Sukses

CDC AS Longgarkan Protokol COVID-19, Cabut Karantina hingga Tak Perlu jaga Jarak 2 Meter

CDC AS melonggarkan pedoman COVID-19.

Liputan6.com, New York - Badan kesehatan masyarakat utama Amerika Serikat, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) atau Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit pada Kamis 11 Agustus 2022 melonggarkan pedoman COVID-19. Di antaranya mencabut rekomendasi bahwa warga AS mengkarantina diri mereka sendiri jika mereka mengalami kontak dekat dengan orang yang terinfeksi.

Selain itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) juga mengatakan orang tidak perlu lagi menjaga jarak sedikitnya 6 kaki (sekitar 2 meter) dari orang lain.

Perubahan itu didorong oleh pengakuan bahwa – lebih dari dua setengah tahun sejak dimulainya pandemi – sekitar 95 persen warga AS yang berusia 16 tahun ke atas telah memperoleh beberapa tingkat kekebalan, baik karena divaksinasi atau terinfeksi, kata pejabat badan tersebut.

"Kondisi pandemi saat ini sangat berbeda dari dua tahun terakhir," kata Greta Massetti dari CDC, penulis pedoman tersebut seperti dikutip dari VOA Indonesia, Sabtu (12/8/2022).

Rekomendasi CDC itu berlaku untuk semua orang di AS, tetapi perubahannya bisa sangat penting bagi sekolah, yang memulai kembali tahun ajaran baru bulan ini di banyak bagian Amerika.

Perubahan terbesar yang mungkin terjadi terkait dengan sektor pendidikan adalah berakhirnya rekomendasi bahwa sekolah melakukan tes rutin setiap hari, meskipun praktik itu dapat dipulihkan dalam situasi tertentu ketika terjadi lonjakan infeksi, kata para pejabat.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Pencabutan Test-to-Stay

CDC juga mencabut rekomendasi "test-to-stay" (“tes dan tinggal di rumah”).

Lembaga tersebut mengatakan bahwa siswa yang terpapar COVID-19 dapat secara teratur menjalani pengujian COVID – tidak perlu dikarantina di rumah – dan tetap bisa bersekolah.

Masker tetap direkomendasikan hanya di daerah-daerah di mana penularan di antara masyarakat dianggap tinggi, atau jika seseorang dianggap berisiko tinggi terkena penyakit parah.

3 dari 4 halaman

CDC AS: Kasus Cacar Monyet Monkeypox Diduga Sudah Menyebar Tanpa Terdeteksi

Sebelumnya, analisis genetik telah menunjukkan bahwa ada dua jenis monkeypox alias cacar air yang berbeda di Amerika Serikat, kata pejabat kesehatan masyarakat, meningkatkan kemungkinan bahwa kasus-kasus sebelumnya mungkin telah "berada di bawah radar".

Jennifer McQuiston, seorang pejabat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat bahwa penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan berapa lama virus telah beredar di negara itu.

"Saya pikir tentu saja mungkin ada kasus monkeypox di Amerika Serikat yang berada di bawah radar sebelumnya, tetapi tidak sampai tingkat yang besar," katanya sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (4/6/2022).

Namun, dia menambahkan, "mungkin ada penularan tingkat komunitas yang terjadi" di beberapa bagian AS di mana virus belum diidentifikasi.

CDC mengatakan kemungkinan lebih banyak kasus penyakit yang juga disebut cacar monyet itu akan dilaporkan.

Dr Angela Rasmussen, seorang ahli virologi di University of Saskatchewan di Kanada, mengatakan temuan itu menunjukkan bahwa virus akan lebih sulit untuk dibendung.

"Kami tidak benar-benar memiliki pemahaman yang baik tentang berapa banyak kasus yang ada di luar sana," kata Rasmussen kepada kantor berita The Associated Press.

Monkeypox, yang biasanya tidak menyebar dengan mudah di antara orang-orang, adalah endemik di beberapa bagian Afrika, di mana ia telah ditularkan melalui gigitan dari hewan kecil.

Bulan lalu, Eropa dan Amerika Serikat mulai mendeteksi kasus virus. Pejabat kesehatan di banyak negara sedang menyelidiki penularan monkeypox.

4 dari 4 halaman

Seberapa Penting Vaksin Booster COVID-19 Dosis Kedua?

Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) telah mengesahkan dosis booster kedua dari vaksin COVID-19 yang dibuat oleh Pfizer-BioNTech dan Moderna. 

Otorisasi ini berlaku untuk individu berusia 50 tahun ke atas, serta orang-orang tertentu yang mengalami gangguan sistem kekebalan tubuh berusia 12 tahun ke atas.

Dilansir dari laman Live Science, Selasa (5/4/2022), Dr. Rochelle P. Walensky, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), mengatakan bahwa booster kedua "sangat penting bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas dan mereka yang berusia 50 tahun ke atas dengan kondisi medis mendasar yang meningkatkan risiko penyakit parah dari COVID-19."

Jadi, jika Anda memenuhi syarat untuk mendapatkan booster kedua, apakah layak untuk segera mencarinya? Dan apakah ada potensi kerugian untuk mendapatkan bidikan sekarang? 

Selengkapnya klik di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.