Sukses

China Tuduh AS Hendak Tingkatkan Kehadiran Militer di Tengah Isu Taiwan

China menyebut Amerika Serikat bisa meningkatkan pengerahan militernya di Selat Taiwan di tengah ketegangan kawasan itu.

Liputan6.com, Beijing - China menyebut Amerika Serikat bisa meningkatkan pengerahan militernya di Selat Taiwan di tengah ketegangan kawasan itu.

“Saat ini, situasi di Selat Taiwan masih bergejolak. Kami akan waspada terhadap AS yang mengambil keuntungan dari situasi lintas selat untuk meningkatkan pengerahan militer dan mencoba menciptakan krisis yang lebih besar,” kata Menteri Luar Negeri China Wang Yi, merujuk pada kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pekan lalu, demikian seperti dikutip dari Antara, Minggu (12/8/2022).

Dia menuduh Washington melakukan "tiga kesalahan besar" termasuk "sangat mencampuri urusan dalam negeri China, memaafkan dan mendukung pasukan 'kemerdekaan Taiwan', dan dengan sengaja merusak perdamaian di Selat Taiwan."

Pelosi berkunjung ke Taiwan pada 2 dan 3 Agustus 2022, meskipun Beijing telah memperingatkan bahwa pulau itu adalah “provinsi yang memisahkan diri” dan bahwa kunjungannya akan melanggar Kebijakan Satu China yang dianut negara itu.

Segera setelah Pelosi meninggalkan Taipei, Beijing meluncurkan latihan militer besar-besaran pada 4 Agustus yang berakhir pada Rabu (10/8).

Beijing juga memberi sanksi kepada Pelosi dan keluarga dekatnya atas perjalanan itu, mengesampingkan dialog militer dengan AS, serta menangguhkan kerja sama di bidang perubahan iklim, di samping enam "tindakan balasan" lainnya.

"Penyimpangan (yang dilakukan) Pelosi memuakkan, tidak hanya provokasi yang terang-terangan dan tidak masuk akal, tetapi juga lelucon politik yang pasti akan gagal," kata Wang dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri China pada Jumat.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Proses Damai Jadi Prioritas?

Beijing menegaskan kembali kebijakannya yang menggunakan kekuatan untuk menyatukan Taiwan dengan China daratan, tetapi mengatakan proses damai akan menjadi prioritas utama untuk mencapai tujuan.

Wang memuji dukungan internasional untuk Kebijakan Satu China yang ditegaskan kembali oleh banyak negara setelah perjalanan Pelosi ke Taiwan.

“Langkah-langkah yang diambil oleh China juga menjaga norma-norma dasar hubungan internasional dan keadilan internasional," ujar dia.

"Bukan China yang mengubah status quo di Selat Taiwan, tetapi Amerika Serikat, yang mencoba 'menggunakan Taiwan untuk mengendalikan China'," kata dia, melanjutkan.

Wang juga membela “tindakan balasan” China, dengan mengatakan bahwa itu dilakukan “tepatnya untuk menjaga perdamaian di Selat Taiwan dan stabilitas regional.”

Dia mengatakan prinsip non-intervensi dalam urusan internal adalah "aturan emas" untuk hubungan antarnegara dan merupakan "senjata ajaib" untuk negara berkembang.

 

3 dari 3 halaman

China Tuduh AS Sebagai Penghasut Utama di Krisis Rusia-Ukraina

China menyebut Amerika Serikat sebagai "penghasut utama" krisis yang melanda Ukraina dan Rusia.

Dalam sebuah wawancara dengan kantor berita negara Rusia TASS yang diterbitkan pada Rabu (10/8), Duta Besar China untuk Rusia Zhang Hanhui, menuduh Washington melakukan penghasutan.

"Sebagai pemrakarsa dan penghasut utama krisis Ukraina, Washington, sementara memberlakukan sanksi komprehensif yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Rusia, terus memasok senjata dan peralatan militer ke Ukraina," kata Zhang seperti dikutip dari laman Channel News Asia, Kamis (11/8/2022).

"Tujuan utama mereka adalah untuk menguras dan menghancurkan Rusia dengan perang yang berlarut-larut dan menggunakan sanksi."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.