Sukses

Rusia Mulai Gelar Referendum di 4 Wilayah Ukraina Hari Ini

Pemungutan suara untuk referendum di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia dimulai hari ini, Jumat (23/9).

Liputan6.com, Moskow - Pemungutan suara untuk referendum di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia dimulai hari ini, Jumat (23/9). Momentum ini diperkirakan akan digunakan Rusia untuk membenarkan pencaplokan empat wilayah.

Seorang pejabat Ukraina melaporkan bahwa pemungutan suara ini bersifat wajib, dikutip dari laman Channel News Asia, Jumat (23/9/2022).

"Pemungutan suara telah dimulai dalam referendum di wilayah Zaporizhzhia yang menjadi bagian dari Rusia sebagai entitas konstituen Federasi Rusia," kata Vladimir Rogov, seorang pejabat di pemerintahan setempat yang didukung Rusia di wilayah itu.

Referendum telah secara luas dikutuk oleh Barat sebagai tidak sah dan merupakan awal dari aneksasi ilegal.

Serhiy Gaidai, gubernur Ukraina di wilayah Luhansk, mengatakan bahwa di kota Bilovodsk yang dikuasai Rusia, kepala satu perusahaan mengatakan kepada karyawan bahwa referendum itu wajib dan mereka yang menolak untuk memilih akan dipecat dan nama mereka akan diberikan kepada dinas keamanan.

Dia mengatakan bahwa di kota Starobilsk, pihak berwenang Rusia melarang penduduk meninggalkan kota sampai Selasa mendatang dan kelompok-kelompok bersenjata telah dikirim untuk menggeledah rumah dan memaksa orang keluar untuk mengambil bagian dalam referendum.

Pemungutan suara di empat wilayah provinsi Luhansk, Donetsk, Kherson dan Zaporizhzhia, yang mewakili sekitar 15 persen wilayah Ukraina, akan berlangsung dari Jumat hingga Selasa.

Pemungutan suara dilakukan setelah Ukraina bulan ini merebut kembali sebagian besar wilayah dalam serangan balasan, tujuh bulan setelah Rusia menginvasi dan melancarkan perang yang telah menewaskan ribuan orang, membuat jutaan orang mengungsi dan merusak ekonomi global.

Referendum telah dibahas selama berbulan-bulan oleh otoritas pro-Moskow tetapi kemenangan Ukraina baru-baru ini mendorong para pejabat untuk menjadwalkannya kembali.

Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengumumkan minggu ini rancangan militer untuk merekrut 300.000 tentara untuk berperang di Ukraina, Moskow tampaknya berusaha untuk mendapatkan kembali keunggulan dalam konflik tersebut.

Rusia berpendapat bahwa ini adalah kesempatan bagi orang-orang di kawasan itu untuk mengekspresikan pandangan mereka.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Macron: Besok Putin Mungkin Serang Asia

Presiden Prancis Emmanuel Macron berapi-api saat pidato di Sidang Majelis Umum PBB 2022 di New York. Ia pun dan mengingatkan dunia agar tidak cuek terkait Perang Rusia-Ukraina. 

Pasalnya, Presiden Macron khawatir Rusia akan menyerang daerah lain juga setelah negara tetangganya sendiri. 

"Hari ini di Eropa, tetapi mungkin besok di Asia, di Afrika, atau Amerika Latin," ujar Presiden Prancis Emmanuel Macron di Markas PBB, disiarkan situs resmi UN, Kamis (22/9/2022).

Presiden Macron juga berkata bahwa Mahkamah Internasional telah menetapkan invasi Rusia sebagai hal yang ilegal, serta agar Rusia mundur dari Ukraina.

Lebih lanjut, Presiden Macron bahkan menyebut Rusia membangkitkan lagi imperialisme ketika menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022.

"Apa yang kita lihat pada 24 Februari adalah kembali ke imperialisme dan kolonialisme. Prancis menolak hal tersebut dan terus mengupayakan perdamaian" ujar Presiden Prancis. 

Delegasi Rusia tampak tidak berekspresi ketika mendengar pidato Presiden Emmanuel Macron. 

Presiden Macron turut menyorot langkah "referendum" Rusia di wilayah-wilayah Ukraina yang dibombardir dan diduduki.

Sejauh ini, perdamaian Rusia-Ukraina masih belum kunjung tercapai. Ukraina meminta agar Rusia melepas wilayah-wilayah yang diduduki. Presiden Macron lantas berkata siap terus membantu Ukraina secara kemanusiaan dan militer.

3 dari 4 halaman

Presiden Erdogan: Vladimir Putin Ingin Akhiri Perang di Ukraina

Sebelumnya dilaporkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberikan kabar terbaru dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Kedua pemimpin baru-baru ini bertemu di Shanghai Cooperation Organization (SCO) di Samarkand, Uzbekistan.

Pada wawancara bersama PBS, Presiden Erdogan mengakui bahwa situasi terbilang bermasalah. Namun, ia menyebut Presiden Putin ingin mengakhiri perang.

"Di Uzbekistan, saya bertemu dengan Presiden Putin kami berdiskusi panjang dengannya," ujar Presiden Recep Tayyip Erdogan seperti dilansir media pemerintah Rusia, TASS, Selasa (20/9).

"Ia (Presiden Putin) ingin mengakhiri ini secepat mungkin," ucap Presiden Erdogan.

Lebih lanjut, Presiden Erdogan berkata langkah signifikan akan diambil ke depannya.

"Apa yang kita inginkan adalah pertempuran ini berakhir dengan damai," jelas Presiden Erdogan. Saat ini, Presiden Erdogan berada di Amerika Serikat untuk menghadiri Sidang Umum PBB 2022.

Rusia dan Ukraina sama-sama mitra dagang penting bagi Turki. Tak heran jika ekonomi Turki ikut terdampak invasi Rusia. Sejak perang dimulai pada Februari 2022, Presiden Erdogan berkali-kali mendorong adanya negosiasi antara kedua negara. 

Pada Juli 2022, Presiden Erdogan juga membantu memuluskan perjanjian tentang pengiriman gandum Ukraina. Perjanjian itu melibatkan PBB sebagai penengah antara Ukraina dan Rusia. 

Pada September 2022, pasukan Ukraina mulai merebut wilayah-wilayah yang sempat diduduki Rusia, seperti Izyum. Namun, kuburan massal ditemukan di kota tersebut. 

BBC menyebut ada ratusan makam yang ditemukan di Izyum usai kota itu dibebaskan dari cengkeraman Rusia. Kuburan itu tak bernama, namun diberikan salib kayu. Otoritas Ukraina memperkirakan ada 400 jenazah di kuburan massal Izyum.

4 dari 4 halaman

Putin Akan Berlakukan Wajib Militer pada Warga Rusia Untuk Lawan Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan mobilisasi parsial di Rusia, yang secara tidak langsung akan mengharuskan warga untuk bergabung dalam upaya perang di Ukraina.

Dia juga memperingatkan negara-negara Barat untuk tidak menyerang wilayah Rusia. Kalau berani maka akan dibalas dengan cepat. 

Pidato Putin pada Rabu kemarin datang ketika invasi Rusia mencapai hampir tujuh bulan dan di tengah serangan balasan yang berhasil oleh militer Ukraina, demikian dikutip dari laman Fox News, Kamis (22/9/2022)

Wajib militer "sepenuhnya memadai untuk ancaman yang kita hadapi, yaitu melindungi tanah air kita, kedaulatan dan integritas teritorialnya, untuk memastikan keamanan rakyat kita dan orang-orang di wilayah yang telah dibebaskan," katanya.

"Kita berbicara tentang mobilisasi parsial, yaitu hanya warga negara yang saat ini berada di daftar cadangan yang akan dikenakan wajib militer, dan di atas semua itu, mereka yang bertugas di angkatan bersenjata memiliki spesialisasi militer tertentu dan pengalaman yang relevan," kata Putin.

Pernyataan itu juga muncul satu hari setelah Rusia mengumumkan akan mengadakan pemilihan di wilayah yang dikuasai Rusia di Ukraina timur dan selatan.

Ini akan memungkinkan wilayah-wilayah ini untuk bergabung dengan Rusia. Pemilihan seperti itu tidak diragukan lagi akan meningkatkan perang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.