Sukses

Uskup Belo Timor Leste Dituduh Perkosa Anak Laki-Laki, Dulu Menang Nobel Perdamaian

Pada 1996, Uskup Belo dari Timor Leste pernah meraih Nobel Perdamaian. Kini, ia dituduh sebagai pelaku perkosaan.

Liputan6.com, Dili - Media Belanda mengungkap dugaan kasus perkosaan yang dilakukan seorang uskup terkenal dari Timor Leste, yakni Filipe Ximenes Belo. Pria yang dikenal sebagai Uskup Belo itu disebut pernah memperkosa anak-anak.

Korban yang angkat bicara adalah seorang laki-laki yang kini berusia 42 tahun. Pria bernama Paulo itu mengaku diperkosa Uskup Belo ketika masih remaja. Awalnya, ia gembira karena diajak ke rumah sang uskup, namun malamnya ia diperkosa.

Berdasarkan laporan De Groene Amsterdammer, Kamis (29/9/2022), Paulo berkata umurnya waktu itu sekitar 15 atau 16 tahun. Ia mengaku senang diundang karena Uskup Belo merupakan tokoh pemimpin gereja Katolik di Timor Leste, serta simbol perjuangan.

Di masa konflik antara Timor dan Indonesia, Uskup Belo adalah tokoh yang vokal membela hak rakyat setempat.

"Ia meminta saya datang ke tempatnya," ujar Paulo. "Saya sangat gembira."

Pada siang hari, Paulo datang ke rumah Uskup Belo di Dili. Ketika sorenya, Paulo diajak ke kamar tidur, dan serangan seksual dimulai.

"Uskup melepas celana saya," ujar Paulo. Selanjutnya, Uskup Belo melakukan tindakan tak senonoh secara oral.

Paulo kaget dan tertidur. Ketika bangun, Uskup Belo memberikannya uang. Namun, remaja itu sadar bahwa ia hanya digunakan oleh Uskup Belo.

"Ia adalah pendeta. Ia adalah uskup. Ia memberikan kita makan, dan berbicara dengan manis pada saya. Ia mengambil untung dari situasi tersebut," ucap Paulo. "Saya berpikir: ini menjijikan, saya tidak akan ke sana lagi."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Korban Lain Angkat Suara

Insiden itu hanya terjadi sekali pada Paulo. Namun, ternyata ada korban lain.

Pria bernama Roberto (nama samaran) yang kini berusia 45 tahun. Ia mengaku diperdaya dan diperkosa berkali-kali oleh Uskup Belo.

Waktu itu, Roberto berumur sekitar 14 tahun, kemudian ia diajak ke biara. Roberto yang baru selesai beraktivitas langsung tertidur di kamar yang disediakan.

Kemudian mendadak ia terbangun.

"Uskup memperkosa dan menganiaya saya secara seksual malam itu," ujar Roberto. "Pada pagi-pagi sekali, ia menyuruhku pulang. Saya takut karena masih gelap. Jadi saya menunggu sampai bisa pulang. Ia juga meninggalkan uang untuk saya. Itu dimaksudkan agar saya tutup mulut. Dan memastikan saya kembali lagi."

Uang tutup mulut yang diberikan kepada Roberto terbilang besar bagi remaja itu. Ketika Uskup Belo datang ke area tempat tinggal Roberto, bocah itu lantas kembali dijemput.

Roberto mengaku merasa dikendalikan dari segi pikiran dan hati. "Saya merasa dikenal, dipilih, dicintai, dan spesial," ujar Roberto.

"Sampai akhirnya saya paham bahwa uskup tak benar-benar tertarik pada saya, bahwa itu hanya untuk dirinya sendiri. Lalu itu hanya mengenai uang bagi saya. Uang yang saya sangat butuhkan."

Ketik Roberto pindah ke Dili, ia mengaku anak-anak yatim yang tinggal bersama. Mereka pun juga pernah "dipanggil" seperti dirinya.

Roberto dan Paulo berkata ada orang yang menjemput para anak laki-laki tersebut ke tempat tinggal Uskup Belo, tergantung siapa yang diinginkan.

3 dari 4 halaman

Nobel dan Vatikan

Menurut laporan De Groene Amsterdammer, Uskup Belo telah dicoba dihubungi untuk dimintai keterangan. Setelah teleponnya diangkat, ia langsung menutup kembali. 

Saat ini, Uskup Belo dilaporkan ada di Portugal. Pihak Vatikan dikatakan sudah membatasi pergerakan Uskup Belo. 

Presiden Konferensi Episkopal Timor Leste, Norberto do Amaral, pernah bilang bahwa Uskup Belo tidak bisa kembali ke Timor Leste, kecuali jika ada izin Vatikan. 

"Terkait masalah kenapa dia tidak bisa pulang, tolong tanya Vatikan," ujar Norberto do Amaral pada 2019. Ia menyebut masalah uskup ditangani langsung oleh Vatikan. 

Pihak Vatikan juga tidak merespons ketika dihubungan De Groene Amsterdammer.

Uskup Belo adalah salah satu pemenang Nobel Perdamaian. Ia meraih penghargaan itu pada 1996 karena membantu perdamaian di Timor ketika berkonflik dengan Indonesia. 

Hadiah Nobel itu ia menangkan bersama Jose Ramos-Horta.

4 dari 4 halaman

Harapan Korban

Seumur hidupnya, Paulo tidak bercerita kepada siapa-siapa tentang pemerkosaan yang ia alami. Paulo dan Roberto juga kini tinggal di luar Timor. 

Paulo berharap agar tidak ada lagi aksi diam terhadap kekerasan seksual. Ia ingin isu ini dibahas dengan lantang.

"Kita harus membicarakannya, dan meneriakannya dengan kencang kepada dunia," ujarnya.

Roberto pun mengaku bercerita karena ingin ada permintaan maaf dari Uskup Belo dan pihak gereja.

"Apa yang saya inginkan adalah permintaan maaf dari Belo dan gereja. Saya ingin mereka mengakui penderitaan yang diakibatkan pada saya dan yang lainnya, sehingga kekerasan dan penyalahgunaan kekuasaan ini tidak lagi terjadi pada siapa pun," ujarnya.

Kasus pelecehan seksual di Gereja Katolik bukan pertama kali terjadi. Pada 2021, ada laporan pedofilia di Gereja Katolik Prancis yang mencatat lebih dari 200 ribu korban selama puluhan tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.