Sukses

Suntik Vaksin COVID-19 Booster, Joe Biden: yang Lama Tak Beri Perlindungan Maksimal

Selasa 25 Oktober 2022 sore waktu setempat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menerima suntikan vaksin COVID-19 booster atau penguat yang telah diperbarui.

Liputan6.com, Jakarta Selasa 25 Oktober 2022 sore waktu setempat Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menerima suntikan vaksin COVID-19 booster atau penguat yang telah diperbarui.

"Virus ini terus berubah. Varian baru telah muncul di sini, di AS, dan di seluruh dunia," ujar Joe Biden di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower di dekat Gedung Putih seperti dikutip dari Xinhua, Rabu (26/10/2022). 

"Vaksin lama Anda atau infeksi COVID Anda sebelumnya tidak akan memberi Anda perlindungan maksimal," demikian Biden memperingatkan.

Lebih dari 20 juta warga Amerika menerima vaksin COVID-19 yang telah diperbarui sejauh ini, menurut Gedung Putih.

"Tidak cukup banyak orang yang mendapatkannya," tekan Biden. "Cuaca semakin dingin. Orang-orang akan menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan. Dan virus-virus menular, seperti COVID, akan menyebar jauh lebih mudah."

Kondisi COVID-19 di AS

AS melaporkan 97 juta kasus Virus Corona COVID-19, bersama dengan lebih dari 1 juta kematian, papar data dari Universitas Johns Hopkins.

Hampir 400 orang meninggal setiap harinya akibat virus COVID-19 di negara tersebut. Biden mengungkapkan, "jumlah itu kemungkinan akan meningkat pada musim dingin ini."

AS "dapat kembali menghadapi musim dingin pandemi yang sangat gelap," seperti diperingatkan Martha Lincoln, asisten profesor antropologi medis dan budaya di San Francisco State University, dan Nate Holdren, yang mengajar di Drake University, dalam opini bersama yang dipublikasikan oleh Time baru-baru ini.

"Kegagalan pemerintah AS untuk mendorong langkah-langkah pandemi yang lebih baik akan mengorbankan nyawa dan kesehatan banyak warga Amerika," tulis mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Varian COVID-19 XBB Kian Merebak di Eropa dan Asia, Ini Kata Ahli

Sementara itu, para ahli penyakit menular mengawasi dengan cermat beberapa varian COVID-19 yang telah mengakibatkan lonjakan kasus di Eropa dan Asia.

Selama beberapa minggu, para ahli telah memperhatikan puncak kasus COVID-19 di Eropa dan Asia. Mayoritas menunjuk ke varian XBB dan BQ.1. Para ilmuwan di AS percaya bahwa itu adalah tanda peringatan.

"XBB telah menyebar sangat cepat di Singapura di mana ia telah melampaui BA5," kata Nadia Roan, PhD, seraya menambahkan, "Keduanya sangat memprihatinkan karena sangat mudah menular."

CDC sudah mengaitkan 5,7% kasus di AS dengan varian BQ.1 dan 47 urutan ke XBB menurut data dari organisasi penelitian internasional yang melacak jenis ini.

Apa yang membuat mereka berbeda dari strain Virus Corona COVID-19 lain?

"Mereka telah mengubah protein permukaan mereka sedemikian rupa sehingga antibodi yang diperoleh baik oleh infeksi sebelumnya atau dengan vaksinasi, pada dasarnya tidak bekerja dengan baik melawan mereka. Jadi itulah sebabnya mereka sangat menular," jelas penyelidik Senior di Gladstone Institutes, Nadia Roan seperti dikutip dari 6abc.com, Selasa (25/10/2022). 

Sementara itu, spesialis penyakit menular Universitas California San Francisco Dr. Monica Gandhi yakin kita akan melihat lebih banyak kasus di AS.

"Saya akan melihat ke Inggris. Kami melihat kasus naik sekitar empat minggu lalu. Lalu turun, kasusnya tidak terlalu tinggi. Penyakit parah, rawat inap tetap datar (stabil)," kata Dr. Gandhi.

"Saya pikir kita akan melihat peningkatan kasus. Artinya infeksi ringan. Saat ini, kita berada dalam jeda COVID. Saat ini kita mendapatkan lebih banyak virus influenza dan virus pernapasan. Kemudian COVID akan mengambil peran menyebabkan infeksi ringan," sambungnya.

Gandhi tidak percaya kita akan melihat peningkatan rawat inap di AS, tetapi menyarankan untuk mendapatkan booster terbaru yang dilengkapi untuk melawan strain Omicron.

3 dari 4 halaman

Subvarian COVID-19 Omicron XBB Bisa Picu Gelombang Infeksi Baru

Sebelumnya, Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia Dr Soumya Swaminathan pada Kamis 20 Oktober 2022 mengatakan bahwa beberapa negara mungkin melihat "gelombang infeksi lain" dengan subvarian XBB dari Omicron. Tetapi ilmuwan klinis India itu juga menambahkan bahwa hingga saat ini tidak ada data yang tersedia dari negara mana pun yang menunjukkan bahwa varian baru ini secara klinis lebih parah daripada yang sebelumnya.

"Ada lebih dari 300 subvarian Omicron. Saya pikir salah satu yang mengkhawatirkan saat ini adalah XBB, yang merupakan virus rekombinan. Kami telah melihat beberapa virus rekombinan sebelumnya. Yang satu ini sangat menghindari kekebalan, yang berarti dapat mengatasi antibodi. Jadi ada kemungkinan kita melihat gelombang infeksi lain di beberapa negara karena XBB," kata Swaminathan seperti dikutip dari Hindustan Times, Jumat (21/10/2022).

Swaminathan menginformasikan bahwa WHO juga melacak turunan Varian Virus Corona COVID-19, BA.5 dan BA.1, yang lebih menular dan menghindari kekebalan. Ketika virus itu berkembang, maka akan menjadi lebih menular, tambahnya.

Tindakan yang Harus Diambil

Mengomentari langkah-langkah pencegahan yang dapat diambil untuk mencegah lonjakan COVID-19, dia menegaskan bahwa "pemantauan dan pelacakan" adalah langkah kunci.

"Kami perlu terus memantau dan melacak. Kami telah melihat bahwa pengujian telah menurun di seluruh negara, pengawasan genomik juga telah turun selama beberapa bulan terakhir," paparnya.

"Kami perlu mempertahankan setidaknya pengambilan sampel strategis pengawasan genom sehingga kami dapat terus lacak variannya seperti yang telah kami lakukan dan pelajari," ujarnya lebih lanjut.

4 dari 4 halaman

CDC AS Ungkap Kekhawatiran COVID-19 Subvarian Omicron BQ.1, BQ.1.1, dan XBB

Sebelumnya lagi, Centers for Disease Control and Prevention/CDC atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) menyatakan sedang melacak dengan cermat berbagai sublineage atau subgaris keturunan Omicron. Termasuk di antaranya tiga yang baru-baru ini menarik perhatian.

Demikian seperti disampaikan lembaga itu pada Jumat 21 Oktober 2022.

Menurut pernyataan CDC AS yang juga dikutip dari Xinhua, Minggu (23/10/2022), tiga subvarian baru tersebut adalah BQ.1, BQ.1.1, dan XBB.

BQ.1 dan BQ.1.1 merupakan turunan dari subvarian Omicron BA.5, yang menjadi varian dominan di AS selama berbulan-bulan, menurut CDC.

Data CDC menunjukkan bahwa BQ.1 dan BQ.1.1 tampaknya menyebar relatif cepat sejauh ini, tetapi masih dalam proporsi kecil dari keseluruhan varian.

CDC juga tengah mengawasi XBB berdasarkan laporan internasional, meskipun masih sangat jarang ditemukan di AS.

Banyak varian SARS-CoV-2, virus penyebab COVID-19, telah terlacak keberadaannya di AS dan secara global selama pandemi.

Terkadang, varian-varian baru dari Virus Corona COVID-19 muncul dan menghilang.

Sementara itu, varian-varian tersebut bertahan dan terus menyebar di masyarakat. Saat menyebar, Virus Corona tersebut memiliki peluang baru untuk berubah dengan cara yang dapat membuat varian-varian yang muncul lebih sulit dihentikan karena efektivitas vaksinasi atau perawatan kemungkinan telah berkurang, papar CDC.  

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.