Sukses

Lubang Misterius Ditemukan di Tulang Rahang Fosil T-rex, Fenomena Apa?

Lubang misterius ditemukan di tulang rahang fosil T-rex yang diawetkan.

Liputan6.com, Jakarta - Diberi nama Sue, salah satu spesimen Tyrannosaurus rex ini yang paling lengkap dan diawetkan dengan baik yang pernah ditemukan.

Pengawetan tersebut membantu mengungkap detail tentang kehidupan Sue.

Misalnya, Sue hidup sampai usia sekitar 33 tahun, dan pada tahun-tahun itu, menderita luka-luka yang cukup parah.

Penyakit Sue yang paling misterius mungkin adalah lubang-lubang di tulang rahang.

Mengutip Phys, Jumat (7/10/2022), lubang-lubang ini, beberapa berdiameter seperti bola golf, menghiasi bagian belakang rahang kiri bawah.

Tidak jelas apa penyebabnya, tetapi luka serupa telah ditemukan pada fosil T. rex lainnya.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Cretaceous Research, para ilmuwan menunjukkan bahwa salah satu teori populer -bahwa Sue telah menderita infeksi dari parasit protozoa- mungkin tidak benar.

"Lubang-lubang di rahang Sue ini telah menjadi misteri selama beberapa dekade," kata Jingmai O'Connor, kurator asosiasi fosil reptil di Field Museum Chicago dan rekan penulis studi ini.

"Tidak ada yang tahu bagaimana mereka terbentuk, dan ada banyak tebakan." lanjutnya.

Salah satu hipotesis awal adalah Sue menderita infeksi bakteri seperti jamur, tetapi itu kemudian terbukti tidak mungkin.

Kemudian kembali dihipotesiskan bahwa Sue memiliki infeksi protozoa.

Protozoa adalah mikroba dengan struktur sel yang lebih kompleks daripada bakteri.

Ada banyak penyakit yang disebabkan protozoa di luar sana; salah satu penyakit umum seperti itu disebut trikomoniasis, yang disebabkan oleh mikroba yang disebut Trichomonas vaginalis.

Manusia dapat terinfeksi trikomoniasis sebagai penyakit menular seksual, tetapi hewan lain juga dapat tertular.

"Trikomoniasis ditemukan pada burung, dan ada spesimen elang dengan kerusakan pada rahangnya, sehingga beberapa ahli paleontologi berpikir bahwa protozoa mirip Trichomonas mungkin telah menyebabkan kerusakan serupa pada Sue," ujar O'Connor.

"Jadi untuk penelitian ini, kami ingin membandingkan kerusakan pada rahang Sue dengan kerusakan Trichomonas pada hewan lain untuk melihat apakah hipotesisnya cocok." tambahnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perbandingan Lubang Rahang

Bruce Rothschild, seorang dokter medis yang penerapan pendekatan medis ilmiahnya pada paleontologi membuatnya mendapatkan peran sebagai rekan peneliti di Carnegie Museum, meminta bantuan O'Connor dalam menganalisis cedera Sue.

Pada Maret 2021, O'Connor mengambil foto resolusi tinggi dari lubang di rahang Sue, dan para peneliti menganalisisnya untuk mencari tanda-tanda pertumbuhan kembali tulang.

"Ini adalah pertama kalinya saya mengerjakan T. rex. Saya biasanya mengerjakan fosil burung yang lebih kecil, dan harus saya akui, saya sangat bersemangat," ungkap O'Connor.

"Ini benar-benar hewan yang luar biasa." sambungnya.

Para peneliti membandingkan lubang di rahang Sue dengan patahan yang disembuhkan pada kerangka fosil lainnya.

Bekerja sama dengan ahli biokimia Field Museum Stacy Drake dan rekan penulis antropolog María Cecilia Lozada dari University of Chicago, O'Connor dan Rothschild juga memeriksa tulang yang sembuh di sekitar lubang trepanasi yang dibuat dalam tengkorak oleh ahli bedah dan penyembuh Inca di Peru kuno.

"Kami menemukan bahwa cedera Sue konsisten dengan contoh-contoh cedera dan penyembuhan tulang lainnya. Ada taji-taji kecil yang serupa dari tulang yang terbentuk kembali," tutur O'Connor.

"Apa pun yang menyebabkan lubang-lubang ini tidak membunuh Sue, dan hewan itu bertahan cukup lama agar tulang-tulangnya mulai memperbaiki diri." tambahnya.

 

3 dari 4 halaman

Bekas Luka

O'Connor kemudian bekerja sama dengan asisten manajer koleksi burung di Field Museum, Mary Hennen, untuk menemukan kerangka burung dalam koleksi Field yang memiliki riwayat trikomoniasis.

"Dia menemukan saya satu, dan Anda tidak melihat lubang rahang," ucap O'Connor.

"Anda memang melihat tanda-tanda infeksi, dan mereka berada di belakang tenggorokan, tetapi tidak ada lubang yang menembus rahang seperti yang kita lihat di Sue." Trichomonas, atau protozoa serupa, tampaknya tidak cocok.

Jadi apa yang menyebabkan lubang-lubang ini, jika bukan infeksi?

"Kami masih belum tahu. Rekan penulis saya Bruce Rothschild berpikir bahwa itu adalah gigitan atau lebih mungkin bekas cakar, tapi saya rasa itu tidak masuk akal," terang O'Connor.

"Lubang-lubang itu hanya ditemukan di bagian belakang rahang. Jadi jika itu adalah bekas gigitan, mengapa tidak ada juga lubang di bagian depan rahang? Dan Anda tidak melihat deretan lubang, atau lekukan, seperti yang Anda lihat dari deretan gigi, bahkan deretan di mana giginya memiliki ketinggian yang berbeda. Mereka hanya acak, di semua tempat." jelasnya.

 

4 dari 4 halaman

Masih Memecahkan Misteri

Hipotesis Rothschild menunjukkan bahwa tanda cakar adalah hasil dari perilaku pacaran, bahkan mungkin antara dua spesimen T. rex jantan.

Para ilmuwan tidak tahu jenis kelamin Sue, tetapi ukuran fosil itu membuat beberapa ahli paleontologi berpikir Sue adalah jantan, dan ada banyak contoh aktivitas homoseksual di alam.

"Hipotesis 'gay T. rex' memang menyenangkan, tapi saya rasa tidak ada cukup bukti untuk mendukungnya," katanya.

Tapi jika bekas gigitan atau cakar (gigitan cinta atau lainnya) tidak ada, O'Connor mengatakan ada banyak kemungkinan yang tersisa untuk menjelaskan lubang-lubang itu - beberapa di antaranya mungkin belum terpikirkan oleh kita.

Tapi dia ingin membantu mencari tahu.

"Semakin saya mulai belajar tentang lubang rahang ini, semakin saya seperti, 'Ini benar-benar aneh'," ujar O'Connor.

"Apa yang saya sukai tentang paleontologi adalah mencoba memecahkan misteri, jadi minat saya pasti terusik." lanjutya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.