Sukses

Sekelompok Orang Bunuh 2 Pemimpin Rohingya di Bangladesh, Serangan Terburuk Terbaru

Sekelompok orang melakukan pembunuhan terhadap pemimpin Rohingya. Ini disebut sebagai salah satu serangan terburuk dalam beberapa bulan terakhir.

Liputan6.com, Dhaka - Sekelompok orang melakukan aksi pembunuhan terhadap dua pemimpin komunitas Rohingya di Bangladesh, ketika kondisi keamanan memburuk di kamp-kamp yang menampung hampir satu juta pengungsi.

Dilansir Al Jazeera, Senin (17/10/2022), juru bicara polisi Faruk Ahmed mengatakan para pemimpin Rohingya tewas Sabtu malam di Camp 13. Ia menyebutnya sebagai salah satu serangan terburuk dalam beberapa bulan terakhir.

"Lebih dari selusin penjahat Rohingya menyerang Maulvi Mohammad Yunus (38) yang merupakan ketua majhi Camp 13. Mereka juga membunuh Mohammad Anwar (38), majhi lainnya. Yunus meninggal di tempat dan Anwar meninggal di rumah sakit,” kata Ahmed.

“Majhi” adalah istilah untuk pemimpin kamp Rohingya.

Seorang perwira senior dari unit polisi elit yang bertugas menjaga keamanan di kamp-kamp itu menyalahkan pembunuhan itu pada Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), sebuah kelompok bersenjata yang memerangi militer di Myanmar.

"Ini adalah pembunuhan yang ditargetkan oleh ARSA. Bentrokan internal di Myanmar berdampak pada situasi keamanan di kamp-kamp," katanya, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Permukiman kumuh tersebut telah mengalami peningkatan kekerasan dalam beberapa bulan terakhir, dengan kelompok-kelompok mencoba untuk menegaskan kontrol atas perdagangan narkoba dan mengintimidasi kepemimpinan sipil pengungsi melalui pembunuhan dan penculikan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Bangladesh, Rumah bagi Rohingya

Bangladesh telah menampung para pengungsi Rohingya di kamp-kamp yang luas sejak mereka melarikan diri dari tindakan keras militer di Myanmar pada tahun 2017 --yang sekarang menjadi subjek penyelidikan genosida di pengadilan tinggi PBB.

Geng-geng tersebut telah lama berperang memperebutkan kendali perdagangan narkoba, yang berpusat pada pil metamfetamin "yaba", tetapi kepala polisi distrik Cox's Bazar Bangladesh mengatakan ada peningkatan yang terjadi.

“Dalam tiga bulan terakhir saja setidaknya 14 orang Rohingya dibunuh di kamp-kamp. Jumlah pembunuhan di kamp meningkat dibandingkan tahun lalu,” kata Mahfuzul Islam.

3 dari 4 halaman

Dilakukan ARSA

Seorang pemimpin komunitas Rohingya dan keponakan dari salah satu korban tewas juga menyalahkan ARSA atas pembunuhan tersebut.

“ARSA membunuh pamanku tadi malam. Paman saya biasa memberitahu mereka untuk tidak berurusan dengan narkoba. Dia akan mengawasi patroli sukarela di kamp-kamp. Mereka membunuh paman saya, ”kata keponakan itu, meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut akan keselamatannya.

4 dari 4 halaman

Tanggapan ARSA

ARSA belum secara terbuka mengomentari pembunuhan hari Sabtu.

Beberapa anggotanya awal tahun ini didakwa atas pembunuhan pemimpin tinggi Rohingya Mohib Ullah pada September tahun lalu. ARSA telah membantah keterlibatannya.

Pembunuhan itu mengirimkan gelombang kejutan melalui permukiman perbatasan yang luas yang menampung ratusan ribu pengungsi Rohingya tanpa kewarganegaraan yang melarikan diri dari tindakan keras di negara tetangga Myanmar.

Pembunuhan Ullah, yang telah diterima di Gedung Putih oleh Presiden Donald Trump saat itu, juga memicu tindakan keras oleh otoritas Bangladesh, dengan setidaknya 8.000 tersangka anggota ARSA ditangkap.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.