Sukses

Wawancara Eksklusif: Komisi Eropa Sebut Taktik Rusia Jadi Senjata Makan Tuan

Komisioner Anggaran dari Komisi Eropa menyebut taktik Rusia menjadi bumerang.

Liputan6.com, Jakarta - Invasi Rusia ke Ukraina berlangsung sejak Februari 2022. Salah satu narasi versi Rusia adalah ingin menolak Ukraina masuk NATO, serta melawan Nazi di Ukraina. 

Namun, petinggi Komisi Eropa menyebut taktik Rusia selalu saja menjadi senjata makan tuan. Hal itu diungkap oleh Komisioner Anggaran Johannes Hahn ketika berkunjung ke Indonesia. 

Hahn mencontohkan bagaimana Swedia dan Finlandia justru ingin masuk NATO akibat adanya invasi Rusia. Dua negara itu tak hanya lebih kaya dari Ukraina, tetapi memiliki perbatasan yang sangat panjang dengan Rusia. 

Hal lainnya adalah tindakan Presiden Rusia Vladimir Putin yang dituduh menjadikan energi sebagai senjata. Johannes Hahn berkata kepercayaan global kepada pasokan energi Rusia jadi berkurang akibat hal tersebut.

"Kini, Swedia dan Finlandia bergabung ke NATO. Jadi apapun yang diinisiasi Rusia selalu jadi senjata makan tuan dalam beberapa minggu kemudian. Dan ia (Putin) menghancurkan ekonominya sendiri. Ia menghancurkan relasi. Jadi ia kehilangan kepercayaan dan confidence internasional," ujar Johannes Hahn kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat 22 Juli 2022.

Masalah kepercayaan global ini penting bagi Rusia, pasalnya Hahn menyebut produk andalan Rusia adalah energi. Ia berkata jarang produk-produk Rusia yang terkenal selain energinya. 

Lebih lanjut, Eropa merupakan pasar yang penting bagi Rusia. Akibat invasi Rusia dan permainan di bidang energi, Eropa kini makin bertekad agar independen dari Rusia. Ekspor LNG Eropa dari AS juga meningkat tiga kali lipat dari sebelum invasi. Uni Eropa juga mencari mitra energi lain, seperti Mesir dan Israel.

Sementara, Rusia dinilai akan kesulitan mencari pembeli ke negara lain.

"Infrastruktur gas mayoritas berdasarkan pipeline atau jalur pipa gas. Dan infrastruktur pipeline (milik Rusia) berorientasi ke Eropa," jelas Hahn. 

 

Baca wawancara selengkapnya dengan Johannes Hahn dari Komisi Eropa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Dubes Ukraina: Jika Kita Diam, Rusia Akan Bertindak Makin Parah

Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, mengaku lelah mendengar retorika Rusia yang terus berubah tiap harinya. Ia bahkan menyebut Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov sebagai menteri propaganda dan Presiden Vladimir Putin sebagai diktator.

Pernyataan itu ia ungkap pada konferensi pers virtual, Kamis (28/7/2022). 

Dalam kesempatan tersebut, Dubes Hamianin juga membahas soal gas, energi, dan retorika Rusia. 

Dubes Hamianin berkata Ukraina ingin sekali mengirim gandum ke luar negeri, namun Rusia menghancurkan, menghalangi, dan menyegel infrastruktur-infrastruktur yang diperlukan. 

"Jika kita diam saja, Rusia akan bertindak semakin parah," ujar Dubes Ukraina Hamianin. 

"(Rusia) membakar bibit-bibit di ladang kita. Ini masih terjadi sayangnya. Mereka berusaha mendistraksi, menghancurkan logistik, menyegel gudang, serta infrastruktur-infrastruktur terkait pengiriman gandum untuk mencegah gandum Ukraina tiba ke pasaran, terutama pasar Afrika, dan sejumlah pasar Asia," ucap Dubes Ukraina.

Terkait gas, Dubes Ukraina menyebut Rusia menggunakan gasnya untuk melakukan pemerasan kepada Eropa. Dubes Ukraina juga menuding Rusia ingin membuat Eropa "membeku sampai mati" walau Rusia telah membantah menggunakan energi sebagai senjata. 

"Saya hanya lelah terhadap perubahan-perubahan retorika Rusia dan narasinya dan kebohongannya tiap hari. Tiap hari mereka berbohong tentang hal lain. Tetapi kita adalah orang-orang cerdas, kita orang-orang rasional, kita paham itu," ujarnya.

3 dari 4 halaman

Jokowi dan PM Jepang Bahas soal Rusia-Ukraina hingga Situasi di Myanmar

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Perdana Menteri (PM) Jepang Kishida Fumio membahas situasi kawasan dan kerja sama internasional, dalam pertemuan yang dilakukan di Kantor PM Jepang, Tokyo, Rabu (27/7).

Adapun isu kawasan yang dibahas oleh kedua pemimpin negara antara lain, mengenai agresi Rusia ke Ukraina, Laut China Selatan, hingga situasi kemanusian di Myanmar. 

"Dalam working lunch setelah konferensi bersama ini, kami akan mendiskusikan situasi di kawasan dan kerja sama internasional," kata PM Kishida dalam konferensi pers yang ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Rabu.

"Pembahasan situasi di kawasan antara lain, agresi Rusia ke Ukraina, Laut Tiongkok Timur dan Selatan, kebijakan terhadap Korea Utara seperti, isu nuklir, rudal, dan isu penculikan, serta situasi di Myanmar," sambungnya.

Sementara itu, pembahasan kerja sama internasional antara lain, pelucutan senjata, Nonproliferasi senjata nuklir, serta peningkatan fungsi PBB. PM Kishida menyampaikan kunjungan Jokowi tersebut menjadi momentum mempererat hubungan Jepang-Indonesia.

"Kami akan menjadikan kunjungan Presiden Joko Widodo kali ini sebagai momentum untuk lebih lanjut mempererat hub Jepang-Indonesia mengingat kita akan memperingati 65 tahun hububgan Diplomatik dan 50 tahun persahabatan," jelas dia.

"Dan kerja sama Jepang-Asean pada tahun depan bersama dengan Indonesia, Jepang akan berkontribusi untuk kestabilan kawasan dan dunia," imbuh PM Kishida.

4 dari 4 halaman

Xi Jinping Puji Kunjungan Jokowi ke Rusia-Ukraina Untuk Upayakan Perdamaian

Sementara, Presiden China, Xi Jinping, mengapresiasi upaya Presiden Joko Widodo atau Jokowi dalam mengupayakan perdamaian dan memperbaiki situasi kemanusiaan. Salah satunya, melalui kujungan ke Ukraina dan Rusia.

Hal ini disampaikan Xi Jinping saat melakukan pertemuan bilateral dengan Jokowi di Villa 14, Diaoyutai State Guesthouse Beijing, Selasa (26/7). Adapun Jokowi menjadi Kepala Negara pertama yang kunjungi China setelah Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.

"Kunjungan ini dinilai Presiden Xi menunjukkan tanggung jawab Indonesia sebagai negara besar," kata Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi usai mendampingi Jokowi, sebagaimana dikutip dari siaran pers Sekretariat Presiden.

Menurut dia, Presiden Jokowi dan Xi Jinping membahas berbagai isu antara lain, isu kawasan dan dunia. Sebagai negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki tempat yang penting bagi RRT dan kawasan.

"Apalagi saat ini Indonesia memegang Presidensi G20 dan tahun depan menjadi Ketua ASEAN," tuturnya.

Selain itu, isu G20 dan ASEAN turut dibahas dalam pertemuan ini. Indonesia menyampaikan penghargaan atas dukungan China terhadap keketuaan Indonesia di G20.

"Mengenai ASEAN, Indonesia berkomitmen untuk menjadikan ASEAN relevan, tidak saja bagi masyarakat Indonesia namun juga untuk kawasan dan dunia," jelas Retno.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.