Sukses

Kurangi Obesitas dan Krisis Ekonomi, Inggris Larang Penawaran Makanan Cepat Saji di Toko

Toko-toko di Inggris dilarang menampilkan penawaran makanan cepat saji di dekat pintu masuk dan kasir.

Liputan6.com, London - Inggris batasi penawaran di toko yang menampilkan makanan cepat saji mulai berlaku pada 1 Oktober 2022.

Produk yang tinggi lemak, garam, dan gula tidak lagi dapat ditempatkan di lokasi-lokasi yang menonjol seperti pintu masuk toko dan kasir.

Namun larangan yang diusulkan pada penawaran multibuy untuk makanan cepat saji - seperti penawaran "beli satu, gratis satu" - ditunda hingga Oktober 2023.

Mengutip Sky News, Sabtu (1/10/2022), Perdana Menteri Inggris, Liz Truss dilaporkan khawatir bahwa langkah-langkah tersebut akan meningkatkan tekanan pada konsumen yang sudah berjuang dengan biaya yang melonjak.

James Lowman, Kepala eksekutif Association of Convenience Stores atau Asosiasi Toko Swalayan, mengatakan, "Toko-toko lokal telah menghabiskan banyak uang untuk memperbaiki tokonya agar sesuai dengan peraturan ini, padahal bisnis mereka sudah berada di bawah tekanan akibat kenaikan tagihan energi dan peningkatan biaya produk,"

"Penjual telah frustrasi dengan pendekatan pemerintah yang terburu-buru terhadap pengembangan kebijakan dan keraguan tentang tanggal implementasi." tambahnya.

The Food and Drink Federation (Federasi Makanan dan Minuman) mengatakan bahwa penundaan larangan transaksi multibuy adalah berita baik, termasuk bagi pembeli yang tertekan karena inflasi yang masih tinggi.

Kepala eksekutif Asosiasi Wiski Scotch, Karen Betts mengatakan, "Industri kami berharap dapat terus bekerja sama dengan pemerintah untuk membantu mengatasi obesitas dan pola makan yang buruk."

"Bisnis makanan dan minuman tahu bahwa kami memainkan peran penting dalam hal ini, dan kami telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mengembangkan kembali resep produk kami agar lebih sehat sambil tetap mempertahankan rasa lezatnya. Hal ini termasuk upaya untuk membantu masyarakat memilih ukuran porsi yang sesuai." lanjutnya.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menunda Penawaran

Sementara, Barbara Crowther dari Children's Food Campaign mengatakan bahwa dia "kecewa" dengan penundaan tersebut - dan berpendapat bahwa penawaran multibuy sebenarnya mengakibatkan orang menghabiskan 22% lebih banyak untuk pembelian massal impulsif untuk makanan dan minuman yang kurang sehat.

"Kami berharap bahwa perusahaan sekarang akan menggunakan waktu ekstra ini secara bertanggung jawab untuk memfokuskan penawaran harga mereka di sekitar makanan yang lebih sehat, yang akan menjadi cara terbaik untuk mendukung keluarga mengakses makanan sehat dalam krisis biaya hidup ini," ujarnya.

Meskipun demikian, Crowther menyatakan harapannya bahwa aturan baru hari ini akan "mengalihkan sorotan promosi ke produk yang lebih sehat".

Mark Jones adalah pakar rantai pasokan makanan dan minuman di firma hukum Gordons.

Dia menunjuk pada angka-angka yang menunjukkan bahwa 28% orang dewasa di Inggris mengalami obesitas dan 36% lainnya mengalami kelebihan berat badan - dengan tingkat obesitas pada masa kanak-kanak mencapai titik tertinggi sepanjang masa selama pandemi.

"Sekitar 28% anak-anak sekarang kelebihan berat badan dan 41% anak berusia 10 hingga 11 tahun kelebihan berat badan, yang bukan pertanda baik untuk masa depan," peringatnya.

"Obesitas saat ini membebani pembayar pajak lebih dari gabungan polisi, pemadam kebakaran, dan sistem peradilan." lanjutnya.

Dia menambahkan bahwa "sesuatu perlu dilakukan untuk mengatasi meningkatnya tingkat obesitas".

 

3 dari 4 halaman

Akibat Mata Uang Loyo, Kehidupan di Inggris Bakal Makin Berat

Nilai mata uang poundsterling sedang loyo terhadap dollar. Harga BBM pun semakin mahal dan warga Inggris bisa menghadapi kesulitan.

Dilaporkan AP News, Selasa (27/9/2022), harga BBM terdampak karena harga minyak dan gas menggunakan dollar. Kenaikan harga ini sudah dirasakan oleh para sopir.

"Ada peluang bahwa pound yang merosot akan membuat kehidupan lebih mahal," ujar Sarah Coles, analis keuangan senior di firma layanan finansial Hargreaves Lansdown.

Kenaikan harga ini terutama akan berdampak produk-produk impor, seperti komponen, bahan mentah, makanan pokok di supermarket, dan keperluan-keperluan rumah tangga lainnya. 

Harga makanan juga sudah naik. Selain itu, regulator energi di Inggris mengumumkan bahwa tagihan listrik tahunan bisa naik 80 persen. Biaya rata-rata pelanggan pun naik dari  1.971 pounds per tahun (Rp 32,1 juta) menjadi 3.549 pounds per tahun (Rp 57,9 juta).

Analisis dari asosiasi kendaraan bermotor AA menyebut sopir di Inggris kini membayar lima poundsterling lebih mahal untuk mengisi kendaraan mereka akibat jatuhnya nilai mata uang Inggris.

Menteri Keuangan Kwasi Kwarteng berharap pemotongan pajak besar-besaran bisa memicu pertumbuhan ekonomi dan menghasikan kekayaan. Namun, nilai pound yang melemah membuka kemungkinan bank sentral akan mendongrak suku bunga. Kenaikkan suku bunga otomatis bisa menjegal harapan Kwarteng.

Investor disebut takut pada pemotongan pajak tersebut karena bisa memicu peminjaman ekstra dari pemerintah sebesar puluhan miliar poundsterling. Hal itu dinilai mengkhawatirkan ketika resesi ada di depan mata.

Lantas bagaimana dengan rupiah?

(1 poundsterling: Rp 16.335)

Selengkapnya di sini...

4 dari 4 halaman

Krisis di Inggris, Anak Sekolah Kelaparan: Kunyah Karet dan Pura-Pura Makan Bekal Kosong

Sebagai contoh, Inggris sedang mengalami krisis ekonomi yang memilukan hingga membuat anak-anak kelaparan di sekolah. Kepala sekolah dan badan amal bantuan makanan mengatakan mereka berjuang untuk mengatasi meningkatnya permintaan dari keluarga yang tidak mampu membeli makanan.

Anak-anak sangat lapar sehingga mereka makan karet atau bersembunyi di taman bermain karena mereka tidak mampu membeli makan siang, menurut laporan dari para kepala sekolah di seluruh Inggris.

Mengutip The Guardian, Selasa (27/9/2022), para kepala sekolah mengatakan bahwa pemerintah membiarkan sekolah-sekolah menghadapi krisis yang semakin meningkat - sebuah pesan yang diperkuat survei baru tentang kemiskinan pangan di sekolah, yang akan diterbitkan bulan depan oleh Chefs in Schools, sebuah badan amal makan sehat yang melatih koki untuk dapur sekolah.

Survei ini mengungkapkan bahwa banyak sekolah di Inggris sudah melihat peningkatan yang memilukan pada anak-anak yang kelaparan, bahkan sebelum musim dingin dan tagihan energi yang besar memaksa lebih banyak keluarga untuk memilih untuk menyalakan pemanas ruangan dan membeli makanan.

Salah satu sekolah di Lewisham, London Tenggara, mengatakan kepada badan amal tentang seorang anak yang "berpura-pura makan dari kotak makan siang yang kosong". Mereka tidak memenuhi syarat untuk mendapatkan makanan sekolah gratis dan tidak ingin teman-temannya tahu bahwa tidak ada makanan di rumah.

Kelompok bantuan makanan masyarakat juga mengatakan kepada Observer minggu ini bahwa mereka berjuang untuk mengatasi permintaan baru dari keluarga yang tidak dapat memberi makan anak-anak mereka.

"Kami mendengar tentang anak-anak yang sangat lapar sehingga mereka makan karet di sekolah," ujar Naomi Duncan, kepala eksekutif Chefs in Schools.

"Anak-anak datang ke sekolah karena belum makan apa pun sejak makan siang sehari sebelumnya. Pemerintah harus melakukan sesuatu." tambahnya.

Selengkapnya di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.