Sukses

Jurus Uni Eropa Hadapi Krisis Energi, Batasi Suhu AC Jadi 25 Derajat Celsius

Pembatasan suhu AC ini menjadi bagian dari langkah hemat energi di tengah krisis energi di Komisi Eropa.

Liputan6.com, Jakarta - Menjelang musim dingin, Uni Eropa kini sedang dihadapi krisis energi akibat dampak invasi Rusia ke Ukraina. Uni Eropa menolak bergantung ke energi Rusia, sehingga mereka harus mencari ide agar hemat energi. 

Kebijakan hemat energi itu bahkan dimulai dari suhu AC. Salah satu taktiknya adalah pembatasan suhu ruangan agar tidak terlalu dingin.

"Opsi paling yang paling mudah untuk menghemat energi adalah selama musim panas, bulan panas, kita tidak mendinginkan ruangan sampai dingin seperti sebelumnya. Ada beberapa pemerintah yang secara kuat menyarankan bahwa tidak boleh mendinginkan di bawah 25 derajat," ujar Komisioner Eropa, Kadri Simson, kepada media di Kedutaan Besar Uni Eropa di Jakarta, Selasa (6/9/2022). 

Sebelumnya euronews melaporkan bahwa kebijakan pembatasan ini sudah diambil oleh Spanyol. Pendingin ruangan di restoran dan bar juga terdampak. The Guardian juga menyebut Italia mengambil kebijakan serupa.

Menjelang musim dingin, ada pula taktik untuk menjaga suhu ruangan agar tidak terlalu hangat. Ini juga untuk mengurangi ketergantungan pada gas.

"Dan pada musim dingin ketika kita mengalami suhu derajat minus, di gedung-gedung pemerintah mereka menyarankan kita seharusnya tidak menghangatkan lebih dari 19 derajat. Sebab sektor pemanas di Eropa utamanya menggunakan gas bumi," lanjut Simson. 

Perusahaan gas Rusia, Gazprom, sedang menyetop kiriman gas ke Eropa pada pekan pertama September 2022. Langkah itu membuat Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen kesal. Ia berkata Rusia akan kalah dan ia akan menjaga kelompok rentan dari dampak mahalnya harga energi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Taktik Rusia Jadi Senjata Makan Tuan

Pada Juli 2022, Komisioner Anggaran Johannes Hahn dari Komisi Eropa menyatakan bahwa taktik Rusia akan menjadi senjata makan tuan. Pasalnya, taktik energi mereka akan membuat konsumer tidak percaya lagi dengan Rusia. 

"Ia (Putin) menghancurkan ekonominya sendiri. Ia menghancurkan relasi. Jadi ia kehilangan kepercayaan dan confidence internasional," ujar Johannes Hahn kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat 22 Juli 2022.

Masalah kepercayaan global ini penting bagi Rusia, pasalnya Hahn menyebut produk andalan Rusia adalah energi. Ia berkata jarang produk-produk Rusia yang terkenal selain energinya. 

Lebih lanjut, Eropa merupakan pasar yang penting bagi Rusia. Akibat invasi Rusia dan permainan di bidang energi, Eropa kini makin bertekad agar independen dari Rusia. Ekspor LNG Eropa dari AS juga meningkat tiga kali lipat dari sebelum invasi. Uni Eropa juga mencari mitra energi lain, seperti Mesir dan Israel.

Sementara, Rusia dinilai akan kesulitan mencari pembeli ke negara lain.

"Infrastruktur gas mayoritas berdasarkan pipeline atau jalur pipa gas. Dan infrastruktur pipeline (milik Rusia) berorientasi ke Eropa," jelas Hahn. 

3 dari 4 halaman

Harga BBM Naik, Simak Perbedaan Subsidi dan Kompensasi

Beralih ke dalam negeri, pemerintah memutuskan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di September  2022.  Harga BBM naik untuk jenis subsidi yaitu Pertalite dan Solar. Sedangkan untuk  BBM nonsubsidi yang naik adalah Pertamax. 

Meskipun harga BBM subsidi naik, pemerintah memastikan tetap mengalokasikan anggaran subsidi dan kompensasi energi di 2022. Tidak hanya BBM, subsidi dan kompensasi itu juga untuk LPG 3 kilogram (kg) dan listrik.  Sepanjang  2022, belanja subsidi dan kompensasi energi ini mencakup 16,2 persen dari total belanja negara tahun ini.

Namun, sebenarnya apa perbedaan subsidi dan kompensasi energi? 

Meski terkesan serupa, namun subsidi dan kompensasi merupakan dua item belanja yang berbeda. Keduanya masuk dalam kelompok belanja pemerintah pusat non-Kementerian dan Lembaga (K/L). Liputan6.com mengulas dengan mengutip dari Instagram Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Republik Indonesia pada Selasa (6/9/2022):

Subsidi

Subsidi ialah transfer dana dari pemerintah yang bertujuan membuat harga suatu barang atau jasa menjadi lebih murah. Dengan begitu, masyarakat bisa membayar harga atau tarif atas barang menjadi lebih murah dari harga keekonomian.

Di Indonesia, ada dua jenis subsidi, yaitu subsidi energi seperti subsidi BBM, LPG 3 kg, dan listrik serta subsidi non-energi seperti subsidi pangan dan pupuk.  

Subsidi dibayarkan ke Badan Usaha baik dalam bentuk perusahaan negara, lembaga pemerintah, atau pihak ketiga secara bulanan sesuai realisasi volume penyaluran BBM, LPG, dan listrik ke masyarakat. 

Kompensasi 

Kompensasi adalah dana yang dibayarkan oleh pemerintah kepada badan usaha atas kekurangan penerimaan badan usaha sebagai akibat dari kebijakan penetapan harga oleh Pemerintah.

Contohnya, kompensasi BBM yang diberikan kepada PT Pertamina (Persero) atau kompensasi listrik yang diberikan kepada PT PLN (persero).

Kompensasi dibayarkan sekaligus atau bertahap sesuai hasil reviu/ pemeriksaan auditor (BPK) dan Rekor 3 Menteri (Kementerian Keuangan, Menteri ESDM, dan Menteri BUMN). 

Meskipun secara definisi berbeda, tetapi tujuan subsidi dan kompensasi sama yaitu: 

- Mengendalikan inflasi 

-Membantu rumah tangga miskin mendapatkan akses terhadap sumber energi

- Membantu nelayan, petani dan, usaha kecil

Jadi, meskipun serupa, tujuannya sama tapi mekanisme pembayarannya berbeda. 

4 dari 4 halaman

Buruh Sindir Puan Maharani: Dulu Harga BBM Naik Nangis-Nangis

Massa buruh menggeruduk Gedung DPR-MPR RI, Jakarta, dalam rangka unjuk rasa menolak kebijakan kenaikan harga BBM. Dalam kesempatan itu, pengujuk rasa turut menyindir sikap Ketua DPR Puan Maharani di masa lalu.

"Dulu ketika di zaman SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) semua kadernya PDIP wabilkhussus Puan Maharani yang sekarang Ketua DPR itu kan nangis-nangis ada kenaikan BBM. Nangis-nangis gitu seolah-olah berpihak kepada rakyat," tutur orator aksi, Gunarto di Gedung DPR RI, Jakarta Selatan, Selasa (6/9/2022).

Gunarto mempertanyakan sikap Puan Maharani kini atas kenaikan harga BBM usai menjabat sebagai Ketua DPR. Terlebih, peningkatannya pun terbilang sangat tinggi, seperti pertalite yang menyentuh hingga 30 persen.

"Apakah dia juga nangis terhadap kenaikan BBM yang sekarang?" jelasnya.

Malahan, kata Gunarto, tidak ada pernyataan Puan yang berpihak pada rakyat usai kenaikan harga BBM.

"Dia nggak ada tanggapan keberpihakannya terhadap rakyat. Hari ini kita cari, hari ini kita pengen minta statement-nya, apa statement-nya dia terhadap kenaikan BBM ini kepada rakyat, apakah akan nangis-nangis lagi atau gimana," Gunarto menandaskan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.