Sukses

Diplomat Rusia Diusir Lagi, Kali Ini di Montenegro

Pihak Rusia tidak terima diplomatnya diusir. Barat pun kembali disalahkan.

Liputan6.com, Podgorica - Kementerian Luar Negeri Rusia tidak terima diplomat mereka diusir dari Montenegro. Ini kesekian kalinya diplomat Rusia diusir negara-negara sahabat sejak invasi ke Ukraina. 

Media pemerintah Rusia, TASS, menyebut bahwa Kemlu Rusia menuduh ada campur tangan Barat dalam pengusiran tersebut. Sebelumnya, Montenegro memberikan status persona non grata kepada seorang diplomat Rusia. 

"Kami memandang tindakan otoritas Montenegro sebagai episode lainnya dari kampanye hibrid yang dikerahkan Barat dan minionnya terhadap Rusia," ujar Juru Bicara Kemlu Rusia Maria Zakharova, dilansir TASS, Minggu (14/8/2022).

Zakharova turut mengkritik pemerintah Montonegro karena menyebut pengusiran ini bersifat destruktif dan merugikan diri sendiri.

"Kami menerima gerakan ini sebagai ketidakmauan atau ketidakmampuan pejabat Podgorica untuk menyingkir dari kebijakan yang secara mekanis mengikuti garis destruktif ini, merugikan keamanan nasional, serta kepentingan nasional," ujarnya.

Pihak Rusia pun memberikan sinyal akan mengambi langkah serupa untuk mengusir diplomat Montonegro. Dalam hubungan bilateral, sebuah negara berhak membalas perlakuan serupa dari negara lain. 

Pada Juli 2022, ada juga empat orang diplomat Rusia yang diberikan status persona non grata di Montenegro. Berbagai negara lain juga telah mengusir diplomat Rusia. 

Salah satu yang terbanyak adalah Bulgaria. Pada Juni 2022, ada 70 staf diplomatik Rusia yang diusir. Maria Zakharova menuduh tindakan Bulgaria diatur oleh "kekuatan dari luar".

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Menhan Inggris Sebut Rusia Semakin Sulit untuk Menduduki Ukraina

Sebelumnya dilaporkan, Menteri Pertahanan Inggris mengatakan bahwa Rusia sekarang tidak mungkin berhasil menduduki Ukraina.

Menhan Ben Wallace mengatakan bahwa invasi Rusia ke Ukraina telah "goyah" dan "mulai gagal", ketika ia menjanjikan lebih banyak dukungan keuangan dan militer untuk pertahanan negara Eropa timur itu, demikian seperti dikutip dari MSN News, Sabtu (12/8). 

Denmark bergabung dengan Inggris dalam menawarkan lebih banyak bantuan ke Ukraina pada sebuah konferensi di Kopenhagen pada hari Kamis, yang diselenggarakan bersama oleh Wallace.

Menteri Pertahanan mengatakan penting untuk memahami bahwa pertempuran dan hilangnya nyawa masih terjadi, tetapi menambahkan Rusia "mulai gagal di banyak bidang".

Dia menambahkan: "Mereka telah gagal sejauh ini dan tidak mungkin pernah berhasil menduduki Ukraina.

"Invasi mereka telah goyah dan terus-menerus dimodifikasi ulang sejauh mereka benar-benar hanya berfokus di bagian selatan dan di timur, sangat jauh dari apa yang disebut operasi khusus tiga hari mereka.

"Tiga hari sekarang lebih dari 150 hari dan hampir enam bulan, dengan kerugian besar yang signifikan dari kedua peralatan dan memang personel Rusia."

Menteri Pertahanan juga mengatakan: "Presiden Putin akan berjudi pada Agustus, datang beberapa bulan, kita semua akan bosan dengan konflik dan komunitas internasional akan pergi ke arah yang berbeda. Nah, hari ini adalah bukti sebaliknya.

"Kami telah keluar dari pertemuan ini dengan lebih banyak janji keuangan, lebih banyak janji pelatihan dan lebih banyak janji bantuan militer, semuanya dirancang untuk membantu Ukraina menang, untuk membantu Ukraina membela kedaulatannya dan memang untuk memastikan bahwa ambisi Presiden Putin gagal di Ukraina sebagaimana mestinya."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Stop Menipis

Wallace mengatakan sekutu harus segera mulai membeli senjata dari negara lain atau "memesan di pabrik untuk meningkatkan pasokan amunisi ke Ukraina" karena stok cadangan mereka sendiri habis.

Kementerian Pertahanan sebelumnya mengkonfirmasi akan mengirim lebih banyak senjata ke Ukraina untuk membantunya bertahan dari invasi Rusia.

Ini termasuk sistem roket multi-peluncuran, serta rudal berpemandu presisi yang dapat menyerang target hingga 50 mil jauhnya, yang dirancang untuk bertahan melawan artileri berat Rusia.

Inggris dan komunitas internasional tetap menentang perang ilegal ini dan akan berdiri bahu-membahu, memberikan bantuan militer defensif kepada Ukraina untuk membantu mereka bertahan melawan invasi Putin

Wallace mengatakan: "Dukungan berkelanjutan kami mengirimkan pesan yang sangat jelas: Inggris dan komunitas internasional tetap menentang perang ilegal ini dan akan berdiri bahu-membahu, memberikan bantuan militer defensif ke Ukraina untuk membantu mereka bertahan melawan invasi Putin."

Pasukan Ukraina telah dilatih di Inggris tentang cara menggunakan peluncur, dan Inggris juga telah berkomitmen untuk melatih 10.000 tentara Ukraina dalam keterampilan medan perang infanteri selama beberapa bulan mendatang.

Kanada, Denmark, Swedia, Finlandia, dan Belanda semuanya telah mengumumkan bahwa mereka akan mendukung program ini.

4 dari 4 halaman

Uni Eropa Resmi Setop Impor Batu Bara Rusia Per 10 Agustus 2022

Mulai Rabu 10 Agustus 2022, Uni Eropa (UE) secara resmi melarang impor batu bara dari Rusia.

Mengutip DW Indonesia, Kamis (11/8), pelarangan tersebut merupakan bagian dari paket sanksi terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina. UE meluncurkan beberapa sanksi pada April lalu, salah satu yang pertama ditujukan langsung adalah sanksi terhadap industri energi Moskow. 

Rentang waktu dari April hingga Agustus ini dimaksudkan bagi negara-negara di Eropa untuk mencari energi alternatif, yang berarti meningkatkan pasokan batu bara dari negara lain. Bila perlu, mulai meningkatkan produksi dalam negeri atau mencari alternatif lain untuk menghasilkan energi listrik.

Ketergantungan UE pada Impor Batu Bara Rusia

Uni Eropa masih sangat bergantung pada impor batu bara Rusia untuk menghasilkan listrik. Rusia menyumbang 70% dari impor batu bara termal di Uni Eropa, tulis dalam sebuah laporan oleh Bruegel, sebuah think tank yang berbasis di Brussels yang berfokus pada isu-isu kebijakan dan ekonomi.

Jerman dan Polandia juga sangat bergantung pada impor batu bara termal, tambah laporan tersebut. Perwakilan dari Asosiasi Eropa untuk Batu Bara dan Lignit (Eurocoal) Brian Ricketts mengatakan kepada DW bahwa dia memperkirakan UE akan mulai mengimpor lebih banyak pasokan batu bara daripada sebelumnya. 

"Kami yakin itu akan terjadi karena produksi listrik dari gas yang mencapai 120 terawatt jam akan digantikan oleh batu bara dan lignit. Itu akan menghemat sekitar 22 miliar meter kubik gas per tahun, jauh lebih banyak daripada ukuran individu lainnya," kata Rickett.

Uni Eropa terus meningkatkan pasokan batu bara dari beberapa negara, seperti Kolombia, Australia, dan Amerika Serikat (AS), menurut data dari layanan pengiriman Braemar.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.