Sukses

Dorong Kebaya Jadi Warisan Tak Benda UNESCO, WNI di AS Gelar Parade Kebaya

WNI dan diaspora di Washington D.C, Amerika Serikat menggelar acara parade kebaya demi mendorong kebaya menjadi warisan tak benda UNESCO.

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar 200 perempuan di wilayah Washington D.C dan sekitarnya ikut meramaikan parade “Cantik Berkebaya" di kawasan National Mall, pusat kota Washington DC (07/08/2022).

Kegiatan ini merupakan bentuk dukungan KBRI Washington D.C bersama masyarakat dan diaspora Indonesia terhadap upaya pendaftaran kebaya sebagai Warisan Tak Benda (Intangible Heritage) UNESCO.

Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) KBRI Washington, D.C., Ayu Heni Rosan menyampaikan tujuan dari kegiatan ini.

“Kebaya adalah warisan budaya dari leluhur kita yang wajib dilestarikan. Melalui kegiatan ini, para perempuan dan diaspora Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat telah menunjukkan peran dan kontribusinya secara nyata terhadap gerakan Kebaya Goes to UNESCO. Kami juga akan terus menggiatkan upaya promosi kebaya sebagai busana khas Indonesia agar lebih dikenal oleh publik AS“, ucap Ayu.

Peserta dengan antusias berjalan dari depan Smithsonian Castle menuju salah satu lokasi yang merupakan ikon dari ibu kota AS yaitu Reflection Pool Gedung Capitol sambil menyanyikan lagu-lagu Indonesia. Peserta dengan antusias memamerkan warna-warni kebaya baik yang dikenakan secara pakem klasik maupun modern.

Salah satu peserta yang telah tinggal selama 15 tahun di AS yaitu Sapna Pandit, mengungkapkan dukungannya atas kegiatan ini.

“Acara ini sangat bagus untuk mempromosikan budaya Indonesia di mata dunia," ujarnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Melestarikan Kebaya

Sapna menambahkan, melestarikan kebaya dapat dilakukan dalam kegiatan sehari-hari. “Dengan atasan kebaya, kita bisa padukan dengan jeans, rok, atau dimodifikasi dengan scarf (selendang)," ujar Sapna.

Untuk menambah semarak pesta berkebaya ini, masyarakat Indonesia di AS juga antusias ikut serta dalam kompetisi pembuatan konten kreatif melalui aplikasi TikTok yang diadakan oleh DWP KBRI Washington DC. Peserta dari berbagai kalangan usia dengan semangat meramaikan kompetisi ini, yang dapat dilihat di aplikasi TikTok dengan tagar #kebayaindc.

Pagelaran parade “Cantik Berkebaya" ini melibatkan komunitas budaya Indonesia di Washington DC dan sekitarnya yang jumlahnya mencapai 30 komunitas.

Kegiatan ini juga merupakan bagian dari rangkaian kegiatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI yang puncaknya akan dirayakan di acara Bazaar dan Panggung Gembira pada tanggal 21 Agustus 2022 bertempat di Wisma Indonesia, Washington DC.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Gerakan Kebaya Berdansa

Upaya serupa juga dilakukan perempuan Tanah Air. 

Dukungan terhadap Gerakan Kebaya Goes to UNESCO terus mengalir dari berbagai komunitas. Terbaru adalah rencana gelaran Kebaya Berdansa pada 27 Agustus 2022 yang diinisiasi oleh Forum Bhineka Indonesia (Forbhin) berkolabasi dengan Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) & Asosiasi Komunitas Musisi Indie Kreatif (ASKOMIK), Universal Line Dance (ULD), dan Central Park.

Kebaya Berdansa akan dibagi dalam dua kategori, yakni menari berpasangan (couple dance), dan menari bersama (sosial dance/line dance). Sepanjang kegiatan, peserta diminta untuk berkebaya.

"Kegiatan Kebaya Berdansa ini kita lakukan sebagai bagian dari kampanye kebaya agar bisa benar-benar terdaftar di UNESCO," kata Ketua Umum Forbhin Karlina Puspa, dalam keterangan tertulis kepada Liputan6.com, Senin (8/8/2022).

Karlina menyebut sekitar 400 orang akan terlibat dalam acara yang digelar di Tribeca Park, Central Park. Kegiatan itu rencananya akan dihadiri oleh sederet tokoh perempuan nasional, seperti Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Mensos Tri Risma Harini, Menteri PPPA I Gusti Ayu Bintang, Ketua DPR Puan Mahari, dan Yenny Wahid.

"Kami mengampanyekan kebaya supaya dunia bisa mengetahui kebaya adalah milik Indonesia dan identitas perempuan Indonesia, bukan milik negara lain," ucap Karlina.

Ketua Pelaksana Acara Kebaya Berdansa, Vicky Hidayat mengatakan bahwa kebaya adalah busana sehari-hari, sehingga penggunaan kebaya untuk kegiatan itu bukanlah hal yang baru dilakukan. "Kita ingin menunjukan kepada semua orang bahwa berdansa dengan memakai Kebaya adalah suatu hal yang bisa dilakukan," ujar Vicky.

4 dari 4 halaman

3 Negara

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Perlindungan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Irini Dewi Wanti, mengatakan bahwa pengajuan usulan kebaya sebagai warisan budaya dunia kepada UNESCO tak hanya diajukan Indonesia saja. Saat ini pemerintah Indonesia, melalui Kemendikbud, sudah bertemu secara daring dengan pihak Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam terkait pendaftaran kebaya ke UNESCO.

"Keempat negara ini sepakat mendaftarkan kebaya secara bersama-sama ke dalam daftar ICH UNESCO. Nominasi bersama seperti ini dikenal dengan istilah joint nomination atau multi-national nomination," katanya melalui pesan tertulis kepada Liputan6.com, Jumat, 5 Agustus 2022.

Irini menyambung, pihaknya telah bertemu dengan berbagai komunitas pelestari kebaya untuk menyamakan persepsi mengenai joint nomination tersebut. Ia berkata, "Kami pun meminta masukan dari para perwakilan komunitas mengenai jenis kebaya yang akan diusulkan, wilayah sebaran kebaya, dan daftar komunitas pewaris kebaya."

Itu dibenarkan Rahmi Hidayati, pendiri komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI). "Karena yang mendaftarkan (kebaya ke UNESCO) itu pemerintah, komunitas support dengan kegiatan," ia mengucapkan melalui sambungan telepon, Kamis, 4 Agustus 2022.

"(Bentuk) dukungan kita (yang lain juga) membuktikan pelestarian (kebaya) itu ada," tutur Rahmi. "Karena warisan, yang mana kebaya setidaknya harus diturunkan dari nenek, ke ibu, lalu ke anak, negara harus membuktikan bahwa kebaya sudah ada setidaknya selama 25 tahun, dan secara historis, Indonesia memenuhi kriteria itu."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.