Sukses

Liz Truss, Perempuan Ketiga yang jadi PM Inggris

Liz Truss kini dipilih menjadi pemimpin Partai Konservatif, maka ia adalah wanita ketiga yang menjadi perdana menteri Inggris dalam 40 tahun terakhir.

Liputan6.com, London - Prediksi publik soal PM Inggris tepat. Perdana menteri negara itu perempuan lagi. Ia adalah Liz Truss yang menjabat sebagai menteri luar negeri. 

Saat ini, pemerintah Inggris sedang mengganti pemimpin usai Perdana Menteri Boris Johnson mundur akibat banyak skandal saat pandemi COVID-19. Partai Konservatif lantas harus memilih pemimpin baru.

Berdasarkan laporan BBC, Senin (5/9/2022), Liz Truss memang diprediksi mengalahkan mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak. Posisi keduanya berseberangan sebab Truss tetap setia di kabinet, sementara Sunak memilih mundur. 

Liz Truss kini dipilih menjadi pemimpin Partai Konservatif, maka ia adalah wanita ketiga yang menjadi perdana menteri Inggris dalam 40 tahun terakhir. 

Yang pertama adalah Margaret Thatcher (The Iron Lady). Ia menang pemilihan umum pada tahun 1979. Fokus utama Thatcher adalah memulihkan ekonomi Inggris yang lesu, serta melawan Uni Soviet. 

The Iron Lady memang terkenal sebagai sosok yang keras dan tidak pernah main-main. Ia berhasil memulihkan ekonomi Inggris, serta berjasa pada keruntuhan Uni Soviet. Thatcher menjabat hingga 1990.

Berikutnya adalah Theresa May yang menjabat pada 2016-2019. Sayangnya, May harus mundur di tengah krisis Brexit. 

Lulusan Oxford

Thatcher, May, dan Truss adalah lulusan Universitas Oxford. 

Margaret Thatcher belajar jurusan Kimia, May belajar Geografi, dan Truss berasal dari jurusan Filsafat, Politik, dan Ekonomi (Philosophy, Politics and Economics).

Liz Truss saat ini hanya menyelesaikan masa jabatan Boris Johnson hingga 2025.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pernah ke Jakarta

Pada November 2021, Liz Truss sempat menemui 10 pengemudi Gojek ketika berkunjung Indonesia. Truss mengaku ingin bertemu dengan para mitra Gojek.

Liz Truss datang ke Indonesia pada 11-12 November 2021. Sektor digital merupakan salah satu fokus dalam kunjungannya.

Pihak Kedubes Inggris di Jakarta berkata pertemuan ini adalah inisiatif dari Menlu Truss karena ingin melihat langsung orang-orang yang terlihat dalam sektor digital di Indonesia.

"(Menlu Truss) meminta untuk bertemu dengan pengemudi GoJek - karena semua orang memiliki nilai, dan semua orang Indonesia akan dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan Indonesia dan mencapai potensi besar Indonesia," ujar pihak Kedubes Inggris.

Ketika di Jakarta, Liz Truss juga bertemu dengan Presiden Jokowi, Menlu Retno Marsudi, Kepala BSSN Hinsa Siburian, dan Kepala BNPT Boy Rafli Amar.

Liz Truss menyorot agar teknologi masa depan seperti 6G bisa berkembang sesuai prinsip dunia yang bebas. Keterlibatan Indonesia juga dibahas Truss. 

Hal itu disampaikan Truss ketika konferensi pers bersama Menlu Retno Marsudi.

"Kita ingin bekerja sama dengan Indonesia di area cyber dan juga teknologi generasi selanjutnya, baik itu 5G, 6G, atau begitu pula area-area seperti kecerdasan buatan dan kuantum," jelas Truss di Jakarta, Kamis (11/11). 

3 dari 4 halaman

PM Inggris Boris Johnson Mundur, Sudah Izin ke Ratu Elizabeth II

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan telah menelepon Ratu Elizabeth II sebelum menyatakan mundur dari jabatannya. Baru-baru ini, Ratu Elizabeth II memang sedang tidak berada di Istana Buckingham, melainkan di Kastil Windsor yang berlokasi di luar London.

Mengutip ITV, Jumat (8/7), percakapan telepon antara PM Boris Johnson dan Ratu Elizabeth II berupa ramah tamah, sekaligus menyampaikan niat Boris Johnson untuk mundur. Ia menelepon Ratu Elizabeth II sebanyak dua kali sebelum mengumumkan mundur.  

Ratu Elizabeth II tidak mengeluarkan pernyataan terkait mundurnya PM Johnson. Penguasa monarki di Inggris memiliki prinsip netralitas terhadap politik, meski PM membentuk pemerintahan atas nama penguasa monarki.

PM Boris Johnson berkata akan terus memegang jabatan hingga ada Partai Konservatif memilih perdana menteri yang baru. 

Politisi bernama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson itu merupakan perdana menteri ke-14 di rezim Ratu Elizabeth II. Ia adalah PM dari partai konservatif ketiga yang menjabat secara berturut-turut sejak 2010.

Boris Johnson menggantikan Theresa May yang mundur pada 2019. Mundurnya Boris Johnson terjadi setelah menteri di kabinet ramai-ramai mundur, termasuk Menteri Keuangan Rishi Sunak. 

Salah satu nama yang disorot berpotensi menggantikan Boris Johnson adalah Ben Wallace yang saat ini menjabat sebagai menteri pertahanan. Ben Wallace masih setia di kabinet Johnson. 

Sebelumnya Boris Johnson juga disukai oleh Mantan Presiden AS Donald Trump. Pada 2019, Trump berkata Johnson akan bekerja dengan hebat sebagai perdana menteri.

4 dari 4 halaman

Sederet Skandal Partai Boris Johnson Selama Menjabat Jadi PM Inggris

Boris Johnson mengumumkan pengunduran dirinya sebagai perdana menteri Inggris pada Kamis (7 Juli) setelah dia ditinggalkan oleh para menteri dan anggota parlemen Partai Konservatif yang mengatakan dia tidak lagi layak untuk memerintah.

Setelah berhari-hari berjuang untuk pekerjaannya, Johnson telah ditinggalkan oleh semua kecuali segelintir sekutu setelah serangkaian skandal terbaru mematahkan kesediaan mereka untuk mendukungnya. 

1. Isu Pelecehan Seksual

Pengunduran diri massal dari pemerintah minggu ini menyusul tuduhan mantan pegawai negeri senior bahwa kantor Johnson memberikan informasi palsu tentang tuduhan pelecehan seksual di masa lalu terhadap anggota parlemen Christopher Pincher.

Pada bulan Februari, Johnson menunjuk Pincher sebagai Deputy Chief Whip, memberinya tanggung jawab untuk kesejahteraan anggota parlemen Konservatif lainnya.

Pekan lalu, Pincher diskors dari partai setelah mengakui dia telah membuat orang lain tidak nyaman saat keluar malam dalam keadaan mabuk. Kemudian terungkap bahwa Pincher telah menjadi subjek tuduhan pelecehan seksual di masa lalu.

Kantor Johnson awalnya mengatakan perdana menteri tidak mengetahui tuduhan spesifik masa lalu terhadap Pincher.

Namun, mantan pegawai negeri senior Simon McDonald menulis surat yang mengatakan bahwa dia telah menyelidiki tuduhan tersebut pada tahun 2019 dan telah menguatkan pengaduan tersebut. 

Baca selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.