Sukses

Gedung Putih: Referendum Rusia Diatur dan Dimanipulasi

Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengecam referendum "palsu" yang digelar Rusia di wilayah Ukraina yang diduduki.

Liputan6.com, Washington D.C - Sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengecam referendum "palsu" yang digelar Rusia di wilayah Ukraina yang diduduki. Ia menilai proses tersebut sebagai proses yang "diatur dan dimanipulasi" dan "langsung dari buku pedoman Kremlin."

Jean-Pierre, pada Rabu (28/9), membuat komentar dalam pemaparan Gedung Putih, sehari setelah pejabat pro-Rusia mengatakan bahwa dalam jumlah yang luar biasa, penduduk di keempat wilayah Ukraina yang diduduki memilih bergabung dengan Rusia dalam referendum yang digelar oleh Kremlin.

Menyebut hasil referendum sebagai "pemaksaan dan disinformasi oleh otoritas boneka," Gedung Putih menyatakan tindakan Rusia "jelas-jelas curang dan tidak memiliki signifikansi hukum apa pun, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (29/9/2022).

"Kami tidak akan pernah mengakui upaya pencaplokan yang ilegal dan tidak sah ini," kata Jean-Pierre.

Hasil yang telah ditentukan sebelumnya itu membuka celah untuk fase baru yang berbahaya dalam invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung selama tujuh bulan. Kremlin mengancam akan mengerahkan lebih banyak pasukan ke pertempuran itu dan kemungkinan akan menggunakan senjata nuklir.

Sementara, Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan Ukraina akan "membela" warganya di wilayah-wilayah yang diduduki Rusia, ketika pihak berwenang di sana mengumumkan hasil dari apa yang disebut referendum yang telah dikecam oleh Barat.

"Lelucon di wilayah pendudukan ini bahkan tidak bisa disebut sebagai tiruan referendum," kata Zelensky pada Selasa 27 September 2022 dalam sebuah video yang diposting di Telegram. "Kami akan bertindak untuk melindungi rakyat kami baik di wilayah Kherson, di wilayah Zaporizhzhia, di Donbas, di daerah yang saat ini diduduki di wilayah Kharkiv, dan di Krimea."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Hasil Pemungutan Suara

Di Kherson yang tertelak pada wilayah tenggara, pihak berwenang mengatakan 87% pemilih memilih penyerobotan Rusia setelah penghitungan suara selesai.

Di wilayah Luhansk, Ukraina timur yang dikendalikan oleh separatis pro-Rusia, 98,4% memilih penyerobotan oleh Rusia, kata kantor berita Rusia, mengutip otoritas setempat. "Sudah jelas" bahwa Luhansk akan kembali ke pangkuan Rusia, kata Leonid Pasechnik, pemimpin Republik Rakyat Lugansk yang memproklamirkan diri di Telegram.

Di wilayah Donetsk yang berbatasan, badan jajak pendapat mengatakan 99,2% pemilih memilih penyerobotan Rusia setelah semua surat suara dihitung, demikian menurut kantor-kantor berita setempat.

3 dari 4 halaman

Penolakan dari Blok Barat

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken mengatakan bahwa Blok Barat tidak akan pernah mengakui penyerobotan Rusia atas wilayah Ukraina, yang disebutnya sebagai bagian dari "skema jahat" oleh Moskow.

Nato mengecam referendum sebagai "palsu" dan "pelanggaran hukum internasional".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen terhadap integritas teritorial Ukraina di dalam perbatasan yang diakui.

Sebelumnya, dalam sebuah pidato di hadapan dewan keamanan PBB, Presiden Volodymyr Zelenskiy memperingatkan bahwa Ukraina tidak akan dapat bernegosiasi dengan Rusia setelah pemungutan suara.

"Pengakuan Rusia atas referendum sebagai hal wajar, penerapan apa yang disebut skenario dan upaya lain untuk mencaplok wilayah Ukraina berarti tidak ada yang bisa dibicarakan," katanya dalam pesan video.

"Di depan mata seluruh dunia, Rusia melakukan lelucon yang disebut "referendum" di wilayah Ukraina yang diduduki," katanya.

4 dari 4 halaman

Dugaan Referendum Palsu

"Orang-orang dipaksa untuk mengisi beberapa kertas untuk gambar TV di bawah moncong senapan mesin. Angka-angka yang diduga hasil dari referendum semu itu telah digambar sebelumnya."

Presiden Vladimir Putin dijadwalkan berpidato di hadapan kedua majelis parlemen Rusia pada Jumat (30/9) mungkin menggunakan pidato tersebut untuk secara resmi mengumumkan penyerobotan ke Rusia dari wilayah Ukraina yang mengadakan referendum, kata Kementerian Pertahanan Inggris dalam pembaruan intelijen terbarunya.

Presiden Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (27/9) bahwa Rusia ingin "menyelamatkan orang-orang" di wilayah-wilayah tersebut.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.