Sukses

WNI Terjebak Scam Lowongan Kerja di Medsos, Kominfo Diminta Bertindak

Kementerian Kominfo diminta bertindak karena banyak WNI yang kena scam pekerjaan akibat medsos.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus WNI yang terkena scam pekerjaan di Kamboja semakin parah. Jumlahnya kini sudah melebihi 100 orang yang tertipu di Kamboja. 

Mereka adalah korban yang terjebak lowongan pekerjaan di media sosial. Akibat iming-iming gaji fantastis, para WNI itu terpancing untuk berangkat ke Kamboja, kemudian sadar mereka dijebak. 

Ada korban WNI yang diancam, tidak dapat gaji, hingga disekap. 

Direktur Perlindungan WNI di Kemlu RI Judha Nugraha menjelaskan bahwa iklan-iklan lowongan pekerjaan itu sangat banyak. Kementerian Komunikasi dan Informatika lantas diminta untuk menurunkan lowongan-lowongan tersebut. 

"Kami masih memantau ada akun-akun di social media yang masih menawarkan lowongan ini. Kami telah membahas dengan Polri dan juga kami akan sampaikan Kominfo agar akun-akun tersebut dapat di-take down dan kemudian kita bisa melakukan langkah-langkah penegakan hukum," jelas Judha Nugraha dalam virtual press briefing, Jumat (5/8/2022). 

Di tengah masalah WNI yang disekap di Kamboja, Kementerian Kominfo sedang disibukan oleh serangan netizen usai memblokir Paypal, Steam, dan sejumlah platform lainnya. 

Judha menjelaskan bahwa kesadaran masyarakat merupakan hal utama untuk menangkal scam lowongan kerja yang terjadi di Kamboja, dan beberapa negara lain. Pernah juga WNI yang terjebak kasus serupa di Laos. 

Pada kasus Laos, WNI ada yang sempat diancam dijadikan PSK jika tidak memenuhi target penjualan investasi bodong. Berikut ciri-ciri lowongan kerja bodong luar negeri yang beredar:

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Ciri-Ciri Scam

Direktur Perlindungan WNI Kemlu RI Judha Nugraha menyayangkan ada WNI yang terkena kasus ini secara berulang. Ia pun mengungkap ciri-ciri loker palsu tersebut agar masyarakat bisa sadar.

"Kasus ini berulang. Kuncinya selain penegakan hukum adalah kesadaran masyarakat," ujar Judha dalam media briefing di Jakarta, Jumat (29/7). 

Berikut sejumlah ciri-ciri loker berbahaya yang wajib diwaspadai:

1. Media Sosial 

Judha Nugraha berkata loker palsu dari luar negeri kerap beredar di media sosial. Contoh sejauh ini ada dari Laos, Kamboja, dan Filipina.

2. Janji Manis 

Ciri kedua adalah loker yang tidak jelas itu terkesan mudah, akan tetapi gajinya fantastis.

3. Kualifikasi 

Meski lokernya mengajak kerja di luar negeri, kualifikasi sangat mudah. Ini harus dicurigai karena tentu tidak masuk akal. 

"Bekerja ke luar negeri, tapi enggak minta kualifikasi apa-apa," ujar Judha. 

4. Informasi Perusahaan Tak Jelas

Ini juga wajib dilakukan oleh para pencari kerja. Coba cari dahulu informasi mengenai perusahaan itu di Google agar tak terjebak kerja di perusahaan bodong, bahkan melanggar HAM. 

"Kita tidak bisa melakukan kroscek terhadap kredibilitas perusahaan tersebut," ujar Judha. 

5. Visa 

Ciri yang menonjol dari loker abal-abal adalah berangkat tidak menggunakan visa pekerja, melainkan visa kunjungan.

"Beberapa modus tersebut kalau ditemui, maka hati-hati. Dan jangan memaksakan diri. Jadi kesadaran masyarakat untuk melindungi dirinya sendiri dengan langkah-langkah tersebut itu menjadi kunci perlindungan," ujar Judha.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Kasus Laos

Sebelumnya dilaporkan, Kementerian Luar Negeri RI berhasil memulangkan 15 orang WNI yang menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO). Para WNI itu bekerja dalam kondisi yang tidak berperikemanusiaan, bahkan ada ancaman dijual sebagai pekerja seks jika tak memenuhi target. 

Berdasarkan laporan situs Kemlu RI, Senin (27/6), para WNI/PMI itu bekerja di wilayah segitiga emas di Bokeo, Laos hingga tiba di tanah air dengan selamat. Pemulangan dilakukan dalam 2 kloter penerbangan pada tanggal 25 dan 26 Juni 2022. Setibanya di tanah air, para WNI korban TPPO dimaksud telah diserah-terimakan kepada Kementerian Sosial RI untuk pemeriksaan lanjutan.

Sebelumnya, para WNI tersebut berhasil dievakuasi oleh KBRI Vientiane dengan bantuan Kepolisian Nasional Laos dari sebuah perusahaan di kawasan segitiga emas Provinsi Bokeo, Laos pada tanggal 10 Juni 2022. Proses evakuasi dilanjutkan dengan pemeriksaan awal TPPO di KBRI Vientiane.

Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya eksploitasi dan intimidasi yang dilakukan oleh perusahaan terhadap ke-15 orang tersebut serta mengalami tekanan mental dengan jam kerja 15 jam sehari, dan diancam dijual ke perusahaan lain sebagai pekerja seks komersial apabila tidak mencapai target penjualan investasi palsu.

Para WNI yang menjadi korban pada awalnya tergiur dengan iklan lowongan pekerjaan yang beredar di media sosial khususnya Facebook, menawarkan pekerjaan sebagai customer service di perusahaan fintech dengan gaji besar dan fasilitas yang baik. Namun setibanya di Laos, para PMI dipaksa untuk bekerja di perusahaan financial scammers, mengalami tekanan dan intimidasi bila tidak mencapai target serta diwajibkan membayar denda apabila memilih keluar dari perusahaan. 

4 dari 4 halaman

Korban Lowongan Kerja Bodong Kamboja Mengaku Tergiur Gaji Fantastis

Korban lowongan kerja bodong di Kamboja mengaku tergiur akan tawaran gaji fantastis. Tak hanya itu, mereka juga termakan omongan dengan fasilitas dan kemudahan kerja.

Irma (nama disamarkan), istri dari korban yang masih menunggu suaminya pulang dari Kamboja mengaku bahwa iming-iming di awal menjadi alasan suaminya nekat bekerja di luar negeri. 

"Gaji fantasis jadi alasannya," ujar Irma saat menceritakan kisahnya secara online yang difasilitasi oleh Migrant CARE, Senin (1/8).

 

"Selain itu keluar negeri tujuannya untuk mencari rezeki. Namun semuanya berbeda."

"Suami saya ikut di zoom ini tak bisa berbicara. Saya berharap dan memohon pemerintaj bisa memjemputnya."

Yanto (nama disamarkan), yang juga menunggu kepulangan adiknya juga menceritakan iming-iming gaji besar sekitar 7-9 juta perbulan yang ditawarkan oleh pelaku.

"Adik saya berangkat 15 Juli 2022. Kurang lebih dua hari perjalanan sampai di sana. Kami tak tahu soal apa yg terjadi. Benar-benar kurang info. Ada yang menawarkan ke istri saya bekerja ke Kamboja dengan gaji yang baik. sekitar 7-9 juta. Ia jadi tertarik."

"Tidak ada cerita jam kerja. Kami diminta agen tersebut 4 juta sampai kami berdebat sekeluarga. Kami ingin mempekerjakan adik kami. Jual emas, gelang, itu kami lakukan."

"Kami serahkan ke agen semua. Tiga hari selesai paspor. Adik saya tanpa training diberangkatkan padahal nol pengalaman. Sampai di sana terkejut dan tak sanggup. Sakit dan besoknya tidak masuk. Benar, jam kerjanya hingga 16 jam. Ia ditegur besoknya dan disekap 2 hari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.