tersebut. Para dukun atau penyihir sering menggerus bagian tubuh manusia dicampur dengan akar tanaman, herbal, air laut, bagian tubuh binatang, dan bahan-bahan lain untuk menyiapkan ramuan atau mantra untuk kliennya. Pengguna jasa mistis bisa memakan campuran itu, menggosokkannya ke tubuh, atau ke atas luka terbuka.

Di sejumlah wilayah di Swaziland, praktik ritual magis  menggunakan bagian tubuh manusia disebut 'muti' -- Bahasa Zulu yang berarti 'obat' -- atau bisa disebut jimat.

Kepercayaan Magis

Keyakinan pada  sihir meluas di seantero sub-Sahara Afrika. Menurut survei Gallup pada 2010, lebih dari separuh responden mengaku percaya pada ilmu sihir dan perdukunan.

Gerard Labuschagne dari Unit Investigasi Psikologi Kepolisian Afrika Selatan telah menyelidiki puluhan pembunuhan terkait 'muti'.

Menulis dalam Journal of Investigative Psychology and Offender Profiling, Januari 2004, ia menjelaskan sistem dasar dalam kepercayaan muti.

"Dalam kepercayaan tradisional Afrika, diasumsikan bahwa hanya ada sejumlah keberuntungan dalam masyarakat. Masing-masing punya bagiannya sendiri. Jadi, jika seseorang sukses, ia dianggap memperoleh keberuntungan ekstra dengan cara licik. Biasanya dengan campur tangan supranatural," kata dia seperti dimuat situs sains, LiveScience, 11 Oktober 2013.

Masih ada lagi. "Kemunduran atau bencana seperti kekeringan atau wabah penyakit, dianggap pertanda tatanan alam dan sosial terganggu. Salah satu cara untuk mendapatkan keberuntungan atau mengembalikan tatanan itu adalah menggunakan 'muti'  yang kuat. Muti yang dibuat dari bagian tubuh manusia dianggap sangat kuat," tambah Labuschagne.

Pembunuhan atas nama muti berbeda dengan ritual pengorbanan manusia yang bertujuan membunuh korbannya. Muti hanya ingin mendapatkan bagian tubuh korban. Tapi akibatnya sama-sama fatal.

Masing-masing organ dianggap punya 'khasiat' tersendiri. Misalnya, mata dipercaya memulihkan penglihatan klien. Sementara tangan untuk bikin bisnis sukses, dan alat kelamin untuk mengundang keberuntungan.

Dalam beberapa kasus, kriminal yang ditangkap selama melakukan aksi kriminal, memiliki muti di kantungnya. Kata dukun, muti dari organ manusia itu bisa membuat mereka tak terlihat dan bahkan kebal peluru. Salah besar!

Dari Manusia Hidup

Organ dari manusia hidup dianggap sangat kuat, meski organ dari jasad manusia juga digunakan. Termasuk di Swaziland.

"Ada peningkatan perampok makam, juga pencurian di kamar mayat rumah sakit," kata Labuschagne.

Mencuri organ dari orang mati untuk digunakan dalam mantra sihir adalah kejahatan mengerikan. Namun, merampasnya dari orang hidup lebih tak manusiawi. Para pembunuh muti menggunakan pisau, parang, juga pecahan kaca untuk melukai korbannya, termasuk anak-anak.

Di Afrika Barat, sedikitnya 50 orang albino tewas pada 2009. Untuk tujuan yang sama. (Ein)

Baca juga: Aktivis Albino Berjuang Lawan Mutilasi Atas Nama Mitos Sesat

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini