Sukses

Kematian Akibat Kanker Sebagian Besar Disebabkan oleh Gaya Hidup

Kematian karena penyakit kanker, mayoritas disebabkan oleh gaya hidup.

, DW - Kematian akibat kanker dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko perilaku seperti konsumsi merokok, konsumsi alkohol, dan obesitas yang tinggi, demikian kesimpulan dari sebuah studi baru yang dirilis dalam jurnal Inggris Lancet.

Dilansir DW Indonesia, Minggu (28/8/2022), studi ini mengaitkan 44,4% kematian akibat kanker secara global pada tahun 2019 dengan sekelompok faktor risiko perilaku atau gaya hidup penyintas kanker. Peneliti menemukan 34 faktor risiko, dengan merokok, minum alkohol, dan obesitas sebagai peringkat tertinggi.

Bahkan, sebanyak 33.9% kasus kanker ditemukan dari faktor merokok saja. Temuan itu didasarkan pada studi kasus 10 juta orang yang meninggal pada tahun 2019 dari 23 jenis kanker yang berbeda.

"Beban kanker tetap menjadi tantangan kesehatan masyarakat yang penting yang semakin besar di seluruh dunia," ungkap penulis utama Christopher Murray dalam studi tersebut.

Studi ini juga menyimpulkan bahwa penyebab kematian akibat kanker bervariasi berdasarkan lokasi dan indeks demografis sosial negara-negara asal di mana para penyintas tinggal.

Di negara-negara berpenghasilan rendah, faktor-faktor seperti merokok, seks tidak aman, dan penggunaan alkohol sangat memengaruhi harapan hidup pasien kanker di sana.

Di Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika Utara, serta Afrika Sub-Sahara, risiko metabolik juga cukup berpengaruh. Hal itu juga ditemukan di hampir semua wilayah berperingkat rendah dalam indeks demografis sosial.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Vaksin untuk Kanker

Studi tersebut juga mengatakan hasil sementara menunjukkan adanya kemungkinan pencegahan sejumlah besar kematian akibat kanker dengan solusi pengendalian faktor risiko perilaku. Sedangkan, faktor lainnya tidak dapat ditangani dengan mudah. Hal ini juga mendorong adanya upaya untuk mendukung diagnosis dini dan pengobatan kanker yang efektif.

Bakal Ada Vaksin mRNA untuk Terapi Kanker?

Sebelum pandemi virus corona, kebanyakan orang tidak mengetahui soal vaksin mRNA. Vaksin mRNA dari Pfizer-BioNTech dan Moderna merupakan vaksin pertama yang digunakan pada manusia untuk melawan COVID-19

Tapi beberapa tahun terakhir teknologinya terus dikembangkan mengobati banyak penyakit, salah satunya diuji pada kanker.

Pertengahan Juni lalu, BioNTech mengumumkan pasien pertama yang telah mendapat terapi menggunakan vaksin kanker eksperimen fase dua yang diberi nama BNT111. Vaksin tersebut menggunakan teknologi yang sama dengan vaksin virus corona mRNA buatan Pfizer-BioNTech.

“Serupa dengan cara kerja vaksin mRNA melawan SARS-CoV-2, vaksin kanker mRNA mengajari sistem imunitas manusia untuk mengenali sejumlah protein yang terdapat pada permukaan sel kanker,” jelas Anna Blakney, seorang asisten profesor Sekolah Teknik Biokimia di Universitas British Columbia, Kanada. 

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Vaksin Kanker mRNA

Vaksin kanker mRNA bertujuan menginstruksikan sistem kekebalan tubuh untuk menyerang sel kanker yang membawa protein tersebut.

“Intinya, agar sistem imunitas mengenali sel kanker,” tegas John Cooke, direktur medis Program Terapi RNA di Pusat Jantung dan Vaskular DeBakey, rumah sakit Houton Methodist, Texas.

Kanker merupakan penyebab kematian paling banyak di dunia. Kanker telah menyebabkan kematian sekitar 10 juta orang pada tahun 2020, menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia.

Kanker dapat berkembang dan berpotensi membunuh seorang pasien, karena kanker tersebut dapat mengecoh sistem kekebalan tubuh.

“Mereka menyerang di bawah radar sistem kekebalan kita,” tambah Cooke.

4 dari 4 halaman

Penyesuaian Vaksin

Vaksin sering dianggap sebagai obat pencegahan. Namun orang-orang yang mengikuti uji coba BioNTech, justru sudah mengembangkan melanoma tahap lanjut.

"Untuk beberapa jenis kanker, seperti melanoma, ada kemungkinan ditemukannya perubahan yang umum disebabkan oleh kanker tersebut, di antara orang-orang yang sudah terkena penyakit", jelas Cooke pada DW. Pendekatan yang dilakukan oleh BioNTech ini menemukan empat antigen spesifik kanker. Lebih dari 90% melanoma dalam tubuh pasien tersebut memunculkan paling tidak salah satu antigen

Akan tetapi, membuat satu jenis vaksin yang dapat melawan berbagai macam kanker merupakan hal yang sangat sulit.

“Hal yang berbeda pada kanker adalah, hampir semua perubahan pada individu yang terserang kanker merupakan hal yang unik,” kata David Braun, ilmuwan dokter Institut Kanker Dana-Farber, Harvard. “Jarang yang sama antara para pasien.”

Artinya, vaksin tersebut perlu dibuat sesuai dengan kebutuhan masing-masing individu. Braun bekerja dengan vaksin peptida pada pasien kanker ginjal. Target serangan yang diperintahkan ilmuwan kepada sistem kekebalan tubuh tersebut berbeda-beda, meskipun mereka semua mempunyai jenis kanker yang sama.

“Apa yang sedang kami lakukan ini adalah pendekatan yang lebih personal, semacam pendekatan untuk ketepatan terapi imun, karena kami sedang berusaha untuk membuat vaksin yang dapat disesuaikan untuk setiap pasien,” tegas Braun kepada DW. Pendekatan yang sama juga digunakan dalam vaksin mRNA, tambah Braun.

Hal ini membutuhkan pengurutan DNA dan RNA pasien tumor dan mencari tahu apa yang membuatnya unik.

“Nantinya hal tersebut akan dibandingankan dengan jaringan normal, dan akan dilihat perbedaan jenis kanker tertentu,” kata Cooke, dari rumah sakit Houston Methodist.

Kondisi yang ideal adalah, protein tersebut hanya diproduksi oleh sel kanker. Namun realitasnya, bagian lain dari tubuh, seperti jaringan yang normal, juga dapat memproduksi protein yang sama. Dengan begitu, ada kemungkinan bahwa beberapa jenis respons autoimun dapat muncul, ketika sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan yang sehat, karena menganggap itu adalah jaringan asing.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.