Sukses

Pria Inggris Pembawa Busur Panah di Kediaman Ratu Elizabeth II Bakal Diadili

Chail akan menjalani persidangan di Pengadilan Westminster di London pada 17 Agustus mendatang.

Liputan6.com, London - Jaswani Singh Chail yang berusia 20 tahun, penduduk dari Southampton di Inggris selatan, ditangkap di halaman Kastil Windsor, di mana Ratu Inggris sering menghabiskan waktunya. Ia kemudian dituntut karena dianggap bermaksud "membuat panik" Ratu Elizabeth II.

Jaswani Singh Chail ditangkap di Kastil Windsor, yang merupakan kediaman Ratu Inggris, dengan membawa busur panah pada Hari Natal tahun 2021 lalu, demikian kata polisi dan penuntut.

Saat insiden terjadi, Ratu Elizabeth II sedang berada di istana bersama putra dan penerus tahta kerajaan Pangeran Charles, istrinya, dan anggota keluarga dekat lainnya. Menurut polisi, Chail tidak menerobos masuk ke dalam bangunan.

Setelah dilakukan penyelidikan oleh polisi antiterorisme, seperti dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (4/8/2022), Chail dikenakan tuduhan "menembakkan atau mengarahkan senjata api, atau melemparkan atau menggunakan benda atau senjata ofensif, dengan maksud mencederai atau membuat panik Ratu."

Pelaku melanggar sebuah pelanggaran yang tertuang dalam bagian 2 dari Treason Act 1842. Dia juga dituduh melakukan ancaman untuk membunuh dan kepemilikan senjata ofensif.

Nick Price, Kepala Divisi Antiterorisme dan Kejahatan Khusus (CPS), mengatakan “Badan Penuntut Kerajaan mengingatkan semua pihak bahwa sidang kejahatan terhadap Chail aktif dan dia memiliki hak untuk diadili secara adil.”

Chail akan menjalani persidangan di Pengadilan Westminster di London pada 17 Agustus mendatang.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Jarang Terjadi

Pelanggaran keamanan di properti kerajaan jarang terjadi.

Insiden yang paling serius selama masa kekuasaan Ratu Elizabeth II terjadi pada tahun 1982 ketika seorang penerobos memanjat dinding Buckingham Palace, kediaman Ratu ketika itu, dan berhasil mencapai kamar tidurnya.

Pada 2003, Aaron Barshak, seorang laki-laki yang menyebut dirinya “teroris pelawak,” mengelabuhi keamanan dengan mengenakan gaun merah jambu dan janggut gaya Osama bin Laden untuk menggangu pesta ulang tahun ke-21 Pangeran William.

3 dari 4 halaman

1 Pria Ditahan Saat Kepergok Panjat Pagar Istana Ratu Inggris

Pagar tinggi dan penjagaan berlapis di Istana Buckingham, kediaman resmi Ratu Inggris Elizabeth II, ternyata tak menyurutkan niat orang untuk membobolnya.

Seorang pria ditahan atas dugaan pencurian, pelanggaran batas, dan aksi pengrusakan kriminal setelah memanjat pagar istana, Jumat malam.

Pelaku ditemukan di area yang terbuka untuk umum sepanjang siang. Namun, menurut Kepolisian Metropolitan, pria tersebut beraksi di malam hari, sekitar pukul 22.30 waktu setempat.

Ia tak beraksi sendirian. Pria kedua ditahan di luar kediaman Ratu Inggris. Atas dugaan konspirasi pencurian.

Pihak kepolisian mengatakan, kedua pria bisa bebas dengan jaminan dan pihaknya terus mengkaji insiden tersebut.

"Penyelidikan atas insiden ini masih dilakukan," kata juru bicara Kepolisian Metropolitan, London seperti dimuat BBC, Sabtu (7/9/2013).

"Tak ada anggota keluarga kerajaan yang ada di Istana Buckingham saat insiden terjadi."

Juru bicara kepolisian mengatakan, keamanan istana juga akan dikaji terkait insiden tersebut.

Istana Buckingham adalah yang paling terkenal dari 3 tempat tinggal resmi Ratu Inggris. Istana itu difungsikan sebagai tempat tinggal resmi Sang Ratu sekaligus pusat administrasi monarkhi kerajaan Dinasti Windsor. (Ein)

4 dari 4 halaman

Memalukan! Mata-mata Inggris Ditangkap Karena Pakai Gaun

Brigadir Dudley Wrangel Clarke adalah seorang perwira di Angkatan Darat Inggris, yang dikenal sebagai pelopor operasi penyamaran militer selama Perang Dunia II. Ia juga berada di balik pembentukan pasukan Commandos dan SAS (Special Air Service).

Ia dikenal sebagai pakarnya berdalih, berkali-kali lolos deteksi dan berkelit dari pertanyaan-pertanyaan menjebak. Namun, sebuah insiden membuat daya tarik dan kharismanya di mata para pejabat tinggi Inggris memudar. Karirnya nyaris berakhir.

Dalam perjalanan ke mesir, menyamar sebagai koresponden Times, pria berpangkat letnan kolonel itu singgah di Madrid, Spanyol. Di mana ia mengenakan gaun motif bunga-bunga, lipstik, dan kalung mutiara, di suatu sore di tahun 1941. Berusaha mendekat ke kerumunan mata-mata Jerman. Penyamarannya terkuak, polisi diktator Jenderal Franco yang menganggapnya sebagai pelanggaran, menahannya selama 2 hari untuk interogasi.

Kabar penangkapannya disampaikan lewat kabel oleh Kedubes Inggris di Madrid ke Kementerian Luar Negeri Inggris di London, menimbulkan kekhawatiran penyamaran Clarke akan jadi gosip -- mencoreng muka atasan politiknya. Demikian yang isi dokumen rahasia yang dirilis oleh National Archives, seperti dimuat Daily Mail 22 Mei 2013.

Kabel yang dikirim pihak Kedubes menyampaikan penangkapan Clarke di jalan utama Madrid pada 16 Oktober diwarnai aksi pelucutan pakaiannya -- hingga tersisa pakaian dalam. Kepada polisi, Clarke mengaku sebagai novelis yang ingin melakukan studi tentang reaksi pria terhadap perempuan di jalan.

"Tasnya berisi pakaian perempuan lengkap.... dan segulung tisu toilet yang sangat halus-- sampai-sampai membuat polisi Spanyol bersemangat mengirimkan lembar per lembarnya untuk diuji kimia."

Saat konsul Inggris mengunjunginya, Clarke terlihat kalem dan tak terpengaruh. Kepada konsul, dia menceritakan kisah berbeda -- mengklaim ia membawa pakaian perempuan untuk seorang lady di Gibraltar dan mengaku iseng mencobanya. "Namun, itu bertentangan dengan fakta, sebab sepatu dan pakaian itu pas benar dengannya," demikian disampaikan dalam informasi kabel.

Polisi memperlakukan insiden itu sebagai "kasus homoseksual" dan mendenda Clarke. Namun pihak kedubes memperingatkan, orang-orang Jerman bisa saja berpikir mereka sedang jadi incaran spionase kelas atas.Maka, "lelucon sudah dimulai tentang 'editor' The Times menyamar sebagai seorang wanita."

Selengkapnya klik di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.