Sukses

Dipecat Karena Dianggap Tak Menyenangkan di Kantor, Pria Ini Menuntut dan Menang Rp 47 Juta

Pengadilan Prancis memutuskan seorang pria yang dipecat dari sebuah perusahaan konsultan karena 'tidak cukup bersenang-senang' di tempat kerja, mendapatkan 'hak menjadi membosankan seperti yang dia' suka.

Liputan6.com, Paris - Pengadilan Prancis baru-baru ini memutuskan bahwa seorang pria yang dipecat dari sebuah perusahaan konsultan karena 'tidak cukup bersenang-senang' di tempat kerja, mendapatkan 'hak menjadi membosankan seperti yang dia' suka.

Begini cerita awalnya, pada 2015 Cubik Partners, sebuah konsultan manajemen Prancis yang berbasis di Paris, memecat Tuan T (nama disamarkan) dengan alasan bahwa dia sulit diajak bekerja sama, pendengar yang buruk, dan membosankan.

Bagaimanapun, apa yang tampaknya dimaksud oleh perusahaan itu adalah Tuan T tidak cukup sering pergi bersama rekan-rekannya setelah bekerja, sebagai bagian dari pendekatan "berbasis kesenangan" perusahaan untuk membangun kedekatan antar-karyawan. Demikian seperti dikutip dari Oddity Central pada Rabu (30/11/2022).

Di sisi lain, Tuan T mengklarifikasi bahwa dia hanya menolak untuk secara paksa mengambil bagian dalam berbagai ekses, seperti mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar dan bahkan berbagi tempat tidur dengan rekan kerja sesudahnya.

Setelah diberhentikan oleh Cubik Partners dengan alasan 'ketidakmampuan profesional', Tuan T mengadukan perusahaan tersebut ke pengadilan, dengan alasan bahwa pemecatan dengan alasan 'tidak cukup menyenangkan bagi majikannya' adalah ilegal. Setelah bertahun-tahun pertempuran hukum, pengadilan tinggi Prancis memutuskan mendukung karyawan yang dipecat ini.

Dalam keputusannya, pengadilan menyatakan bahwa perusahaan konsultan tidak memiliki hak untuk membuat siapa pun "secara paksa berpartisipasi dalam pertemuan akhir minggu yang sering berakhir dengan mengonsumsi alkohol berlebihan, karena didorong oleh rekanan yang menyediakan alkohol dalam jumlah sangat besar".

Putusan pengadilan juga menyatakan bahwa Cubik Partners terlibat dalam "praktik-praktik yang memalukan dan mengganggu mengenai privasi seperti tindakan seksual yang 'disimulasikan' melalui kewajiban untuk berbagi tempat tidur dengan rekan kerja selama pertemuan, penggunaan nama panggilan tertentu, dan menggantung foto yang dibuat-buat di kantor".

Selain secara hukum memiliki hak untuk menolak pesta, Tuan T juga berhak atas pembayaran sebesar $3.000 (sekitar Rp 47 juta). Karyawan tersebut menuntut ganti rugi tambahan sebesar $473.000 (sekitar Rp 7,4 miliar) dari mantan majikannya, yang akan diputuskan oleh pengadilan setelah sidang lanjutan yang akan datang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tak Kerjakan PR Lantaran Menonton TV, Bocah di China Dihukum Lanjut Nonton Sampai Subuh

Sementara itu, kisah unik lainnya datang dari China. Baru-baru ini, pasangan China memicu kontroversi online setelah menghukum anak mereka yang terlalu banyak menonton televisi.

Hukuman yang diberikan yaitu tetap disuruh menonton TV semalaman, dan tak diizinkan untuk mengantuk dan tertidur.

Ini adalah masalah yang dihadapi kebanyakan orang tua modern di beberapa waktu.

Anak-anak saat ini suka melihat layar, besar atau kecil, kecuali melakukan sesuatu yang lebih bermanfaat.

Pasangan yang berasal dari provinsi Hunan China itu dilaporkan meminta putra mereka yang berusia 8 tahun untuk menyelesaikan pekerjaan rumahnya dan tidur pada pukul 8:30 waktu setempat.

Tetapi ketika mereka kembali di malam hari, mereka menemukannya di sofa menonton TV meskipun sudah melewati waktu tidur.

Mereka juga mengetahui bahwa dia belum mengerjakan pekerjaan rumahnya, jadi mereka memutuskan untuk memberinya pelajaran.

Menurut rekaman CCTV rumah yang baru-baru ini menjadi viral di media sosial Tiongkok, peristiwa itu terjadi pada malam 11 November, dikutip dari laman Oddity Central, Minggu (27/11/2022).

Ketika orang tuanya pulang, bocah itu terlihat pergi ke kamar tidur, tetapi setelah memeriksa TV dan buku catatannya, pasangan itu dengan cepat menyadari apa yang terjadi dan menyeretnya kembali ke ruang tamu.

Bocah itu benar-benar mendapat lebih dari omelan verbal yang mungkin dia harapkan.

Alih-alih mengirimnya kembali ke kamarnya, orang tuanya justru menyalakan TV dan menyuruhnya untuk terus menonton program favoritnya.

Dia sebenarnya terlihat santai pada awalnya, tetapi seiring berjalannya waktu, Anda dapat melihatnya berjuang untuk tetap terjaga.

3 dari 4 halaman

Berkat Operasi Marvel, Polisi Nyamar Jadi Pahlawan Super Bekuk Geng Kriminal Saat Halloween

Dari belahan bumi lainnya, ada kisah unik dari Peru. Polisi di Kota Lima baru-baru ini mendapat perhatian internasional berkat operasi tak biasa, di mana petugas menyamar sebagai pahlawan super Marvel untuk membongkar sebuah keluarga kriminal.

Melansir dari Odditycentral, Sabtu (12/11/2022), dalam sebuah video yang beredar di dunia maya sekitar dua minggu ini, polisi yang menyamar sebagai Captain America, Thor, Spiderman, dan Cat Woman terlihat mendengarkan pengarahan untuk 'Operasi Marvel'.

Setelah itu, mereka berjalan ke mobil dan pergi ke lokasi tujuan mereka, sebuah operasi kriminal yang dijalankan oleh keluarga Mariategui, spesialis pengedar narkoba.

Para pahlawan super dengan santai berjalan menuju tujuan mereka, kemudian mendobrak pintu sebuah rumah, dan menangkap target mereka secara mengejutkan.

Penyamaran polisi berkedok pahlawan super untuk menangkap geng kriminal saat Halloween cukup tak terdeteksi, kostum dan musik epik dari speaker portabel yang mereka bawa benar-benar membantu mereka berbaur.

Seorang juru bicara polisi mengatakan, mereka secara khusus merencanakan Operasi Marvel untuk memastikan agar penduduk setempat tidak punya waktu untuk memperingatkan geng kriminal Mariategui bahwa polisi sedang mendekati markas mereka. Halloween memberikan kesempatan yang sempurna untuk rencana itu.

Saat para pahlawan super memasuki rumah target, para tersangka di dalamnya tampak bingung melihat polisi berkedok tim Marvel itu masuk ke rumahnya dan menyuruh mereka turun ke lantai.

Menurut pernyataan polisi, mereka yang ditangkap terlibat dalam perdagangan narkoba dan pemimpin geng tersebut baru saja dibebaskan dari penjara. Dalam penggerebekan itu, pasta bahan kokain, ganja dan, kokain hidroklorida disita.

4 dari 4 halaman

Homestay Unik di Borobudur, Bayar Biaya Menginap Pakai Ilmu

Di Indonesia juga ada sesuatu yang unik. Berwisata sambil berbagi ilmu jadi program yang diusung pemilik homestay Jaswan Inn, Andreas Aan Sugiarto. Akomodasi dengan konsep unik tersebut berada di Desa Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.

Guna menarik wisatawan menginap di homestay-nya, sekaligus memberi manfaat pada warga sekitar, pria berusia 40 tahun ini menjalankan program yang disebut Gunadarma. Ini memungkinkan para tamu menginap secara gratis selama satu malam.

Syaratnya, mereka harus berbagi ilmu dengan anak-anak di sekolah lokal. Homestay milik Andreas ini  memang bersebelahan dengan sekolah pariwisata. Sebelum pandemi COVID-19, para tamu acap kali mengajar di sekolah tersebut selama dua jam jika ingin menginap gratis satu malam.

Ilmu yang dapat diberikan pun sangat beragam dan tidak dibatasi sebatas pengetahuan formal. Para tamu asing biasanya mengajarkan bahasa Inggris pada para siswa. Tamu-tamu juga bisa mengajarkan hal lain, seperti menulis dan mendongeng.

"Dulu yang pernah kerja sama dengan saya adalah para tamu asing. Jadi, saya bawa mereka ke sekolah. Nanti dalam waktu dua jam kurang, mereka duduk dan para siswa aktif bertanya,” kata Andreas saat ditemui di homestay miliknya, Jumat, 25 November 2022.

Dengan demikian, tamu bisa berbagi manfaat pada warga sekitar, khususnya para siswa, sekaligus menghemat biaya homestay untuk satu malam. Andreas bercerita bahwa homestay miliknya mulai dibangun tahun 2017, dan resmi beroperasi pada 17 Agustus 2018.

 

Penulis: Safinatun Nikmah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.