Sukses

Finlandia Batasi Visa Secara Drastis Untuk Turis Asal Rusia

Finlandia, Kamis (1/9), memangkas jumlah visa yang dikeluarkan untuk warga Rusia menjadi sepersepuluh dari jumlah yang biasa dikeluarkannya

Liputan6.com, Helsinki - Finlandia, Kamis (1/9), memangkas jumlah visa yang dikeluarkan untuk warga Rusia menjadi sepersepuluh dari jumlah yang biasa dikeluarkannya, sebuah langkah yang dipandang sebagai unjuk solidaritas dengan Ukraina.

Finlandia, yang berbagi perbatasan terpanjang dengan Rusia dari semua negara anggota Uni Eropa, mengumumkan keputusan tersebut pada Agustus di tengah meningkatnya tekanan dari politisi dan warga biasa untuk membatasi pergerakan turis Rusia melalui negara Nordik itu saat Moskow melanjutkan perangnya di Ukraina.

'Sangat penting bagi kami untuk menunjukkan bahwa pada saat Ukraina menderita, pariwisata seharusnya berlangsung seperti biasanya,'' kata Menteri Luar Negeri Pekka Haavisto pada pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Ibu Kota Ceko, Praha, Rabu.

Mulai 1 September, Finlandia hanya akan mengizinkan orang Rusia mengajukan permohonan visa turis seminggu sekali dan hanya di empat kota Rusia: Moskow, St. Petersburg, Murmansk, dan Petrozavodsk, yang semuanya dekat dengan perbatasan Finlandia.

Haavisto mengatakan ia terutama mengkhawatirkan “rute turis'' Rusia melalui bandara Helsinki yang sudah digunakan oleh ribuan orang Rusia sebelum serangan Moskow di Ukraina pada 24 Februari, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Sabtu (3/9/2022).

Selain keputusan visanya, Kementerian Luar Negeri Finlandia mengatakan pemerintah saat ini sedang menjajaki kemungkinan membantu para pembela HAM Rusia, serta anggota masyarakat sipil dan jurnalis yang sering mengeritik Kremlin, dengan menetapkan jenis visa kemanusiaan baru yang memungkinkan mereka mengakses negara Nordik itu.

Pada pertemuan Praha pekan ini, para menteri luar negeri Uni Eropa memutuskan untuk memperketat aturan perjalanan bagi Rusia di blok 27 anggota itu tetapi tidak mencapai konsensus untuk mengeluarkan larangan visa turis skala penuh, sesuatu yang telah didesak oleh Polandia dan negara-negara Baltik, yakni Estonia, Latvia dan Lituania.

Finlandia berbagi perbatasan sepanjang 1.340 kilometer dengan Rusia. Negara itu menjadi salah satu tujuan perjalanan atau persinggahan Barat paling populer bagi wisatawan Rusia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jika Finlandia-Swedia Masuk NATO, Vladimir Putin: Kami Respons Sesuai Ancaman

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Senin (16/5) bahwa Moskow akan menanggapi jika Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan mengerahkan infrastruktur militer di wilayah Finlandia atau Swedia.

"Perluasan infrastruktur militer ke wilayah-wilayah ini tentu akan memicu respons kami, yang akan bergantung pada jenis ancaman yang akan ditimbulkan," kata Kremlin mengutip pernyataan presiden Vladimir Putin pada pertemuan puncak Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif di Moskow.

Dikutip dari laman Xinhua, Putin menambahkan bahwa masalah perluasan NATO sebagian besar dibuat-buat.

Selain itu juga digunakan oleh Amerika Serikat sebagai alat kebijakan luar negeri.

"NATO sedang digunakan sebagai instrumen kebijakan luar negeri oleh satu negara, dan ini dilakukan dengan cukup gigih, terampil dan sangat agresif," kata Putin.

Baik Finlandia dan Swedia telah mengumumkan keputusan untuk mengajukan keanggotaan NATO.

Pada Minggu kemarin, presiden Finlandia dan komite kebijakan luar negeri pemerintah mengambil keputusan resmi untuk memulai proses aplikasi negara itu untuk menjadi anggota NATO.

Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson akan mengumumkan keputusan resmi untuk memulai proses aplikasi negara untuk menjadi anggota NATO.

3 dari 4 halaman

Wilayah Rusia dan Finlandia

Rusia, yang memiliki perbatasan darat yang panjang dengan Finlandia, mengatakan bahwa bergabung dengan aliansi transatlantik itu akan menjadi kesalahan bagi Helsinki dan itu akan merusak hubungan bilateral.

Sementara itu, Swedia dan Finlandia siap memperkuat kerja sama militer jika keamanan di wilayah Laut Baltik memburuk, misalnya selama proses kemungkinan bergabung dengan NATO, kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto.

"Apabila lingkungan keamanan kami menjadi semakin menantang tentunya kami dapat menambahkan rencana bilateral ... dan memasukkan semua sektor dalam kerja sama militer," katanya kepada awak media.

Invasi Rusia ke Ukraina memaksa Swedia dan Finlandia untuk meninjau ulang keyakinan lama bahwa netralitas militer adalah cara terbaik untuk menjamin keamanan nasional.

​​​​​​Kedua negara diharapkan dapat membuat keputusan untuk bergabung dengan aliansi militer dalam beberapa pekan mendatang, Reuters mewartakan sebagaimana dikutip dari Antara, Sabtu (30/4/2022).

4 dari 4 halaman

Presiden Putin Bersiap Lakukan Perang Berkepanjangan di Luar Donbas

Sementara itu terkait situasi di Ukraina, Presiden Vladimir Putin tidak akan mengakhiri perang Ukraina dengan kampanye Donbas dan bertekad untuk membangun jembatan darat ke wilayah yang dikuasai Rusia di Moldova, Direktur Intelijen Nasional AS Avril Haines mengatakan Selasa (10 Mei).

Intelijen AS juga memandang semakin besar kemungkinan bahwa Putin akan memobilisasi seluruh negaranya, termasuk memerintahkan darurat militer, dan mengandalkan ketekunannya untuk mengurangi dukungan Barat untuk Ukraina.

"Kami menilai Presiden Putin sedang mempersiapkan konflik berkepanjangan di Ukraina di mana dia masih berniat untuk mencapai tujuan di luar Donbas," kata Haines.

Dilansir dari laman Channel News Asia, Selasa (26/4/2022), intelijen AS menganggap keputusan Putin untuk memusatkan pasukan Rusia di wilayah Donbas timur adalah "hanya perubahan sementara" setelah kegagalan mereka untuk merebut Kiev di utara.

Pasukan Rusia masih berniat untuk memenangkan wilayah di seberang pantai Laut Hitam, sebagian untuk mengamankan sumber daya air untuk Krimea, yang direbut Moskow pada 2014, Haines mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat.

"Kami ... melihat indikasi bahwa militer Rusia ingin memperpanjang jembatan darat ke Transnistria," kata Haines, mengacu pada wilayah separatis Moldova yang didukung Moskow di sepanjang perbatasan barat daya Ukraina.

Namun, dia mengatakan pasukan Rusia saat ini tidak cukup besar atau kuat untuk merebut dan menguasai semua wilayah itu tanpa mobilisasi pasukan dan sumber daya yang lebih umum dari masyarakat Rusia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.