Sukses

Sejumlah Aktris Peraih Oscar Potong Rambut, Solidaritas Untuk Mahsa Amini

Video yang diunggah Cotillard, Binoche, dan lusinan perempuan lainnya tengah memotong seikat rambut mereka dirilis di akun Instagram, "soutienfemmesiran".

Liputan6.com, Paris - Aktris pemenang piala Oscar, Marion Cotillard dan Juliette Binoche, serta sejumlah bintang di dunia hiburan Prancis lainnya, merekam diri mereka sendiri tengah memotong rambut mereka dalam sebuah video yang diposting pada Rabu (5/10) untuk menunjukkan dukungan terhadap para pengunjuk rasa di Iran.

"Untuk kebebasan," kata Binoche sambil memotong segenggam rambut dari atas kepalanya dengan gunting, sebelum mengacungkannya ke depan kamera, dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (6/10/2022).

Video tersebut, yang diberi tagar #HairForFreedom, muncul di saat gelombang protes anti-pemerintah melanda Iran. Rangkaian aksi protes tersebut dipicu oleh kematian Mahsa Amini, seorang perempuan yang berusia 22 tahun, dalam tahanan polisi moral Iran. Ia ditangkap karena diduga melanggar aturan berpakaian ketat di Republik Islam tersebut.

Video yang diunggah Cotillard, Binoche, dan lusinan perempuan lainnya tengah memotong seikat rambut mereka dirilis di akun Instagram, "soutienfemmesiran" — yang bermakna "dukung perempuan di Iran."

"Para perempuan ini, para pria ini meminta dukungan kami. Keberanian dan martabat mereka mewajibkan kami," tulisan sebuah unggahan dalam akun tersebut.

"Kami telah memutuskan untuk menanggapi peraturan yang diterapkan kepada kami dengan memotong seikat rambut ini."

Beberapa perempuan lainnya yang mengambil bagian dalam aksi tersebut termasuk di antaranya aktris Charlotte Rampling dan Charlotte Gainsbourg, yang dalam video tersebut juga terlihat memotong seikat rambut dari kepala ibunya, Jane Birkin, penyanyi sekaligus aktris Prancis.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kematian Mahsa Amini Picu Aksi Solidaritas untuk Perempuan Iran di Roma

Rabu 5 Oktober 2022 massa berkumpul di Roma guna memperlihatkan dukungan mereka untuk pemrotes Iran yang menentang kepemimpinan di negara itu, sehubungan tewasnya seorang perempuan ketika ditahan oleh polisi Iran. Mahsa Amini.

Ratusan pemrotes yang berkumpul di Capital Hill Italia mengatakan, mereka ingin menunjukkan solidaritas mereka dengan perempuan Iran terhadap penindasan pemerintah.

Tina Marinari seorang wakil dari Amnesty International Italia mengatakan kepada AP bahwa kelompok hak-hak telah mengumpulkan “angka-angka mengerikan” dari protes yang sedang berlangsung di Iran.

"Kita berbicara tentang sedikitnya 130 orang yang telah dibunuh dan 1.500 lainnya yang ditahan. Yang sangat merisaukan kami adalah penggunaan kekerasan,” katanya seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (6/10/2022).

"Perempuan dipukuli dengan tongkat, diseret di jalan, dan rambutnya ditarik," demikian ditambahkan oleh Marinari.

Danial, pemrotes dari Iran yang bergabung dan membawa bendera nasional Iran dengan sebuah tanda silang di lambang Revolusi Islamis itu, mengatakan dia menolak kehadiran Republik Islamis di Iran.

Ribuan warga Iran telah turun ke jalan dalam minggu-minggu terakhir dan memrotes kematian Mahsa Amini, seorang perempuan usia 22 tahun yang telah ditahan oleh polisi moralitas di Tehran, dengan tuduhan mengenakan hijabnya terlalu longgar.

3 dari 4 halaman

Beredar Video Siswi di Iran Ramai-Ramai Lepas Hijab untuk Protes Pemerintah

Sementara itu, protes anti-pemerintah yang melanda Iran menyebar ke ruang kelas. Sebuah video baru yang diposting online menunjukkan siswi-siswi mencela seorang anggota pasukan paramiliter Basij yang ditakuti Iran.

Para remaja itu mengibaskan hijab mereka ke udara dan meneriakkan "menyingkir, Basiji" pada pria yang diminta untuk menangani mereka.

BBC tidak dapat memverifikasi laporan bahwa itu direkam di Shiraz pada Selasa 5 Oktober 2022.

Basij telah membantu pasukan keamanan menindak protes yang dipicu oleh kematian seorang wanita muda dalam tahanan. Mahsa Amini.

Rekaman lain yang beredar di media sosial menunjukkan seorang pria meneriakkan "matilah diktator", ketika sekelompok gadis lain berjalan melalui lalu lintas di kota barat laut Sanandaj dan seorang wanita tua bertepuk tangan ketika siswi-siswi yang tidak berhijab meneriakkan "freedom, freedom, freedom" di sebuah protes di jalan.

4 dari 4 halaman

Solidaritas untuk Perempuan Iran

Kerusuhan dipicu oleh kematian Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun yang koma beberapa jam setelah ditahan oleh polisi moral pada 13 September di Teheran. Ia diduga melanggar undang-undang ketat yang mengharuskan wanita untuk menutupi rambut mereka dengan hijab atau jilbab. Dia meninggal di rumah sakit tiga hari kemudian.

Keluarganya menuduh bahwa petugas memukul kepalanya dengan tongkat dan membenturkan kepalanya ke salah satu kendaraan mereka. Polisi telah membantah bahwa dia dianiaya dan mengatakan dia menderita serangan jantung.

Protes pertama terjadi di barat laut Iran, tempat Amini berasal, dan kemudian menyebar dengan cepat ke seluruh negeri.

Wanita muda berada di garis depan kerusuhan, tetapi baru pada Senin 3 Oktober para siswi mulai berpartisipasi secara publik dalam jumlah besar.

Itu terjadi sehari setelah pasukan keamanan secara singkat mengepung Universitas Teknologi Sharif yang bergengsi di Teheran, sebagai tanggapan atas protes di kampus. Puluhan siswa dilaporkan dipukuli, ditutup matanya dan dibawa pergi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.