Sukses

Korea Utara Lapor 4 Kasus Demam Baru, 13 Hari Usai Klaim Bebas COVID-19

Korea Utara melaporkan empat kasus demam baru di Provinsi Ryanggang, Kamis (25/8/2022). Selang 13 hari setelah mereka mengklaim kebebasannya atas pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Korea Utara - Korea Utara melaporkan empat kasus demam baru di Provinsi Ryanggang, Kamis (25/8/2022). Selang 13 hari setelah mereka mengklaim kebebasannya atas pandemi COVID-19.

Sejak 29 Juli, angka demam harian di Korea Utara tetap nol.

Mengutip data dari markas besar pencegahan epidemi darurat negara, media pemerintah Pyongyang mengatakan empat kasus demam yang diduga terinfeksi "epidemi ganas" terjadi di Provinsi Ryanggang di wilayah timur laut pada hari Selasa 23 Agustus 2022 lalu.

Mengutip Korean Herald, alih-alih merujuk pada COVID-19, Korea Utara telah menyebut Virus Corona sebagai "epidemi ganas" dan menggambarkan pasien dengan gejala sebagai penderita demam.

Laporan itu muncul setelah pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un mendeklarasikan klaim kebebasan negaranya atas COVID-19 pada 10 Agustus, ketika ia memerintahkan pencabutan tindakan pencegahan penyakit ketat yang dia terapkan pada bulan Mei lalu.

Otoritas kesehatan segera melakukan langkah lockdown daerah tersebut dan bekerja untuk menemukan penyebab wabah demam tersebut, demikian ungkap Kantor Berita Pusat Korea resmi Korea Utara.

Atas empat kasus demam pada hari Kamis, media pemerintah memang membuat klaim bahwa pihak berwenang tidak menemukan kasus epidemi ganas yang dikonfirmasi sejak menyatakan kemenangan melawan penyakit tersebut.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kematian Warga Pyongyang

Sebelumnya pada 11 Agustus, Korea Utara mengklaim "kemenangan" atas wabah tersebut.

Menurut media pemerintah Pyongyang, sekitar 4,8 juta orang menderita demam sejak bulan Mei, dan 75 orang (kurang dari 0,002 persen) meninggal dunia karena gejala tersebut.

Korea Utara juga mengklaim bahwa penelitian menunjukkan bahwa 93 persen warga Korea Utara memiliki antibodi terhadap COVID-19.

Namun, para ahli di luar Korea Utara telah mempertanyakan klaim dari pemerintah Pyongyang, dengan mengatakan bahwa tingkat kematian tidak realistis dan penghitungan pasien Pyongyang tidak dapat diandalkan.

Beberapa ahli dari Korea Selatan mengatakan bahwa kasus COVID-19 di Korea Utara mungkin dua kali lipat dari yang jumlah yang diumumpan pemerintah Pyongyang, dan tingkat kematian kemungkinan 100 kali lipat lebih tinggi berdasarkan data yang terkumpul di negara lain.

3 dari 4 halaman

Korea Selatan Disebut Penyebar Wabah COVID-19

Pemerintah Pyongyang menyalahkan Korea Selatan atas penyebaran wabah di dalam perbatasannya.

Pada bulan lalu, pemerintah Pyongyang mengklaim wabah COVID-19 di negaranya berasal dari benda asing yang ditemukan di dekat perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara dan menyalahkan benda yang dibawa balon kiriman dari kelompok pembelot Korea Utara di Korea Selatan, baruoa selebaran anti-Pyongyang.

4 dari 4 halaman

Ancaman Kepada Korea Selatan

Adik perempuan pemimpin Korea Utara, Kim Yo-jong, juga telah menyampaikan ancaman langsung terhadap Korea Selatan.

Dalam pidato yang disiarkan televisi pada 10 Agustus, Kim Yo-jong mengatakan Pyongyang akan "menanggapi dengan memusnahkan tidak hanya virus tetapi juga pihak berwenang di Korea Selatan" bila "tindakan berbahaya yang dapat menyebabkan masuknya virus" terus berlanjut.

Mengacu pada barang-barang asal Korea Selatan yang ditemukan di dekat perbatasan antar Korea Utara dan Korea Selatan.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.