Sukses

Ilmuwan Jepang Temukan Obat yang Mampu Bentuk Otot Tubuh

Baru-baru ini, ilmuwan Tokyo, Jepang mengklaim telah menemukan obat yang dapat meniru manfaat pasca olahraga otot. Apakah kita dapat membentuk abs dengan duduk santai meminum obat itu?

Liputan6.com, Tokyo - Ilmuwan Tokyo Medical and Dental University mengklaim telah mengidentifikasi sebuah obat yang dapat mereplikasi manfaat pasca workout atau latihan otot dan tulang.

Kehidupan modern memaksa manusia untuk bekerja keras baik itu aktivitas berat secara fisik ataupun pikiran. Bagian dari evolusi manusia ini dapat memberikan dampak buruk bagi kesehatan kita.

Terlebih, sebagian besar orang tidak mendapatkan cukup olahraga dan mengakibatkan pelemahan tulang dan otot, seperti osteoporosis (pengeroposan tulang) dan sarkopenia (terhentinya pertumbuhan massa otot dan tulang) yang terus meningkat saat ini.

Ada pula orang yang secara fisik tidak mampu berolahraga karena kondisi fisik. Padahal, kurangnya aktivitas fisik dapat berisiko penyakit kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah), stroke, hingga diabetes. Oleh karena itu, perlua danya alternatif lain dari olahraga fisik.

Melansir dari situs Odditycentral, Senin (24/10/2022), baru-baru ini ilmuwan Jepang mengidentifikasi bahwa penguatan otot dan tulang selama latihan fisik dipengaruhi oleh perubahan anabolik (pembentuk jaringan) pada otot dan tulang.

Menggunakan sistem skrining obat jenis baru, peneliti itu mengidentifikasi senyawa yang mereplikasi perubahan pada otot dan tulang. Bernama locamidazole atau LAMZ, yang disebut-sebut sebagai keajaiban kimia. Istilah ini berasal dari kata locomotor (penggerak) dan aminoindazole (senyawa kimia di tulang punggung).

Berdasarkan riset yang dipublikasikan pada Agustus lalu di jurnal kesehatan Nature, LAMZ tidak hanya mampu merangsang pertumbuhan sel-sel osteoblast pembentuk tulang dan otot, tapi juga mampu menghambat pembentukan osteoclasts atau sel perusak tulang yang menyebabkan penyakit kronis seperti osteoporosis.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

LAMZ Tingkatkan Massa Otot

Selama uji coba pada tikus, peneliti Jepang memberikan LAMZ ke tikus laboratorium sekali sehari, dalam 14 hari. Pada akhir percobaan, obat terdeteksi dalam darah, otot dan tulang, tanpa efek samping yang terdeteksi pada parameter hematologi (ilmu kedokteran mengenai darah).

"Kami sangat senang mengetahui bahwa tikus yang diberi LAMZ menunjukkan lebar serat otot, kekuatan otot maksimal, dan tingkat pembentukan tulang yang lebih besar, serta aktivitas resorpsi (penyerapan osteoclasts) tulang yang lebih rendah," kata Takehito Ono, penulis utama studi.

"Kelemahan alat gerak yang disebabkan oleh penyakit seperti osteoporosis adalah salah satu target utama LAMZ. Hasil percobaan awal sangat menggembirakan. Locamidazole yang diberikan secara oral ataupun melalui injeksi subkutan telah meningkatkan otot dan tulang tikus dengan kelemahan alat gerak," menurut penulis studi senior Tomoki Nakashima.

Meskipun LAMZ mungkin tidak menghasilkan abs atau otot perut seperti yang Anda impikan, tetapi para peneliti yakin bahwa LAMZ dapat membantu sebagai obat terapeutik untuk pasien dengan gangguan gerak, seperti osteoporosis dan sarkopenia.

3 dari 4 halaman

Ilmuwan Australia Temukan Cara Antisipasi Deteksi Risiko Kanker pada Anak Muda

Sementara itu, di belahan bumi lain, sekelompok peneliti menemukan cara deteksi risiko kanker.

Sebuah proyek kerjasama nasional, yang dipimpin oleh Universitas Monash Australia, menemukan cara antisipasi dan deteksi peningkatan risiko beberapa jenis kanker atau penyakit jantung pada anak muda melalui tes DNA air liur dan ini secara gratis.

Proyek yang diumumkan pada hari Minggu, 21 Agustus 2022 itu diklaim sebagai studi skrining DNA pertama di dunia untuk risiko tersebut.

Dikutip dari laman Xinhua, Senin (22/8/2022) temuan ini bisa mendeteksi setidaknya 10.000 orang berusia 18-40 untuk gen yang berisiko mengalami kanker dan penyakit jantung tertentu, termasuk varian DNA dalam gen BRCA1 dan BRCA2, dan kondisi risiko Sindrom Lynch.

Peserta perlu mendaftar di situs web dan menempatkan sampel air liur ke dalam tabung kecil yang diterima melalui pos dan mengirimkannya kembali untuk dites.

"Menyediakan pengujian genetik berdasarkan riwayat keluarga saja tidak cukup. Hingga 90 persen dari mereka yang berisiko tinggi pada populasi umum tidak diidentifikasi oleh pengujian berbasis riwayat keluarga saat ini," kata pemimpin proyek, Associate Professor Paul Lacaze dari Monash University.

Para peneliti mengatakan, varian DNA pada gen BRCA1 dan BRCA2 dapat menyebabkan peningkatan risiko kanker payudara dan ovarium herediter pada wanita.

Meskipun tidak akan bereaksi kuat pada pria, itu masih terkait dengan kanker payudara dan prostat pada pria, dan orang tua yang membawa varian ini juga dapat menularkannya ke anak-anak mereka.

4 dari 4 halaman

Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius Renggut Jiwa Anak Indonesia, Apa Penyebab dan Upaya Meredam?

Terkait kesehatan, Indonesia justru tengah sibuk menangani kasus gagal ginjal misterius. Gangguan ginjal akut ini dialami oleh ratusan anak di 20 provinsi di Indonesia.

Bermula dari keluhan infeksi ringan seperti batuk, pilek, atau diare dan muntah, lalu berujung pada jumlah urine yang sedikit hingga sama sekali tidak buang air kecil. Demikian gejala yang dilaporkan para orangtua ketika memeriksakan anak mereka pada tenaga kesehatan.

Sejak penghujung Agustus 2022, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal atau acute kidney injury (AKI) yang meningkat tajam pada anak, terutama pada usia di bawah 5 tahun. Sebanyak 206 kasus ganggaun ginjal akut pada anak dilaporkan per 18 Oktober 2022 dengan angka kematian sebanyak 99 anak.

"Tingkat kematian terjadi pada 99 anak atau 48 persen," kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril dalam jumpa pers daring, pada Rabu, 19 Oktober 2022.

 

Selengkapnya klik di sini ...

Penulis: Safinatun Nikmah

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.