Sukses

Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia Tembus 633 Juta, Waspada Subvarian Omicron Picu Gelombang Infeksi Baru

Otoritas kesehatan telah memperingatkan lonjakan baru-baru ini dalam kasus COVID-19 disebabkan oleh varian baru Omicron XBB yang dapat memicu gelombang infeksi baru.

Liputan6.com, Jakarta - Pandemi akibat Virus Corona COVID-19 belum usai, meski sejumlah negara telah melonggarkan protokol kesehatan demi memulihkan kondisi ekonomi maupun berdamai untuk hidup berdampingan dengan virus tersebut.

Kabar soal kasus COVID-19 hari ini di dunia pun kerap menjadi perhatian. Per Rabu (9/11/2022), infeksi virus tersebut sudah mencapai 633.292.755. Dengan penambahan 11.003.160 dalam 28 hari terakhir menurut data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU).

Sementara itu, 6.602.642 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 41,681 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 12.849.803.492 dosis.

Sejauh ini Amerika Serikat (AS) terpantau masih berada di urutan pertama negara dengan total kasus COVID-19 sebanyak 97.797.561. Kendati demikian menempati posisi keempat dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir yakni 1.064.157.

Dalam 10 besar wilayah dan negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. Jerman
  2. Jepang
  3. Prancis
  4. AS
  5. Taiwan
  6. Korea Selatan
  7. Italia
  8. Rusia
  9. Yunani
  10. Austria 

Kasus Melonjak

Mengutip situs Perth Now, otoritas kesehatan telah memperingatkan lonjakan baru-baru ini dalam kasus COVID-19 disebabkan oleh varian baru Omicron XBB yang dapat memicu gelombang infeksi baru di seluruh negeri. Sementara para ahli mendesak warga Australia untuk mendapatkan dosis vaksin COVID-19 kelima.

Chief Medical Officer Paul Kelly mengatakan Pemerintah Federal waspada untuk peningkatan jumlah kasus dan juga memantau dengan cermat varian Omicron kedua – BQ.1 – di luar negeri.

"Sementara bukti masih muncul, pengalaman hingga saat ini dengan dua varian ini di luar negeri adalah bahwa mereka tampaknya tidak menimbulkan risiko penyakit parah dan kematian yang lebih besar – dan bahwa vaksin COVID-19 memberikan perlindungan yang baik terhadap hasil ini," Profesor Kelly mengatakan pada hari Selasa.

Dia menambahkan bahwa varian baru itu resisten terhadap vaksin dan juga dapat menghindari kekebalan yang diberikan oleh infeksi sebelumnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dosis Kelima Vaksin COVID-19 Jadi Pertimbangan Australia

The Australian Technical Advisory group baru-baru ini mengamati angka infeksi COVID-19 karena kekhawatiran meningkat atas munculnya varian XBB dan BQ.1.

Strain itu diperkirakan akan menyalip BA.5 sebagai strain dominan di Australia dalam beberapa minggu mendatang.

Ketika gelombang Virus Corona baru menyebar ke seluruh Eropa dan Singapura, para ahli mengatakan Australian Technical Advisory Group on Immunisation (ATAGI) akan "hampir pasti" merekomendasikan dosis kelima pada Januari 2023.

"Akan ada banyak tekanan bagi mereka untuk melakukannya," kata salah satu dari mereka.

Ahli epidemiologi University of South Australia Profesor Adrian Esterman mengatakan dia yakin dosis kelima diperlukan.

"Pada umumnya saya akan menyambut dosis kelima, kita berada di awal gelombang baru,” katanya.

"Lebih penting lagi, kita memiliki kekebalan yang berkurang, kebanyakan orang mendapatkan dosis terakhir mereka beberapa bulan yang lalu."

Pertimbangan ini muncul di tengah kekhawatiran bahwa tidak cukup banyak orang Australia yang mendapatkan dosis vaksin keempat mereka.

3 dari 4 halaman

Indonesia Sumbang Kasus COVID-19 Terbanyak di Asia Tenggara, Penanganan dan Upaya Redam?

Subvarian baru virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19--XBB--terdeteksi di Indonesia. Setelah sebelumnya anakan atau salah satu hasil mutasi varian Omicron itu membuat negara tetangga, Singapura, nyaris kewalahan. Subvarian XBB membuat kasus COVID-19 harian di Singapura melonjak dan jumlah rawat inap pun naik drastis.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mencatat hingga 4 November 2022, setidaknya sudah 12 orang warga negara Indonesia terinfeksi oleh subvarian XBB. Diketahui dua kasus berasal dari perjalanan luar negeri, sementara 10 kasus lainnya merupakan transmisi lokal.

Seiring dengan temuan kasus subvarian XBB, kasus harian COVID-19 di Tanah Air pun merangkak naik sejak pertengahan Oktober 2022. Selama beberapa hari berturut-turut, kasus COVID-19 selalu melewati angka 4.000. Bahkan, sempat melebihi 5.000 kasus per hari.

Jika dibandingkan dengan Singapura yang mencapai 6.000 hingga lebih dari 9.000 kasus per hari karena subvarian XBB, kenaikan kasus COVID-19 di Indonesia memang terbilang lebih sedikit. Meski demikian, berdasarkan COVID-19 Weekly Epidemiological Update Edition 116, Indonesia menjadi negara dengan kasus baru dan kematian terbanyak di Asia Tenggara selama 24-30 Oktober 2022.

Dalam pekan itu, dilaporkan lebih dari 34 ribu kasus baru muncul di wilayah Asia Tenggara. Jumlah tersebut menunjukkan penurunan kasus di Asia Tenggara sebanyak 3 persen dari pekan sebelumnya. Namun, terjadi peningkatan 20 persen kasus di salah satu negara di wilayah tersebut, yakni Indonesia.

Pada pekan terakhir Oktober 2022 itu, Indonesia melaporkan 19.661 kasus baru atau 7,2 kasus baru per 100.000 penduduk, bertambah 40 persen dari pekan sebelumnya. Sedangkan angka kematian terkait COVID-19 di Asia Tenggara meningkat 13 persen dari pekan sebelumnya. Ada lebih dari 200 kematian baru dengan 168 di antaranya dilaporkan dari Indonesia.

Dengan adanya 168 kematian baru di Indonesia selama 24-30 Oktober di Indonesia, artinya angka tersebut meningkat 45 persen dari pekan sebelumnya.

Selanjutnya klik di sini...

4 dari 4 halaman

CDC AS Ungkap Kekhawatiran COVID-19 Subvarian Omicron BQ.1, BQ.1.1, dan XBB

Sementara itu, Centers for Disease Control and Prevention/CDC atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) sedang melacak dengan cermat berbagai sublineage atau subgaris keturunan Omicron. Termasuk di antaranya tiga yang baru-baru ini menarik perhatian.

Demikian seperti disampaikan lembaga itu pada Jumat 21 Oktober 2022.

Menurut pernyataan CDC AS yang juga dikutip dari Xinhua, Minggu (23/10/2022), tiga subvarian baru tersebut adalah BQ.1, BQ.1.1, dan XBB.

BQ.1 dan BQ.1.1 merupakan turunan dari subvarian Omicron BA.5, yang menjadi varian dominan di AS selama berbulan-bulan, menurut CDC.

Data CDC menunjukkan bahwa BQ.1 dan BQ.1.1 tampaknya menyebar relatif cepat sejauh ini, tetapi masih dalam proporsi kecil dari keseluruhan varian.

CDC juga tengah mengawasi XBB berdasarkan laporan internasional, meskipun masih sangat jarang ditemukan di AS.

Banyak varian SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, telah terlacak keberadaannya di AS dan secara global selama pandemi.

Terkadang, varian-varian baru dari Virus Corona COVID-19 muncul dan menghilang.

Sementara itu, varian-varian tersebut bertahan dan terus menyebar di masyarakat. Saat menyebar, Virus Corona tersebut memiliki peluang baru untuk berubah dengan cara yang dapat membuat varian-varian yang muncul lebih sulit dihentikan karena efektivitas vaksinasi atau perawatan kemungkinan telah berkurang, papar CDC.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.