Sukses

Pipa Gas Nord Stream 1 Bocor, Uni Eropa Curigai Aksi Sabotase

Pipa gas Nord Stream bocor di Laut Baltik. Sejumlah negara Eropa curiga ada sabotase.

Liputan6.com, Brussels - Di tengah ancaman krisis energi, Uni Eropa dikagetkan dengan adanya kebocoran pipa gas Nord Stream 1 di Laut Baltic. Dicurigai adanya sabotase pihak tertentu. 

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga meminta adanya investigasi yang menyeluruh.

"Penting sekali sekarang untuk menginvestigasi insiden-insiden ini, untuk mendapatkan kejelasan kejadian ini dan mengapanya. Adanya disrupsi yang disengaja terhadap infrastruktur energi Eropa yang aktif tidaklah bisa diterima dan akan membawa respons paling kuat," ujar Presiden von der Leyen via Twitter, dikutip Rabu (28/9/2022). 

Presiden Ursula von der Leyen membuat pernyataan itu setelah bertemu Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen.

"Ada tiga kebocoran, untuk itu sulit membayangkan hal ini bisa terjadi secara kebetulan” kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen hari Selasa, dilaporkan VOA Indonesia.

“Kami melihat jelas bahwa ini adalah tindakan sabotase – sebuah tindakan yang kemungkinan berarti eskalasi lebih lanjut dalam situasi di Ukraina,” kata Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki.

Frederiksen dan Morzaiecki mengungkapkan kecurigaan mereka di Gloeniow, Polandia, pada upacara pembukaan Baltic Pipe, bagian dari rencana Polandia untuk mengurangi ketergantungan energinya pada Rusia. Pipa itu akan menghubungkan Polandia dengan tambang gas Norwegia melalui Denmark.

“Kami telah membuat laporan dan klasifikasi kejahatannya adalah sabotase berat,” kata kepolisian nasional Swedia hari Selasa, dalam pengumuman penyelidikan awal kemungkinan sabotase jalur pipa Nord Stream 1.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Respons Rusia?

Respons Rusia terhadap kecurigaan sabotase masih terbilang abu-abu.

“Tak ada kemungkinan yang dapat dikesampingkan saat ini,” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov terkait kemungkinan sabotase, yang menambahkan bahwa kebocoran itu patut menjadi perhatian.

Hingga belum lama ini Nord Stream 1 merupakan sumber gas utama Jerman, sementara Nord Stream 2 belum beroperasi secara komersial.

Rusia menutup Nord Stream 1 awal September lalu dengan klaim sedang dilakukan proses “pemeliharan.”

Pemilik mayoritas operator jaringan pipa gas Nord Stream AG adalah Gazprom, perusahaan energi milik pemerintah Rusia.

“Kerusakaan yang terjadi secara bersamaan di hari yang sama pada tiga rangkaian pipa gas lepas pantai dari sistem Nord Stream belum pernah terjadi sebelumnya,” kata pihak Nord Stream AG.

“Kebocoran terbesar menyebabkan tersebarnya gelembung-gelembung dengan diameter hingga satu kilometer. Yang terkecil menciptakan lingkaran berdiameter sekitar 200 meter,” menurut pernyataan angkatan bersenjata Denmark, yang menyertakan foto-foto kebocoran di lepas pulau Bornholm.

Ilmuwan di Eropa mengatakan, seismograf pada hari Senin merekam ledakan kuat di Laut Baltik pada hari yang sama ketika dua pipa gas menurunkan tekanan.

“Ada lonjakan dan kemudian kebisingan biasa,” kata Josef Zens, juru bicara pusat penelitian geologi Jerman, GFZ. “Kami tidak bisa mengatakan apakah itu bisa berupa gas yang mengalir keluar.”

3 dari 4 halaman

Banyak Kebetulan

Berbagai kebetulan yang terjadi juga menjadi perhatian pengamat. 

“Sekali adalah kebetulan. Dua kali adalah kebetulan. Tiga kali adalah tindakan musuh,” tulis komunis opini Bloomberg Javier Blas, mengutip penulis Inggris mendiang Ian Fleming.

“Kebocoran itu kemungkinan besar merupakan sebuah pesan bahwa Rusia membuka front baru dalam perang energi melawan Eropa. Pertama, ia mempersenjatai pasokan gasnya, menghentikan pengiriman, termasuk melalui jalur pipa Nord Stream. Kini, negara itu mungkin menyerang infrastruktur energi yang sebelumnya ia gunakan untuk mengirim pasokan energinya,” kata Blas, penulis buku The World for Sale: Money, Power and the Traders Who Barter the Earth’s Resources.

Di tengah banyaknya spekulasi di media sosial tentang siapa yang mungkin telah menyabotase Nord Stream, tidak ada bukti yang kredibel tentang siapa pelaku dan motifnya. Pengamat dan amatir di Twitter berpendapat bahwa Rusia mungkin telah mengerahkan penyelam atau kendaraan selam untuk melubangi pipa gas itu.

Sementara itu, penasihat kantor presiden Ukraina Mykhailo Podolyak, mengatakan bahwa kebocoran itu disebabkan oleh “serangan teroris” dan “agresi” terhadap Uni Eropa.

4 dari 4 halaman

Uni Eropa Didesak PBB Hindari Bahan Bakar Fosil untuk Atasi Krisis Energi

Sebelumnya dilaporkan, PBB mendesak negara-negara Uni Eropa, Senin (12/9) untuk terus memerangi perubahan iklim dan tidak menggunakan lebih banyak bahan bakar fosil sebagai tanggapan mereka terhadap melonjaknya harga energi dan kekhawatiran akan kekurangan energi pada musim dingin.

Rusia telah mengurangi pasokan gas ke Uni Eropa sejak invasinya ke Ukraina, sehingga membuat harga bahan bakar melonjak.

"Tidak ada ruang untuk mundur dalam menghadapi krisis iklim yang sedang berlangsung," kata wakil kepala urusan HAM PBB Nada Al Nashif kepada Dewan HAM PBB.

Ia merujuk pada banjir dahsyat yang memengaruhi lebih dari 33 juta orang di Pakistan sebagai contoh dari apa yang terjadi ketika dunia gagal bertindak atas perubahan iklim. Ia bertanya, "Berapa banyak lagi tragedi semacam ini harus terjadi sebelum menyentak kita untuk bertindak?."

Berbicara pada pembukaan sesi ke-51 Dewan di Jenewa, Al Nashif mengakui bahwa harga energi yang melonjak di Eropa "mengancam akan berdampak pada kelompok-kelompok yang paling rentan saat musim dingin mendekat".

Invasi Moskow ke Ukraina telah membuat harga gas alam mencapai rekor tertinggi, dan menjerumuskan ekonomi Uni Eropa ke ketidakpastian yang mendalam.

Semua mata sekarang tertuju pada apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan memutuskan aliran energi sepenuhnya.

Pekan lalu Rusia menyebar ketakutan ketika menghentikan pengiriman gas ke Jerman melalui pipa utama Nord Stream untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, sebuah langkah yang menurut Kremlin diambil untuk menanggapi sanksi-sanksi Barat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.