Sukses

Senjata dan Amunisi Ditemukan di Istana Saddam

Senjata milik Garda Republik itu ditemukan saat pasukan sekutu berpatroli di istana kepresidenan dan beberapa sudut Kota Baghdad. Kejatuhan Tikrit menjadi titik transisi bagi pasukan koalisi.

Liputan6.com, Baghdad: Patroli pasukan sekutu di Baghdad, Senin (14/4), kembali menemukan sejumlah senjata dan amunisi yang ditinggalkan pasukan Irak di kompleks istana kepresidenan dan beberapa sudut kota tersebut. Berbagai senjata mulai dari senapan serbu AK-47, pelontar granat, mortir, dan artileri ringan lainnya itu diperkirakan milik Divisi Medina Garda Republik. Pasukan Amerika Serikat juga mengklaim menemukan senjata dalam jumlah besar yang setara isi enam gudang. Seluruh senjata tersebut kemudian dibawa dengan truk untuk disimpan di tempat yang aman. Seorang anggota pasukan Batalyon Infanteri Ke-10 menyatakan, senjata itu nantinya akan diberikan pada pemerintah baru Irak.

Lebih lanjut pasukan Amerika juga mengaku menemukan sejumlah amunisi di kompleks bangunan masjid dan di bagian lain Kota Baghdad. Di sana ditemukan peralatan penawar racun biologi, kimia dan nuklir. Sejumlah anggota pasukan paramiliter Fedayeen juga ditangkap pasukan koalisi. Sebelumnya, pasukan koalisi pernah menemukan sejumlah besar amunisi dan perlengkapan militer Irak di sebuah gedung di Kota Hillah, dekat Taman Gantung Babilonia [baca: Ribuan Senjata Militer Irak Dimusnahkan Pasukan AS].

Sementara itu, setelah sempat dilanda kerusuhan selama beberapa hari, kehidupan di Kota Nasiriyah berangsur pulih. Warga mulai menjalankan aktivitas seperti sedia kala, termasuk berdagang. Namun hingga kemarin kelangkaan air bersih masih terjadi dan aliran listrik juga masih padam. Di bagian lain kota, Marinir AS mulai membersihkan ranjau yang ditanam pasukan Irak. Selain itu, mereka juga merekrut dan mempersenjatai warga Irak, yang akan ditempatkan sebagai anggota pasukan "Free Irak".

Dari Tikrit dilaporkan, Senin kemarin pasukan koalisi berhasil menguasai kota kelahiran Presiden Saddam Hussein tersebut [baca: Kota Tikrit Sepi]. Pasukan Amerika yang kemudian memasuki kota tersebut lalu melakukan penyisiran di Istana Presiden Saddam untuk mencari tanda-tanda keberadaan Presiden Irak dan para pengikutnya. Kompleks Istana yang terletak di tepi Sungai Tigris ini sebagian telah hancur oleh serangan koalisi dan sebagian lainnya terlihat berantakan karena penjarahan. Bahkan, sejumlah penjarah masih tampak mengambil beberapa barang saat pasukan koalisi memasuki istana tersebut.

Pihak Amerika menyatakan, kejatuhan Tikrit pada hari ke-26 menjadi titik transisi. Menurut Brigadir Jenderal Vincent Brooks di Pusat Komando Peran Pasukan Koalisi di Qatar, kemungkinan perlawanan sporadis masih akan ada namun tidak lagi berupa sebuah perlawanan teroganisir. Pasukan koalisi kini harus mewaspadai serangan mendadak tentara Irak yang tersisa atau pejuang Arab lainnya. Pernyataan senada dikeluarkan Mayor Jenderal Stanley McChrystal di Pentagon, AS. Perdana Menteri Inggris Tony Blair bahkan menyatakan konflik sudah hampir berakhir. Kendati begitu, hingga kini keberadaan Saddam belum juga diketahui.

Istana putra sulung Saddam Hussein, Uday, di Baghdad, kembali disisir pasukan AS. Dalam pemeriksaan kali ini, mereka menemukan sejumlah barang, mulai dari cerutu Kuba, permadani hingga mobil mewah. Di kediaman Uday yang dilengkapi ruang olah raga serta kebun binatang pribadi ini, pasukan koalisi juga menemukan bantuan kemanusiaan dari UNICEF di satu ruangan bangunan. Seorang anggota Marinir AS mengatakan, sedianya bantuan kemanusiaan itu untuk dibagikan kepada anak-anak Irak. Rumah uday yang telah kosong tersebut sebelumnya sempat dimasuki para penjarah. sebagian penjarah membawa lari beberapa mobil berbagai jenis dan merek dari ruangan parkir bawah tanah bangunan tersebut. kini tertinggal hanyalah rusak akibat pertempuran atau tak bisa dihidupkan mesinnya oleh dua di antara kendaraan tampak masih utuh adalah klasik.

Agresi pasukan koalisi pimpinan AS ke Irak, telah banyak membawa korban warga sipil. Seorang di antara para korban itu bernama Ali Ismail Assan. Anak berusia 12 tahun itu kehilangan kedua tangannya akibat pecahan peluru kendali Amerika. Ali juga menderita luka bakar serius di bagian dada dan perut. Saat ini, dia terancam infeksi atau keracunan darah yang mematikan. Yang lebih menyedihkan, Ali juga kehilangan seluruh keluarganya yang tewas akibat serangan udara pasukan koalisi di Kota Baghdad, tiga pekan silam. "Mereka (pasukan koalisi) membantai semua keluarga saya. Mereka tak merasakan bagaimana menahan rasa sakitnya. Padahal saya harus sekolah. Ya Allah Ya Allah," Ali histeris.

Direktur Rumah Sakit Rusafa di distrik revolution di sebelah timur Baghdad, meminta kepada siapapun yang ingin menolong agar Ali segera dipindahkan ke tempat yang lebih layak perawatannya. Sebab hal tersebut adalah satu satunya harapan bagi Ali untuk dapat bertahan hidup. Kini, Ali hanya mempunyai seorang bibi yang mengurusnya selama di rumah sakit.(DEN/Uri, Merdi Sofansyah dan Dwi Guntoro)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.