Sukses

Korban Meninggal Mesir Berdarah 638, Rumah Ibadah Dibakar

Setelah rusuh dalam upaya pembersihan pendukung Morsi, kini kecaman dari Presiden AS Barack Obama yang menjadi penyebab bertambahnya korban.

Kecaman dari Presiden AS Barack Obama terkait upaya pembersihan massa yang dilakukan militer Mesir terhadap para pendukung presiden terguling Mohammed Morsi malah menuai 'badai'. Para pendukung Morsi justru semakin geram, mereka melakukan protes dan mulai membakar bangunan-bangunan.

Seperti dimuat USA Today, Jumat (16/8/2013), loyalis Morsi itu beraksi pada Kamis, 15 Agustus waktu setempat karena Presiden Obama mengutuk kekerasan di kedua belah pihak (militer Mesir-loyalis Morsi). Bahkan kecaman itu berujung pada pembatalan operasi militer bersama antara AS dan Mesir yang seyogianya dilangsungkan bulan depan.

"Dalam kerusuhan tersebut, setidaknya 638 orang tewas termasuk 43 polisi," ungkap Kementerian Kesehatan.

Sebagian besar dari korban meninggal ketika pasukan keamanan menghancurkan dua kubu pro-Morsi yang menduduki Ibukota. Di distrik Kota Nasr, 288 orang dilaporkan meninggal dunia.

Sementara dari Departemen Kesehatan mengatakan jumlah korban luka telah mencapai 3.994 orang.

"Setelah polisi dan militer Mesir memukul mundur para pendukung Morsi, kerusuhan pun pecah di jalanan di seluruh Mesir. Gedung-gedung pemerintah dan kantor polisi diserang, jalan diblokir, dan rumah ibadah umat kristiani dibakar," kata Menteri Dalam Negeri Mesir Mohammed Ibrahim.

Setelah berjatuhan banyak korban dalam upaya pembersihan itu, Pemerintah Mesir melakukan penahanan aksi pembersihan.

"Badan-badan keamanan ditarik, untuk mengadopsi rencana bertahap guna menghindari pertumpahan darah dan jatuh korban," dikutip dari sebuah pernyataan dari Layanan Informasi Negara.

Pihak berwenang pun mengimbau masyarakat untuk meninggalkan lokasi kerusuhan, memberikan jalan keluar yang aman, kemudian menggunakan gas air mata untuk membubarkan massa.

"Sementara itu, mereka (pro-Morsi) yang menduduki dua kubu mulai menembaki pasukan polisi," sambung pernyataan itu.

Pembakaran

Pada Kamis 15 Agustus, para pengunjuk rasa yang marah membakar villa dua lantai dan bangunan perumahan administrasi pemerintah daerah empat lantai di kota tetangga Giza, rumah piramida ikon negara dan salah satu lokasi perkemahan.

Kementerian Dalam Negeri, yang bertanggung jawab atas keamanan nasional, membalas dengan otorisasi polisi untuk menggunakan kekuatan mematikan guna melindungi diri mereka sendiri dan lembaga negara.

Pemerintah juga berjanji untuk menghadapi "tindakan teroris dan sabotase" sepenuhnya merupakan salah kelompok Ikhwanul Muslimin.

Sementara kelompok persaudaraan Mesir menyerukan akan melakukan protes bertajuk 'Aksi Jutaan Kemarahan' pada Jumat ini.

Aliran Kristen Koptik juga menjadi target saaat kekerasan menyebar di Mesir. Gereja dan keluarga Kristen Koptik serta properti terkait mengalami penyerangan sejak pasukan keamanan membubarkan aksi pendudukan Ikhwanul Muslimin di Kairo.

Selama panggilan telepon untuk Koptik Paus Twadros II, Perdana Menteri sementara Hazem el-Beblawi bersumpah untuk menangani keras seperti terorisme itu, dan mengatakan persatuan antara muslim dan kristiani adalah garis merah.

Tentara kepala umum Abdel-Fattah el-Sisi berjanji angkatan bersenjata akan membiayai restorasi gereja.

Sebuah gerakan pemuda Koptik melaporkan 36 gereja benar-benar hancur dilahap api di 9 provinsi Mesir di mana banyak jamaah Koptik tinggal.

Banyak gereja lainnya diserang dan dijarah. Juru bicara Gerakan Antwan, Adel mengatakan setidaknya 2 jemaat Koptik dikonfirmasi meninggal di Alexandria dan Minya.

Militan Ikhwanul menyerukan untuk mengembalikan digulingkan Presiden Mohamed Morsi telah membakar kantor polisi dan menyerang kantor gubernur provinsi, termasuk bangunan perumahan gubernur Giza, selatan Kairo dan bangunan Kementerian Keuangan di Kairo Nasr City, tepat kamp pendukung Morsi.

Setelah serangan ini, polisi Kementerian Dalam Negeri berwenang untuk mempekerjakan 'kekuatan mematikan' ketika diserang dan mempertahankan lembaga-lembaga negara.

Setidaknya 4 tentara tewas ditembak oleh sejumlah pria bersenjata, diyakini fundamentalis radikal, di Sinai utara.

Kacau-Balau

Di luar Masjid Al-Iman di dekat perkemahan lain pro-Morsi, nyanyian keras yang ditujukan terhadap militer dan polisi menggema.

Kondisi di Mesir sangat kacau-balau, beberapa trotoar dibakar dan beberapa kendaraan juga. Orang-orang datang untuk menunjukkan solidaritas, menunggu evakuasi jasad korban meninggal dari masjid. Mereka melambaikan poster Morsi ketika mayat dan peti mati berkelok-kelok melewati kerumunan.

"Kami tidak akan berhenti pada saat kematian ini," kata Motaz Ismail (41), seorang manajer di sebuah perusahaan perdagangan kimia.

"Itu hanya meningkatkan upaya kami untuk terus menuju revolusi, demokrasi sampai negara kita kembali," ungkapnya.

Pelayat, dokter, penonton dan relawan berkerumun di sekitar Masjid Al-Iman, di mana mayat dievakuasi. Peti mati pun satu per satu diangkat untuk dimakamkan. Nama-nama korban ditulis di selembar kertas putih yang menutupi tubuh mereka. Poster Morsi pun bertebaran di mana-mana.

Di luar masjid, pria menyeka air mata dari pipi mereka. Beberapa dari mereka juga terlihat membaca Al Quran.

"Kami sedang menunggu jenazah untuk dikuburkan, dan Jumat mungkin akan ada revolusi lain," kata Ahmad Abou Anain (31) sambil membagi-bagikan roti isi di tengah keramaian.

"Saya akan meminta Tuhan untuk membunuh Sisi --kepala militer Mesir Abdel Fattah al-Sisi," kata Abdel.

Layanan Ditutup

Bank dan layanan bursa ditutup Kamis saat kerusuhan semakin memanas. Begitu juga dengan museum dan situs arkeologi, pemerintah melakukan segel tanpa batas waktu.

Sebagian besar warga Mesir kini hidup di bawah status darurat dengan pemberlakuan jam malam selama 1 bulan.

Sementara Kedutaan Besar AS di Kairo juga ditutup untuk umum, dan layanan konsuler dihentikan. Departemen Luar Negeri AS, juga memperingatkan agar tidak bepergian ke Mesir dan mendesak warga negara Amerika yang tinggal di sana untuk segera angkat kaki dari Mesir. (Tnt/Sss)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini