Sukses

Wawancara Khusus: Kisah Putri Dubes Ukraina untuk Indonesia, Saksi Mata Kengerian Perang hingga Lelang Lukisan

Kengerian perang era modern tergambar jelas dari kisah putri Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Varvara Hamianin. Ia menjadi saksi saat rudal demi rudal yang ditembakkan pasukan Rusia menggempur kampung halamannya.

Liputan6.com, Jakarta - Kengerian perang era modern tergambar jelas dari kisah putri Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Varvara Hamianin. Ia menjadi saksi saat rudal demi rudal yang ditembakkan pasukan Rusia menggempur kampung halamannya.

"Sebenarnya di kota kecil saya, situasinya saat itu tidak terlalu panas. dan kami tidak melihat tank, tapi sekarang bangunan benar-benar hancur," ungkap Varvara dalam wawancara khusus bersama tim Liputan6.com beberapa waktu lalu.

"Tapi menurut saya, hal yang paling menakutkan yang saya lihat di hari pertama adalah ledakan di hari pertama perang. Dan momen kedua adalah ketika malam hari dan pesawat militer terbang, mendengarnya tapi tak tahu itu pasukan Rusia atau Ukraina."

Di tengah kondisi mencekam tersebut, Varvara bersama keluarganya hanya bisa terdiam meratapi keadaan.

"Saya hanya duduk di koridor dengan keluarga saya, dan kami mencoba untuk tidak panik, untuk tidak membuat panik anggota keluarga lainnya," ucapnya mengenang masa mengerikan saat awal invasi Rusia ke Ukraina."

"Ada ledakan dekat rumah kami dan semua orang mendengarnya. Semua orang melihatnya karena itu kota kecil".

Saat ini mayoritas keluarga besar Varvara Hamianin masih ada di Ukraina. Ia mengungsi ke Indonesia bersama sang adik dan tinggal bersama sang ayah, sementara lainnya memilih tinggal.

"Kakak perempuan saya dokter, jadi dia tidak bisa meninggalkan Ukraina. Dia tidak bisa pergi karena ingin membantu ibu, nenek, dan hewan peliharaan, mereka semua bagian dari keluarga."

Saksikan selengkapnya dalam video wawancara khusus berikut ini:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Varvara: Sulit Rasanya Meninggalkan Ukraina

Ketika ditanya bagaimana rasanya akhirnya mengungsi ke Indonesia, suara yang tertahan menjadi awal jawabannya.

"Sebenarnya sangat sulit karena menggelisahkan dan menakutkan di sana. Tapi jauh lebih sulit lagi untuk pindah dari Ukraina karena semua keluarga dan teman-teman saya ada di sana," ucap putri Vasyl Hamianin itu.

"Itu adalah rumah saya, negara saya dan ini adalah saat yang sulit bagi saya, bagi seluruh warga Ukraina dan itu sangat menyedihkan."

Ia mengaku sangat sedih ketika harus meninggalkan kampung halamannya dan berpisah dengan kerabat yang selama ini tinggal bersama."

"Kami menangis selama di perjalanan, dan momen paling menyedihkan adalah saat mengucapkan selat tinggal pada ibuku karena dia tetap di sana," kenangnya.

Gadis berusia 17 tahun ini juga merasa putus asa ketika tak bisa menghubungi teman-temannya yang terjebak di wilayah perang, apalagi dia mengetahui Rusia menyita alat komunikasi warga di wilayah yang sudah diduduki.

"Tentara Rusia juga mengambil ponsel mereka, sehingga mereka tidak bisa tetap berhubungan. Itu sangat menakutkan dan saat itu kami tidak tahu apakah mereka masih hidup atau tidak", katanya.

Dengan semua pengalaman buruk menjadi korban perang, Varvara yang ingin mendalami kemampuan di bidang akting ini tak habis pikir apa yang terjadi di Ukraina dianggap hanya sebuah kebohongan.

"Anda benar-benar berpikir bahwa pemerintahan kita mencoba menghancurkan negaranya sendiri hanya untuk mengatakah semua itu dilakukan oleh Rusia. Maaf tapi itu terdengar bodoh," tegasnya.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Lewat Lukisan, Aku Ingin Tunjukkan Kepada Dunia Kondisi Ukraina

Varvara Hamianin sudah sejak lama gemar melukis. Ia hobi meluapkan ekspresinya melalui pulasan cat warna-warni, namun kondisi perang, invasi Rusia ke Ukraina, lukisannya menjadi tak berwarna seperti dahulu.

Warna hitam dan merah mendominasi lukisannya sejak ia merasakan pengalaman pahit di negaranya sendiri.

"Sebenarnya saya mencoba melukis untuk menyelamatkan saya dari pikiran dan semua perasaan ini. Saya mencoba meletakkan semuanya di atas kanvas untuk membebaskan perasaan saya. Warna itu (merah dan hitam) dari perang. Rasa sakit adalah merah, dan hitam dan warna gelap," jelas Varvara.

Varvara juga mengatakan dua warna yakni merah dan hitam merupakan warna dari bendera yang digunakan orang Ukraina sebagai simbol perjuanagan.

"Itu digunakan dalam sejarah kami, oleh tentara Ukraina selama perang melawan pendudukan Soviet. Sekarang orang-orang menggunakannya sebagai simbol perjuangan untuk kebebasan kita. jadi saya pikir warna-warna ini adalah yang paling penting sekarang, dan itu adalah satu-satunya yang dapat saya lihat sekarang di dunia ini."

Varvara mengaku sejak tiba di Indonesia pasca-mengungsi dari Ukraina, dirinya lebih sering melukis tak seperti biasanya yang hanya dilakoni terkadang.

"Tadinya hanya sekedar hobi, tapi setelah perang dimulai, saya tidak tahu di mana harus meletakkan emosi saya karena ada banyak emosi ketakutan dan kemarahan di dalamnya. Saya tidak punya cara lain untuk menunjukkan emosi ini."

"Tapi sebenarnya lukisan-lukisan ini tidak dibuat untuk ditunjukkan kepada siapa pun. Hanya saja ayah saya mulai mengunggahnya, jadi lukisan ini menunjukkan kepada dunia apa yang saya rasakan dan apa yang Ukraina rasakan," paparnya.

"Jadi ya, sekarang lukisan ini menujukkan kepada dunia apa yang saya rasakan dan Ukraina rasakan," tegasnya.

Lewat lukisan-lukisan tersebut, Varvara merasakan kelegaan atas penyaluran emosi yang ia alami dari negara yang dianda perang. "Agak memalukan, tapi setidaknya bisa menunjukkan pada dunia apa yang terjadi."

Gadis berkacamata itu mengaku sudah ada sekitar 20 lukisan yang terinspirasi dari invasi Rusia ke Ukraina.

"Sebenarnya sebagaian besar lukisan saya memiliki simbol invasi rusia dan perjuangan serta rasa sakit ini. Sebetulnya saya tidak mencoba untuk terus menunjukkannya, tapi bahkan ketika Anda mencoba melukis gambar cantik seperti cahaya, Anda masih memiliki perang di dalam pikiran dan tersalurkan. Jadi saya pikir hampir di setiap lukisan tergambar."

"Ya, terkadang lewat bahasa bunga, kekuatan warna. Menggambarkan Ukraina, lewat gambar simbolis dan alam."

Ia mengaku kondisi di Ukraina sebelum pergi ke Indonesia selalu muncul di benaknya, sehingga tertuang dalam lukisannya belakangan ini.

4 dari 4 halaman

Galang Dana Lewat Lelang Lukisan di Bali

Varvara mengaku dirinya berupaya untuk mengirimkan bantuan untuk Ukraina melalui hasil lelang lukisannya.

"Kami mengadakan lelang di Bali, untuk menjual lukisan saya dan seniman lain, dan mengirimkan uangnya untuk anak-anak Ukraina, kebutuhan kemanusiaan, dokter, obat-obatan dan lainnya," ungkap gadis berambut biru cerah itu.

"Ada banyak hal yang membutuhkan uang dan perang belum beraakhir. Kami hanya melakukan semua yang kami bisa."

<p>Lelang lukisan yang diikuti putri Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Varvara Hamianin di Bali. (Dok Kedubes Ukraina untuk Indonesia)</p>

Lelang lukisan yang diikuti putri Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Varvara Hamianin di Bali. (Dok Kedubes Ukraina untuk Indonesia)

Acara pelelangan yang bertajuk Special Dinner and Charitu Action for Ukraina itu akhirnya terlaksana pada 30 Juli lalu. Bertempat di Huge Restaurant, Canggu, Bali.

Menurut informasi yang didapat dari undangan acara lelang, sebanyak sembilan lukisan akan diikutsertakan. Kegiatan di antaranya terdiri sesi makan dengan hidangan six courses menu yang disediakan oleh Chef Edik Kanaryan.

Seluruh donasi yang terkumpul di acara tersebut akan dikirimkan ke Ukraina.

"Dengan membeli lukisan, Anda telah membantu Ukraina," demikian tulisan pada undangan lelang tersebut.

Harga lukisan bertema invasi Rusia dan Ukraina karya Varvara Hamianin itu kabarnya dijual dengan harga pembuka Rp 500 ribu.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.