Sukses

Kasus COVID-19 Hari Ini di Dunia Tembus 631 Juta, India Tertinggi Se-Asia

Dalam 10 besar wilayah dan negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

Liputan6.com, Jakarta - Data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) pada Kamis (3/117/2022) menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 631.321.159. Dengan penambahan 11.713.620 dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.594.771 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 41.622 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 12.841.996.997 dosis.

Amerika Serikat (AS) terpantau berada di urutan pertama negara dengan total kasus COVID-19 sebanyak 97.611.400. Namun menempati posisi keempat dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir yakni 97.611.400.

Dalam 10 besar wilayah dan negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. Jerman
  2. Prancis
  3. Taiwan
  4. AS
  5. Jepang
  6. Italia
  7. Korea Selatan
  8. Rusia
  9. Austria
  10. Inggris

Kasus Asia

Sementara itu, menurut data dari situs World-o-Meter, kasus COVID-19 di Asia secara total telah menembus 194.117.668.

Sementara itu, didapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak. Berikut ini 10 besar urutannya dengan total infeksinya:

  1. India
  2. Korea Selatan
  3. Jepang 
  4. Turki
  5. Vietnam
  6. Taiwan
  7. Iran
  8. Indonesia
  9. Malaysia
  10. Korea Utara

Dari data tersebut didapati Indonesia berada di posisi ke-8 sebagai negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia.

Kasus XBB Intai Indonesia

Sementara itu di Indonesia, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril melaporkan bahwa COVID-19 subvarian XBB sudah ada delapan kasus per Minggu 30 Oktober 2022.

“Di awal sampai Kamis (27 Oktober 2022) sebetulnya ada empat kasus XBB. Dua dari perjalanan luar negeri, dua dari transmisi lokal. Nah, tambah lagi empat per hari Minggu kemarin sehingga kita ada delapan,” kata Syahril dalam siaran sehat pada Senin 31 Oktober.

Dari delapan kasus itu, lima di antaranya ada di DKI Jakarta, satu di Lampung, satu di Kalimantan, dan satu lagi di Bali.

“Tapi memang subvarian ini tidak perlu kita khawatirkan ya. Dari 24 negara (yang mendeteksi XBB) memang melaporkan penambahan kasus, hanya saja mereka tidak banyak yang masuk rumah sakit dan tidak ada yang meninggal.”

Syahril menambahkan, ini adalah salah satu sifat alami virus yang bermutasi terus-menerus. Ia mengimbau masyarakat tetap waspada, terutama bagi lanjut usia (lansia) dan orang-orang dengan komorbid.

Untuk mencegah penambahan kasus, maka protokol kesehatan harus tetap diterapkan, kata Syahril. Seperti memakai masker, vaksinasi, dan lain-lain.

Dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Pemerintah untuk COVID-19, Reisa Broto Asmoro mengatakan bahwa subvarian Omicron XBB biasanya memang memicu gejala yang lebih ringan ketimbang varian sebelumnya.

“Dia bermutasi tapi fatality (keparahan) lebih rendah dibanding varian sebelumnya. Ya kita berharap subvarian XBB bermutasi ke yang lebih lemah terus,” kata Reisa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Gejala XBB Lebih Ringan

XBB adalah subvarian dari Omicron sehingga gejalanya lebih ringan dari varian sebelumnya seperti Delta. Varian Delta banyak menyerang pernapasan bawah, sedangkan Omicron menyerang pernapasan atas.

“Jadi biasanya gejala yang muncul itu pasti ada demam, kedinginan, ngilu-ngilu, nyeri otot, nyeri sendi, batuk, pilek, kelelahan, sakit kepala, mual muntah. Ada juga sih yang mengalami sesak napas, tapi kita bersyukur sekarang dan semoga ke depannya tidak ada yang mengalami kematian.”

Selain dari gejala yang ditimbulkan, lanjut Reisa, maka masyarakat juga harus melihat dari sisi kemampuan penularannya.

“Karena kalau kita lihat di Singapura, peningkatan kasus XBB ini memang berlangsung cepat dan sudah mencapai 0,79 kali BA.5 dan 0,46 kali gelombang BA.2, jadi dari segi penularannya lebih banyak yang tertular.”

3 dari 4 halaman

Tetap Vaksinasi

Meski tingkat keparahannya rendah, tapi Reisa tetap mengingatkan masyarakat untuk vaksinasi.

“Meski gejalanya lebih ringan, kita tetap harus meningkatkan imun kita supaya tetap kuat melawan virus ini. Jadi untuk semuanya nih yang lupa atau belum sempat booster, segera booster karena ini terbukti menurunkan fatality jadi bisa menyelamatkan nyawa.”

Sayangnya, belum lama ini kelangkaan vaksin sudah terjadi di berbagai daerah. Hal ini menjadi pertanyaan warganet, kapan vaksin booster akan tersedia lagi.

Mengenai hal ini, Syahril menjelaskan bahwa memang sempat ada kekosongan atau logistik yang kurang terkait vaksin booster.

“Tapi Alhamdulillah saat ini kita sudah datang lagi 5 juta dosis dari Pfizer dan sudah didistribusikan minggu lalu 2,5 juta dan sekarang akan mulai didistribusikan lagi.”

“Dan, kabar baik, kita Indonesia sudah bisa memproduksi vaksin dalam negeri dari Bio Farma yang disebut vaksin Indovac. Nanti akan diedarkan karena sudah mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).”  

4 dari 4 halaman

Gelombang COVID-19 Varian BQ Ancam AS

Sementara itu, Amerika Serikat terancam COVID-19 varian BQ yang menyebar di New York. Varian COVID-19 ini sulit ditangkal. 

Varian BQ dilaporkan sudah mencapai pesisir barat AS, yakni California. Pakar kesehatan menyebut seanter AS terancam varian ini. 

Dilaporkan Fortune, Rabu (2/11/2022), varian COVID-19 BQ disebut lebih jago membobol imunitas. Varian itu juga adalah sepertiga kasus yang dilaporkan di New York pada pekan ini.

Ada juga penambahan 15 persen kasus baru dari California. Hal itu berdasarkan perhitungan organisasi GISAID yang melacak perubahan COVID dan virus flu.

Testing di AS mulai semakin rendah. CDC AS menyebut keluarga BQ sebetulnya menyebar lebih banyak dari perkiraan, yakni hampir 43 persen di kawasan New York dan hampir 23 persen di California.

Ada dua jenis varian BQ, yakni BQ.1.1 dan BQ.1.

Saat ini, kombinasi varian BQ merupakan porsi penularan terbesar di California, sehingga kawasan itu menjadi "emerging hotspot".

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.