Sukses

Jerman Tandatangani Perjanjian Energi dengan Uni Emirat Arab, Berpaling dari Rusia?

Kanselir Jerman mendatangi perrjanjian energi dengan Uni Emirat Arab sebagai pengganti pemasok energi untuk Jeman yang asalnya dipegang oleh Rusia.

Liputan6.com, Abu Dhabi - Kanselir Jerman Olaf Scholz telah resmi membuat kesepakatan terkait pasokan energi dengan Uni Emirat Arab (UEA).

UAE State News Agency, WAM melaporkan terkait kesepakatan yang dibuat antara Scholz dan UEA, Scholz dan delegasinya bertemu dengan Presiden Emirat Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan di Abu Dhabi untuk memasok gas alam cair (LNG) dari UEA.

“Saya menyambut baik penandatanganan ‘joint declaration’ untuk perjanjian keamanan energi ini,” kata Scholz, dilaporkan oleh WAM.

Scholz tiba di UEA pada Minggu (25/9) setelah pertemuannya dengan putra mahkota Saudi pada Sabtu (24/9), seperti dikutip dari laman DW News, Senin (26/9/2022).

Sebelumnya, Scholz menekankan perlunya mengandalkan berbagai sumber untuk kebutuhan energi Jerman dengan mengatakan, ketergantungan hanya pada satu sumber “tidak akan terjadi lagi.”

Scholz juga dijadwalkan singgah di Qatar untuk mengakhiri perjalanan dua harinya ke wilayah tersebut.

Perjanjian Keamanan Energi dan Akselerator Industri tersebut ditandatangin oleh Dr Sultan Al Jaber, Menteri Perindustrian dan Teknologi dan Perubahan Iklim di UEA, dan Dr Franziska Brantner, sebagai Sekretaris di Kementerian Federal untuk Urusan Ekonomi dan Tindakan Iklim.

Di bawah kerja sama internasional tersebut, perusahaan minyak nasional Abu Dhabi akan memasok perusahaan energi di Jerman RWE AG dengan gas alam cair melalui terminal impor LNG di Brunsbuttel, Jerman.

Adnoc juga memesan kargo LNG lainnya untuk perusahaan-perusahaan di Jerman pada tahun 2023 mendatang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Isi Perjanjian

Dalam kesepakatan Jerman bersama dengan UEA, perusahaan energy Jerman RWE dilaporkan telah menandatangani kesepakatan untuk menjamin pengiriman sekitar 137.000 meter kubik LNG ke terminal LNG yang bari di Brunsbüttel dekat Hamburg pada bulan Desember.

DPA News melaporkan, termasuk di dalamnya ada pengiriman sekitar 0,95 miliar kilowatt jam listrik pada pengiriman pertama. Sebelum adanya invasi Ukraina, Pipa Nord Stream 1 yang terhubung dari Rusia ke Jerman pada 1 Februari, dalam sehari kerap mengirimkan listrik setara dengan 1,75 miliar kilowatt jam menurut operatornya.

Selain itu, perusahaan juga menandatangani nota pengiriman jangka panjang mulai tahun 2023.

“Produksi LNG di dunia permintaannya semakin tinggi dan kita pelu memastikan bahwa kebutuhan itu dapat dipenuhi tanpa harus mengandalkan produksi yang ada di Rusia,” kata Kanselir Jerman sebelum kesepakatan tersebut dicapai.

Kedatanagn Scholz ke UEA didampingi oleh delegasi pemimpin bisnis Jerman yang peusahaan-perusahannya rentan terhadap kekurangan gas pada musim dingin ini.

3 dari 4 halaman

Pengganti Rusia

Kunjungan pemimpin Jerman itu dilakukan saat negara tersebut berusaha mencari sumber energi pengganti setelah berkomitmen untuk mengurangi ketergantungannya pada gas dari Rusia.

Sebelum invasi Ukraina, Berlin diperkirakan telah membeli sekitar 55% gasnya dari Moskow seraya berencana untuk membuka pipa Nord Stream 2 melalui Laut Utara untuk akses langsung ke impor energi dari Rusia.

Namun, pengiriman pasokan energi dari Rusia makin berkurang dan memaksa pemerintah Jerman untuk memasok persediaan energi utama dari negara lain.

Bergesernya Scholz dari Rusia untuk mengamankan pasokan gas UES bukannya tanpa kontroveri kaarena negara mitranya memiliki catatan buruk terkait hak asasi manusia.

Lebih lanjut, Jerman juga sebenarnya sedang mencari sumber hidrogen hijau yang diproduksi menggunakan energi terbarukan yang diharapkan mungin dapat diperoleh dari Kawasan Teluk.

Selama perjalanannya ke Arab Saudi, Scholz menekankan pentingnya untuk mengamankan pasokan energi di Jerman dan menghormati hak asasi manusia.

4 dari 4 halaman

Peluang Pertumbuhan di Sektor Hidrogen

Pada pertemuan itu, mengutip The National News, diumumkan bahwa Adnoc telah menyelesaikan pengiriman diesel pertama UEA ke Jerman bulan ini dan telah menyetujui persyaratan bersama Hoyer GmbH & Co. KG (Hoyer) untuk memasok hingga 250.000 ton diesel per bulan mulai tahun 2023.

UEA dan negara-negara lain di seluruh kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara sedang mengupayakan rencana untuk menyertakan hidrogen ke dalam bauran energi mereka dan memanfaatkan bahan bakar bersih untuk berbagai aplikasi industri.

Kedua negara berharap, kerja sama kali ini dapat meningkatkan peluang pertumbuhan di sektor hidrogen yang sedang berkembang,

Mereka juga akan melibatkan perusahaan energi terbarukan yang terkemuka di UE, Masdar, dengan tujuan mengasilkan kapasitas produksi energy terbarukan hingga 10 GW pada tahun 2030.

“Perjanjian baru ini daoat memperkuat kerja sama energi yang berkembang antara UEA dan Jerman,” kata Dr Al Jaber.

"Saat kami melakukan transisi energi, Adnoc berkomitmen penuh untuk mempercepat dan berinvestasi dalam proyek-proyek ketahanan energi, dekarbonisasi, dan penanganan iklim, karena kami terus menjadi pemasok yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan serta pengekspor energi rendah karbon yang tepercaya,” tambah Dr Al Jaber.

"Melalui Esia, kami mendorong implementasi cepat proyek-proyek mercusuar strategis di bidang yang difokuskan pada energi terbarukan, hidrogen, LNG, dan penanganan iklim,” imbuh Scholz.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.