Sukses

Demi Keamanan, IAEA Desak Rusia-Ukraina Bentuk Zona Demiliterisasi di PLTN Zaporizhzhia

Badan Energi Atom Internasional IAEA pada Selasa 6 September 2022 meminta Rusia dan Ukraina untuk membentuk "zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir" di sekitar.

, Kiev - Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia (ZNPP) di Ukraina tengah jadi sorotan dunia. Terbaru, Badan Energi Atom Internasional IAEA pada Selasa 6 September 2022 meminta Rusia dan Ukraina untuk membentuk "zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir" di sekitar.

"Kita bermain dengan api, dan satu bencana yang sangat, sangat besar bisa terjadi," kata Kepala IAEA Rafael Grossi di sidang Dewan Keamanan PBB, beberapa hari setelah memimpin kunjungan inspeksi ke pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia dikutip dari DW Indonesia, Kamis (8/9/2022). 

Pada pertemuan Dewan Keamanan, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga menuntut agar pasukan Rusia dan Ukraina menyetujui "perbatasan demiliterisasi."

Menurut Guterres, ini akan mencakup "komitmen oleh pasukan Rusia untuk menarik semua personel dan peralatan militer dari perimeter itu, dan komitmen oleh pasukan Ukraina untuk tidak bergerak ke dalamnya."

Dalam laporan inspeksi tersebut, IAEA mengatakan penembakan terhadap fasilitas tersebut harus segera dihentikan. "Ini membutuhkan persetujuan dari semua pihak terkait pembentukan zona perlindungan keselamatan dan keamanan nuklir" di sekitar pembangkit. IAEA mengatakan penembakan menimbulkan risiko besar bagi keselamatan nuklir. "IAEA masih sangat prihatin dengan situasi di ZNPP," kata laporan itu.

Selanjutnya disebutkan, tindakan terbaik adalah mengakhiri konflik, tetapi jika tidak, area keamanan harus dibentuk. IAEA juga menyerukan penarikan kendaraan lapis baja Rusia yang diamati oleh delegasi.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Staf PLTN Bekerja di Bawah Tekanan

Selama kunjungannya, IAEA mengatakan telah melihat banyak kasus kerusakan, dan para delegasi sempat terpaksa mencari perlindungan dari baku tembak yang terjadi.

Infrastruktur yang rusak termasuk tangki minyak pelumas turbin, atap beberapa bangunan termasuk yang menampung kendaraan pengangkut bahan bakar bekas, bangunan yang menampung bahan bakar nuklir dan fasilitas penyimpanan limbah radioaktif padat, gedung pelatihan baru, bangunan dengan sistem alarm pusat untuk proteksi fisik; dan sistem pemantauan radiasi penampung kontainer yang berada dekat fasilitas penyimpanan bahan bakar bekas kering.

Dalam laponnya IAEA memuji staf pekerja, tetapi mengatakan kondisi kerja dan kehidupan mereka perlu ditingkatkan agar mereka terhindar dari risiko kecelakaan nuklir.

"Staf di semua fasilitas nuklir Ukraina terus menunjukkan daya tahan dan ketahanan dalam menjaga situs tetap berjalan dengan aman di tengah konflik, dan IAEA memberi hormat kepada mereka," kata laporan itu.

Para pekerja disebut bekerja "di bawah tekanan dan tekanan tinggi yang konstan, terutama dengan terbatasnya staf yang tersedia."

 

 

3 dari 4 halaman

Vladimir Putin Bantah Ada Perlengkapan Militer Rusia di PLTN Zaporizhzhia

Kiev dan Moskow telah berulang kali saling menuduh satu sama lain menembaki PLTN tersebut. PLTN Zaporizhzhia, bersama dengan sebagian besar wilayah lainnya, telah berada di bawah pendudukan Rusia sejak Maret lalu, tetapi PLTN dijalankan oleh staf Ukraina.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyambut baik laporan IAEA, terutama bagian yang menyebutkan kehadiran perangkat keras militer Rusia di pembangkit nuklir Zaporizhzhia.

"Laporan itu mencatat keberadaan perangkat keras militer Rusia di wilayah pembangkit listrik tenaga nuklir, tekanan pada karyawan kami di sana, dan membuat referensi yang jelas tentang pendudukan militer Rusia. Itu bagus,” kata Zelenskyy dalam pidato hariannya.

Namun Presiden Rusia Vladimir Putin hari Rabu (7/9) membantah hal itu dan mengatakan "tidak ada peralatan militer” di pembangkit listruk tenaga nuklir Zaporizhzhia. Putin yang sedang menghadiri Eastern Economic Forum di Vladivostok juga mengatakan Rusia tidak menembaki PLTN itu.

Minggu yang lalu, tim IAEA yang terdiri dari 14 orang sempat berkunjung ke PLTN Zaporizhzhia di Ukraina selatan. Dua inspektur IAEA saat ini tetap berada di sana.

 

4 dari 4 halaman

Putin Sebut Perang di Ukraina Semakin Buat Rusia Kuat

Presiden Rusia Vladimir Putin pada Rabu (7/9) mengatakan negaranya sama sekali tidak merugi dari operasi militernya di Ukraina dan telah memperkuat kedaulatan Rusia.

Berbicara pada sebuah forum ekonomi, Putin mengatakan semua tindakan Rusia “diarahkan untuk membantu rakyat Donbas.”

“Ini pada akhirnya akan mengarah pada penguatan negara kami dari dalam dan untuk kebijakan luar negerinya,” kata Putin, demikian dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (8/9/2022).

Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari. Dan setelah meninggalkan gerak majunya ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Rusia kemudian memfokuskan upaya militernya di kawasan Donbas, Ukraina Timur, di mana mereka yang pro-Rusia telah bertempur melawan pasukan Ukraina sejak 2014.

Putin juga mengkritik kesepakatan yang diperantarai PBB dan Turki yang memulai kembali pengiriman biji-bijian Ukraina di tengah-tengah krisis pangan global. Ia mengatakan ekspor itu tidak akan sampai ke negara-negara termiskin di dunia.

Pusat Koordinasi Gabungan yang mengawasi penerapan kesepakatan itu mengatakan bahwa hingga Selasa, lebih dari 2,2 metrik ton biji-bijian dan bahan pangan lainnya telah meninggalkan pelabuhan-pelabuhan Ukraina di dalam sekitar 100 kapal. Tujuan kapal-kapal itu mencakup Italia, Turki, Iran, China, Romania, Djibouti, Jerman dan Lebanon.

Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, mengatakan kepada Reuters bahwa komentar Rusia mengenai kesepakatan itu “tidak terduga” dan “tidak berdasar.”

Sementara itu Kementerian Pertahanan Inggris pada Rabu pagi mengatakan bahwa dalam periode 24 jam sebelumnya terjadi pertempuran hebat di Donbas, di dekat Kharkiv di Ukraina Utara dan di Kherson Oblast di Ukraina Selatan.

“Beberapa ancaman serentak yang menyebar sejauh 500 km akan menguji kemampuan Rusia untuk mengoordinasikan desain operasional dan merealokasikan sumber daya ke berbagai kelompok kekuatan,” kata kementerian itu. “Sebelum perang, kegagalan Rusia melakukan ini adalah salah satu alasan yang mendasari kinerja buruk militer.”

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.