Sukses

Ecovado, Alpukat Palsu yang Bantu Mengurangi Emisi Karbon

Ecovado, buah alpukat buatan manusia yang lebih ramah lingkungan dan dapat membantu mengurangi emisi karbon yang ada di Bumi.

Liputan6.com, Jakarta - Para penikmat suistainable foods kini dimanjakan lagi dengan buah alpukat yang lebih ramah lingkungan dan dapat membantu mengurangi emisi karbon, yaitu Ecovado.

Ariana Shokouhi, mahasiswi lulusan Central Saint Martins University jurusan Material Features, membuat inovasi baru ini sebagai salah satu tugas kelulusannya.

Walaupun alpukat merupakan salah satu makanan yang padat energi dan sumber daya untuk diproduksi, Menurut Shoukouhi, mengutip dari Food Matters Live, alpukat kini telah mejadi “ikon budaya modern.”

Dikutip dari odditycentral, Rabu (24/8/2022), World Economic Forum memperkirakan bahwa konsumsi alpukat di seluruh dunia mencapai sekitar 5 miliar kilogram di setiap tahun. Besarnya konsumsi alpukat di seluruh dunia menimbulkan biaya yang besar bagi lingkungan.

Alpukat merupakan salah satu tumbuhan yang kaya akan sumber daya dan yang paling intensif untuk dibudidayakan di seluruh dunia. Namun, alpukat juga merupakan salah satu tanaman yang paling tidak berkelanjutan, maka dari itu ecovado muncul sebagai salah satu solusi dari tingginya konsumsi alpukat di seluruh dunia dan memiliki dampak yang lebih baik untuk lingkungan.

Melihat hal ini sebagai maslah yang besar, Ariana Shokouhi bekerjasama dengan Jack Wallman, seorang Food Scientist dari Pusat Inovasi Makanan, University of Nottingham, membuat Ecovado sebagai solusi akan tingginya konsumsi alpukat dunia dan dampak buruk yang ditimbulkan dari hal tersebut.

Ecovado terbuat dari bahan makanan yang berwarna hijau pucat yang terbuat dari kombinasi bahan-bahan makanan dan dikemas dalam kulit alpukat palsu yang dibuat dari lilin. Ecovado juga memiliki bentuk yang sangat mirip dengan alpukat aslinya dan akan sangat sulit dalam membedakan keduanya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ecovado Terbuat dari Bahan-Bahan yang Mudah Ditemukan

“Ecovado merupakan sebuah alternatif dari alpukat yang didesain untuk membantu konsumen mengurangi jumlah alpukat yang mereka makan. Ecovado merupakan kombinasi bahan makanan beragam yang tidak biasa,” kata Shokouhi, mengutip Food Matters Live.

“Proses pembuatan Ecovado diawali dengan mengidentifikasi unsur kimia dari alpukat dan fungsionalitas setiap molekul yang ada pada alpukat untuk menemukan padanan dengan bahan-bahan pembuat Ecovado yang lebih lokal, berdampak baik pada lingkungan, dan tidak bergantung pada tanaman yang tidak berkelanjutan seperti alpukat.” tambah Shokouhi, mengutip Food Matters Live.

Bahan utama pembuatan Ecovado ialah broad beans, hazelnut, apel, dan minyak lobak. Bahan-bahan tersebut dipilih karena cukup mudah dibudidayakan dan ditemukan di Inggris, dengan demikian, Ecovado memiliki dampak yang lebih baik terhadap lingkungan daripada alpukat.

Menurut Shokouhi. untuk memastikan resep yang tepat untuk penbuatan Ecovado merupakan sebuah tantangan yang besar, karena rasa dan tekstur alpukat yang cukup halus dan bisa digambarkan sebagai krim.

“Di sisi lain, broad beans dapat mengandung lebih banyak senyawa yang pahit yang disebut dengan tannin dan memiliki rasa yang kacang yang pahit yang mengandung lipoksigenase. Untuk mengurang irasa pahitnya, kacang dalam resep pembuatan Ecovado jumlahnya dikurangi,” kata Shokouhi.

Hazelnut dalam Ecovado berfungsi sebagai salah satu bahan pengganti lemak dan meningkatkan tekstur krim dalam Ecovado, sekaligus membawa ciri khas dari alpukat itu sendiri.

Tahap akhir dari pembuatan Ecovado alah dengan pembuatan kulit yang terbuat dari lilin dan kacang sebagai pengganti kulit alpukat biasa yang seperti batu dan bertekstur.

3 dari 4 halaman

Ecovado sebagai Suistanable Food

Konsumsi alpukat yang meningkat di seluruh dunia membuat hutan-hutan kini fungsinya digantikan dengan tanaman alpukat.

Setiap tanaman alpukat, membutukan 320 liter air untuk tumbuh dan mereka hanya bisa tumbuh pada iklim tertentu. Untuk memenuhi permintaan global, buah ini kerap kali diproduksi di pertanian monokultur yang mendorong deforestasi dan merusak keanekaragaman hayati.

Meskipun alpukat dapat diekspor ke seluruh dunia, akan sangat sulit untuk mempertahankan tekstur alpukat di perjalanan ekspor karena teksturnya yang sangat halus. Tidak jarang, alpukat rusak di perjalanan dan tidak pernah sampai ke rak supermarket.

Ecovado hadir sebagai salah satu suistainable food yang bisa menjadi solusi untuk setiap negara. Di Inggris, Ecovado dibuat oleh Shokouhi dan Jack Wallman dengan menggunakan bahan-bahan makanan lokal inggris yang mudah ditemukan dan mudah diproduksi. Kini, Shokouhi dan Jack Wallman juga sedang merencanakan untuk membuat Ecovado dengan bahan-bahan lokal asli negara lain yang mudah ditemukan.

Inovasi ini juga bisa menjadi salah satu alternatif bagi kita semua untuk membuat suistainable food sendiri dengan bahan-bahan lokal negara kita masing-masing. Dengan melanggengkan pembuatan suistainable food dan mengantungkan produksi makanan dengan bahan-bahan nabati lokal alami, dapat membantu Bumi dalam mengurangi emisi karbon.

4 dari 4 halaman

Haruskah Kita Berhenti Membeli Alpukat?

Alpukat, buah yang dikenal memiliki lemak sehat yang tinggi, bertekstur halus dan seperti krim serta memiliki nutrisi yang baik, terlebih untuk orang yang sedang diet. Alpukat memiliki kalori yang baik dan memiliki lemak tak jenuh, serta, dan komponen biologis yang baik untuk tubuh. Akan tetapi, para pengkonsumsi alpukat tak jarang mengabaikan dampak buruk alpukat untuk lingkungan. Pasalnya, semakin banyak permintaan alpukat, semakin banyak juga alpukat yang terbuang.

Teksturnya yang lunak dan halus membuat alpukat susah untuk didistribusikan jauh ke luar kota. Tak jarang, banyak alpukat yang terbuang di perjalanan dan tidak sampai ke perut konsumen yang mencari alpukat di supermarket.

Selain itu, alpukat juga membuat hutan-hutan merelakan banyak dari lahannya hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi alpukat dunia dan hal ini mengurangi fungsi hutan sebenarnya. 

Maka dari itu, jika ada alternatif alpukat yang lain dengan nutrisi dan tekstur yang sama, tidak ada salahnya kita mencoba menikmatinya, sebagai salah satu cara kita berbuat baik juga kepada Bumi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.