Sukses

Sidang Umum PBB 2022: Menlu Belanda Kecam Brutalitas Rusia di Ukraina

Menlu Belanda Wopke Hoekstra kecam invasi Rusia di Ukraina.

Liputan6.com, New York - Menteri Luar Negeri Belanda Wopke Hoekstra turut menyuarakan kritiknya terhadap Rusia yang menginvasi Ukraina. Ia menyebut tindakan Rusia sebagai hal yang brutal. 

Hoekstra menyuarakan hal itu saat menyimak pidato Presiden Amerika Serikat Joe Biden di Sidang Majelis Umum PBB (UNGA) yang mengecam Rusia. 

"Saya menyambut ucapan di UNGA oleh POTUS. Kerajaan Belanda berdiri bersama AS dalam menyorot agresi Rusia terhadap Ukraina dan rakyatnya. Mobilisasi militer parsial dan referendum tipu-tipu dalam daerah Ukraina yang diduduki oleh Rusia adalah pelanggaran langsung Piagam PBB," ujar Menlu Belanda Wopke Hoekstra melalui Twitter, dikutip Jumat (23/9/2022). 

"Kita tetap harus bersatu dalam mengecam brutalitas Rusia dan melanjutkan dukungan terhadap Ukraina dengan cara yang kita bisa," ucapnya.

Masalah referendum tipu-tipu itu juga dibahas oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pidatonya yang berapi-api di Sidang Umum PBB 2022. Rusia dikecam karena ingin mengadakan referendum di daerah yang mereka duduki secara militer.

Menurut laporan AP News, referendum itu terjadi di daerah separatis Luhansk dan Donetsk yang berada di timur Ukraina. Pejabat-pejabat yang dibeking Moskow di Kherson dan Zaporizhzhia di selatan juga meminta voting.

Kanselir Jerman Olaf Scholz juga setuju bahwa referendum itu adalah tipu-tipu. Presiden Prancis Emmanuel Macron berkata referendum itu tidak punya dampak hukum apa-apa. Sementara, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menilai retorika referendum Rusia itu hanya pengalihan isu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Rusia Mainkan Retorika Nuklir, Kemlu RI: Jangan Ulangi Perang Dunia II

Kementerian Luar Negeri RI merespons retorika Rusia yang semakin eksplisit ingin menggunakan nuklir. Retorika itu digunakan Presiden Rusia Vladimir Putin saat memberikan pesan kepada rakyatnya. 

"Ketika integritas wilayah negara kita diancam, untuk melindugi Rusia dan rakyat kita, tentunya kita akan menggunakan segala cara yang bisa kita gunakan," ujar Presiden Rusia Vladimir Putin, dilansir AP News. 

Saat ini, Rusia masih melanggar integritas wilayah Ukraina dengan cara invasi. Akan tetapi, Ukraina mulai melancarkan serangan balik yang kuat, dan Amerika Serikat berjanji akan terus memberi bantuan ke Ukraina. 

Ucapan Presiden Vladimir Putin untuk menggunakan segala cara berarti tak terlepas dari kekuatan nuklir yang Rusia miliki. Presiden AS Joe Biden pun mengkritik ancaman nuklir tersebut saat pidato di Sidang Umum PBB 2022. 

Kementerian Luar Negeri RI lantas mengingatkan bahaya dari nuklir seperti yang sudah disaksikan sejarah ketika Perang Dunia II.

"Saya rasa Indonesia dan negara-negara dunia pada umumnya sangat-sangat berharap bahwa konflik Rusia bisa mencapia suatu solusi dan dijauhkan dari penggunaan yang destructive dari senjata nuklir. Oleh karena itu kita semuanya berharap tidak ada pengambilan keputusan yang menciptakan kehancuran karena penggunaan senjata nuklir dalam konflik yang terjadi saat sekarang," ujar juru bicara Kemlu RI Teuku Faizasyah dalam press briefing virtual, Kamis (22/9/2022).

Ia pun menegaskan bahwa dunia tidak ingin lagi menyaksikan kehancuran di masa lalu. 

"Sudah ada pengalaman di masa lalu," ucapnya. "Kita tidak ingin terjadi kehancuran serupa seperti yang pernah dialami masyarakat dunia di masa lalu."

Pada Perang Dunia II, AS menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima-Nagasaki. Jepang pun menyerah, namun korban jiwa sangat tinggi. 

Situs History.com menyebut korban tewas di Hiroshima ada 70 ribu hingga 135 ribu orang. Sementara 60-80 ribu orang tewas di Nagasaki. Mereka tewas karena ledakan bom atom serta efek jangka panjang radiasi.

3 dari 4 halaman

Warga Rusia Banyak Kabur ke Luar Negeri Usai Putin Minta Warganya Ikut Perang Lawan Ukraina

Website agen travel di Rusia mencatat peningkatan drastis pada Rabu (21/9). Banyak dari mereka meminta penerbangan ke luar negeri yang tanpa harus memiliki visa, setelah Presiden Vladimir Putin mengumumkan "mobilisasi parsial" warga untuk memperkuat pasukannya yang terkuras habis di Ukraina.

Situs web penjualan penerbangan di Rusia menunjukkan bahwa semua penerbangan langsung ke negara-negara yang tidak memerlukan visa Rusia telah terjual habis setidaknya hingga Jumat (23/9). 

Penerbangan langsung dari Moskow ke Istanbul, Yerevan di Armenia, dan Baku di Azerbaijan termasuk di antara penerbangan yang penuh, menurut situs web agregator tiket.

Menurut Google Trends, istilah "meninggalkan Rusia" mengalami lonjakan tajam dalam pencarian di kalangan orang Rusia selama 24 jam terakhir.

Data Google Trends juga menunjukkan peningkatan tajam pada orang Rusia yang mencari "Aviasales" - mesin penjualan penerbangan Rusia terkemuka. Jumlahnya meningkat empat kali lipat dalam 24 jam dengan sebagian besar pencarian berasal dari Moskow dan Sankt Peterburg.

Menurut agregator tiket Aviasales, tiket sekali jalan pada Jumat dari Moskow ke Istanbul mulai dari US$ 2.715 (Rp 40 juta) per tiket. Sebelum pengumuman mobilisasi Presiden Putin, harga tiketnya sekitar US$350 (Rp 5 juta).

Situs web maskapai penerbangan negara Rusia Aeroflot menunjukkan bahwa semua tiket kelas ekonomi ke Armenia terjual habis hingga 28 September 2022.

"Karena adanya pertanyaan dari penumpang dan media, kami ingin menginformasikan bahwa maskapai Aeroflot Group beroperasi seperti biasa. Tidak ada pembatasan penjualan tiket." ungkap Aeroflot.

4 dari 4 halaman

Rusia Tambah Pasukan ke Perang Ukraina, AS: Tanda Kelemahan

Mobilisasi parsial yang diperintahkan oleh Presiden Vladimir Putin adalah tanda "kelemahan", kata duta besar Amerika Serikat di Ukraina pada Rabu (21 September).

"Referensi dan mobilisasi adalah tanda-tanda kelemahan, kegagalan Rusia," tulis Bridget Brink dalam cuitannya di Twitter. 

"Amerika Serikat tidak akan pernah mengakui klaim Rusia yang konon mencaplok wilayah Ukraina, dan kami akan terus mendukung Ukraina selama yang diperlukan," katanya, demikian dikutip dari Channel News Asia, Rabu (21/9).

Putin memerintahkan mobilisasi militer parsial pada Rabu dan bersumpah akan menggunakan "semua cara yang tersedia" untuk melindungi wilayah Rusia, setelah wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow tiba-tiba mengumumkan referendum pencaplokan.

Penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Mykhaylo Podolyak, mengejek langkah terbaru Moskow dalam pesan Twitter.

"Semuanya masih sesuai rencana kan? Hidup punya selera humor yang tinggi," tulisnya.

Pada Selasa kemarin, para pejabat separatis di wilayah Ukraina yang dikuasai Moskow mengumumkan pemungutan suara mendesak tentang pencaplokan oleh Rusia.

Pihak berwenang pro-Rusia di wilayah Donetsk dan Luhansk timur, serta di wilayah Kherson dan Zaporizhzhia selatan, mengatakan mereka akan mengadakan pemungutan suara selama lima hari mulai Jumat pekan ini.

Washington, Berlin dan Paris mengecm pemungutan suara dan mengatakan masyarakat internasional tidak akan pernah mengakui hasil, sementara NATO mengatakan pemungutan suara menandai "eskalasi lebih lanjut" dari perang.

Putin "masih menolak untuk memahami Ukraina", kata duta besar Inggris di Kiev.

"Mobilisasi parsial dan referendum palsu tidak mengubah kelemahan esensial itu," tulis Melinda Simmons di Twitter.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.