Sukses

Seperti Tragedi Kanjuruhan Malang, Gas Air Mata di Pertandingan Bola Peru Telan Korban Bahkan Hingga 300 Orang

Lebih dari 300 orang tewas dalam pertandingan sepak bola di Peru karena gas air mata.

Liputan6.com, Malang - Sejarah sepak bola global mencakup sejumlah bencana stadion yang mematikan di pertandingan. Insiden seperti itu sering kali berasal dari kekerasan dan kemarahan penggemar, dan diperburuk oleh respons keamanan dan polisi yang menyebabkan serbuan para penonton panik yang berusaha melarikan diri. 

Dilansir Washington Post, Selasa (4/10/2022), terlepas dari perubahan keamanan, seperti mengubah stadion dari area ruang berdiri yang penuh sesak menjadi tempat duduk saja, insiden berdesakan yang menewaskan 125 pendukung pada hari Sabtu lalu di Stadion Kanjuruhan, Malang telah terjadi. 

Seperti tragedi Kanjuruhan Malang, suporter yang berhamburan ke lapangan setelah tim tuan rumah kalah dihajar kembali oleh petugas berseragam yang membawa pentungan dan tameng anti huru hara. Personel keamanan menembakkan apa yang tampak seperti gas air mata, menyebabkan kepanikan di kerumunan yang diperkirakan berjumlah 42.000 orang.

Insiden yang mirip juga terjadi di Lima, Peru pada tahun 1964 silam. 

Keputusan wasit selama 24 Mei 1964, pertandingan kualifikasi Olimpiade di Lima antara Argentina dan Peru menyebabkan setidaknya dua penggemar berlari ke lapangan.

Hal ini memicu respons polisi yang membuat marah penggemar dan berakhir dengan kerusuhan. Lebih dari 300 orang tewas dari kerumunan 53.000 pendukung sepak bola. Sementara lebih dari 500 lainnya terluka.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Serbuan Penggemar

Setelah wasit menganulir gol di menit-menit akhir, para penggemar menyerbu lapangan Estadio Nacional dan melemparkan benda-benda ke arah polisi, yang keputusannya untuk melemparkan tabung gas air mata ke kerumunan membuat para penggemar menuju pintu keluar yang terkunci di terowongan stadion. 

Sebagian besar kematian disebabkan oleh sesak napas akibat gas air mata. 

“Polisi tidak melepaskan anjing mereka tetapi mereka membiarkan mereka merobek pakaiannya,” kenang Hector Chumpitaz, salah satu legenda sepak bola Peru, yang sedang bermain pada saat itu dan melihat tragedi itu mulai terungkap, kepada BBC. 

“Orang-orang mulai terganggu dengan cara mereka menyerbu lapangan. Itu membuat mereka gila. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka memindahkannya dengan cara damai, tetapi kami tidak dapat memikirkannya sekarang.”

3 dari 3 halaman

Komnas HAM Usut Penggunaan Gas Air Mata oleh Polri

Komnas HAM menyatakan bakal mengusut dugaan pelanggaran HAM dalam penggunaan gas air mata saat melerai suporter Arema di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Diduga, tewasnya ratusan orang pasca laga pertandingan Arema FC versus Persebaya itu karena sesak napps usai polisi menembakkan gas air mata. Berdasarkan aturan Federasi Sepakbola Internasional (FIFA), aparat penegak hukum tidak diizinkan untuk menggunakan gas air mata dalam stadion.

Selengkapnya di sini..

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.