Sukses

Tiga Migran Afrika Jadi Penumpang Gelap Duduk di Bawah Kapal 11 Hari, Tapi Selamat

Tiga penumpang gelap dari Afrika ditemukan duduk di kemudi kapal Alithini II yang berlayar selama 11 hari dari Nigeria, Afrika Barat ke Kepulauan Canary, Spanyol.

Liputan6.com, Jakarta Penjaga pantai Spanyol telah menyelamatkan tiga orang yang 'bertahan' di atas rudder atau kemudi kapal dengan perjalanan laut dari Nigeria, Afrika Barat ke Kepulauan Canary, Spanyol. Posisinya berada di bagian depan bawah kapal.

Dalam sebuah foto yang dibagikan oleh penjaga pantai pada hari Senin, para migran terlihat 'bertengger' di kemudi kapal tanker minyak dan kimia Althini II, dikutip dari AP News, Rabu (30/11/2022).

Althini II tiba di Las Palmas, Gran Canaria pada hari Senin setelah perjalanan 11 hari dari Lagos di Nigeria, menurut situs pelacakan kapal Marine Traffic.

"Para migran dibawa ke pelabuhan dan dirawat oleh layanan kesehatan," kata penjaga pantai di Twitter.

Kepulauan Canary milik Spanyol adalah pintu gerbang populer bagi para migran Afrika yang berusaha mencapai Eropa. Data Spanyol menunjukkan migrasi melalui laut ke kepulauan itu melonjak 51% dalam lima bulan pertama tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya.

Menurut Red Cross atau Palang Merah Internasional, lebih dari 20.000 migran menyeberang dari garis pantai Afrika Barat ke Kepulauan Canary pada 2021. Lebih dari 1.100 orang tewas di laut, kata organisasi itu.

Pada tahun 2020, empat penumpang gelap Nigeria bertahan 10 hari di laut sebelum ditemukan tersembunyi di kompartemen di atas kemudi kapal tanker minyak Norwegia yang melakukan perjalanan dari Lagos ke Las Palmas, menurut media Norwegia.

Pada tahun yang sama, seorang Nigeria berusia 14 tahun mengatakan kepada surat kabar Spanyol El Pais bahwa dia bersembunyi selama 15 hari di sebuah ruangan di atas kemudi kapal kargo yang membawa bahan bakar, saat melakukan perjalanan dari Lagos ke Kepulauan Canary.

Kemiskinan, konflik kekerasan, dan pencarian kesempatan kerja terus memicu migrasi keluar dari Afrika Barat, kata Palang Merah Internasional.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Insiden Kapal Karam di Yaman Tewaskan Para Migran dari Afrika

Tahun lalu, ratusan migran Afrika berusaha meninggalkan negaranya dan pergi ke Yaman. Nahas, kapal itu karam di provinsi barat Lahj di Yaman pada Senin, 14 Juni 2021.

Dikutip dari Arab News, Selasa (15/6/2021), seorang pejabat pemerintah setempat mengatakan bahwa para nelayan di Ras Alara di Lahj telah menemukan setidaknya 25 jenazah migran dari laut.

Seorang petugas penjaga pantai setempat kemudian mengatakan bahwa lebih dari 300 orang telah tewas dan para penduduk setempat bergegas untuk menguburkan beberapa jenazah yang ditemukan.

Surat kabar Al-Ayyam yang berbasis di Aden melaporkan bahwa para nelayan di Ras Alara melihat sekitar 150 migran yang tenggelam setelah kapal mereka bertabrakan dengan kapal lainnya.

Kapal migran tersebut membawa sekitar 400 penumpang yang sedang menuju ke pantai Yaman dari Tanduk Afrika dan empat orang Yaman termasuk di antara yang tewas.

 

3 dari 4 halaman

Kapal Terbalik di Lepas Pantai Mauritania, 58 Orang Tenggelam

Dua tahun sebelumnya, sebuah kapal yang membawa ratusan imigran juga terbalik di Samudera Atlantik. 58 orang dilaporkan tewas di kapal yang berasal dari Gambia itu.

Dilaporkan AP News, Kamis (5/12/2019), ada setidaknya 150 penumpang di atas kapal tersebut, termasuk anak-anak dan perempuan. Para korban yang selamat adalah mereka yang berhasil berenang ke pesisir pantai Mauriania.

Pejabat migrasi PBB berkata kapal itu sedang menuju Kepulauan Canaria, namun kapal itu mengarah ke Mauritania untuk mengisi bahan bakar dan memasok makanan.

"Banyak yang tenggelam. Mereka yang selamat berenang ke pantai Mauritania dekat kota Nouadhibou. Pihak berwajib Mauritania berkoordinasi dengan agensi yang ada secara efektif," ujar Laura Lungarotti, kepala misi badan migrasi PBB di Afrika Barat.

PBB menyebut setidaknya ada 83 orang yang berhasil berenang ke pantai. Korban dirawat di rumah sakit di Nouadhibou.

Korban selamat menyebut kapal itu meninggalkan Gambia pada 27 November lalu. Jumlah pasti korban yang hilang pun masih belum dipastikan. Peristiwa ini adalah satu salah yang paling mematikan dalam usaha imigran Afrika untuk mencari hidup layak di Eropa.

Kasus seperti ini pun sebetulnya kejadian yang berulang. Korban-korbannya pun berasal dari beragam negara Afrika, umumnya mereka adalah imigran yang lari dari negara mereka. 

4 dari 4 halaman

Lagi Boat Pengangkut Pekerja Migran Ilegal Tenggelam

Sementara itu, kasus tentang migran juga sering terjadi di Indonesia. Peristiwa kapal membawa Pekerja Migran Indonesian (PMI) ilegal tenggelam kembali terjadi di Perairan Pengerang, Kota Tinggi, Johor, Malaysia Kamis (20/1/2022). Dalam insiden kali ini, dari total 27 penumpang, 19 selamat dan 5 orang dinyatakan tewas tenggelam dan 3 belum ditemukan.

Sejak Desember hingga Januari 2022, tercatat sudah 3 kali kejadian serupa yang menelan 33 orang tewas tenggelam disapu gelombang tinggi dan angin kencang. Hanya 2 bulan saja.

Informasi di lapangan menyebutkan korban selamat dari insiden tersebut ada 19 orang, 9 laki-laki dan 10 orang perempuan, seluruhnya masih diperiksa di APMM Kota Tinggi, Johor. Sedangkan 5 orang perempuan meninggal dunia telah dievakuasi ke RS Sultanah Aminah Johor Bahru, sementara 3 orang korban belum ditemukan.

"Untuk mengurai masalah PMI ilegal, bukan hanya di lautan tetapi sejak di daratan," kata Kepala Bagian Humas Bakamla RI Kolonel Wisnu Pramandita.

Berdasarkan laporan awal, kapal tersebut diduga berangkat dari Desa Busung, Pantai Lobam, Bintan, Kepri, sekitar jam 01:00 WIB. Dugaan awal speed boat yang membawa PMI alami kecelakaan sekitar pukul 03:00 WS, saat menyusuri Teluk Ramunia dalam perairan Malaysia.

 

Penulis: Safinatun Nikmah.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.