Sukses

Dubes Ukraina: Jika Kita Diam, Rusia Akan Bertindak Makin Parah

Dubes Ukraina Vasyl Hamianin membahas gas, gandum, dan kebohongan Rusia.

Liputan6.com, Jakarta - Duta Besar Ukraina di Indonesia, Vasyl Hamianin, mengaku lelah mendengar retorika Rusia yang terus berubah tiap harinya. Ia bahkan menyebut Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov sebagai menteri propaganda dan Presiden Vladimir Putin sebagai diktator.

Pernyataan itu ia ungkap pada konferensi pers virtual, Kamis (28/7/2022).

Dalam kesempatan tersebut, Dubes Hamianin juga membahas soal gas, energi, dan retorika Rusia. 

Dubes Hamianin berkata Ukraina ingin sekali mengirim gandum ke luar negeri, namun Rusia menghancurkan, menghalangi, dan menyegel infrastruktur-infrastruktur yang diperlukan. 

"Jika kita diam saja, Rusia akan bertindak semakin parah," ujar Dubes Ukraina Hamianin. 

"(Rusia) membakar bibit-bibit di ladang kita. Ini masih terjadi sayangnya. Mereka berusaha mendistraksi, menghancurkan logistik, menyegel gudang, serta infrastruktur-infrastruktur terkait pengiriman gandum untuk mencegah gandum Ukraina tiba ke pasaran, terutama pasar Afrika, dan sejumlah pasar Asia," ucap Dubes Ukraina.

Terkait gas, Dubes Ukraina menyebut Rusia menggunakan gasnya untuk melakukan pemerasan kepada Eropa. Dubes Ukraina juga menuding Rusia ingin membuat Eropa "membeku sampai mati" walau Rusia telah membantah menggunakan energi sebagai senjata. 

"Saya hanya lelah terhadap perubahan-perubahan retorika Rusia dan narasinya dan kebohongannya tiap hari. Tiap hari mereka berbohong tentang hal lain. Tetapi kita adalah orang-orang cerdas, kita orang-orang rasional, kita paham itu," ujarnya.

Sebelumnya, Komisioner Anggaran dari Komisi Eropa Johannes Hahn turut menegaskan bahwa Rusia memainkan energi sebagai senjata. Hahn berkata Rusia akan rugi sendiri.

Klik di sini untuk baca wawancara dengan Hahn terkait perang di Ukraina.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Indonesia Siap Gali Potensi Impor Gandum dari Serbia

Sebelumnya dilaporkan, masalah terkait ketahanan pangan menjadi salah satu dampak dari perang yang masih berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Indonesia pun ikut prihatin dengan isu tersebut, sehingga Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ikut berperan dalam mengatasi masalah ini. 

Dalam kunjungan Menlu Serbia Nicola Selakovic ke Indonesia, ia juga menyampaikan keprihatinan terkait isu yang sama. 

"Kami telah berbagi keprihatinan tentang dampak perang di Ukraina terhadap ketahanan pangan, khususnya kenaikan harga pangan."

"Untuk itu, kami sepakat untuk meningkatkan kerjasama perdagangan komoditas pangan atau pertanian khususnya gandum," ujarnya dalam press briefing virtual kepada media, Senin (23/5/2022). 

Menlu Retno menyampaikan bahwa Badan Usaha Milik Negara Indonesia, PT Berdikari, dan mitra bisnis Serbia-nya telah menunjukkan kesiapan untuk memfasilitasi ekspor gandum Serbia ke Indonesia.

Menteri Selakovic juga akan bertemu dengan PT. Berdikari untuk membahas hal ini lebih detail selanjutnya. 

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan pada hari Sabtu bahwa Rusia telah memblokir negara yang diperangi dari mengekspor 22 juta ton produk makanan.

Berbicara dengan perwakilan media setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Portugal António Costa, Zelensky mengatakan bahwa krisis energi di seluruh dunia akan diikuti oleh krisis pangan jika negara-negara lain tidak membantu Ukraina dalam membuka blokir pelabuhannya dan melanjutkan ekspor.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

DPR Ajak Masyarakat Ganti Gandum dengan Tepung Singkong

Di tengah ancaman krisis pangan global yang terjadi akibat anomali cuaca dan perang Rusia vs Ukraina, Anggota Komisi IV DPR, Firman Subagyo mengajak semua pihak untuk melakukan substitusi pangan dengan beralih dari ketergantungan impor gandum.

Menurut legislator asal Pati, Jawa Tengah ini, penggunaan tepung singkong atau mokaf sebagai pengganti ketergantungan gandum dapat menjadi pilihan yang tepat saat ini. 

“Kalau tidak dilakukan maka kita akan terjebak dalam ketergantungan bahan baku impor itu beresiko tinggi dengan harga semakin tidak bisa terkendali. Di samping pemerintah juga harus mulai melakukan evaluasi terhadap terhadap produksi pertanian tutur,” ujarnya kepada wartawan, Jumat (22/7/2022).

Disamping itu, dalam rangka menjaga ketahanan pangan nasional. Dirinya menyarankan agar pemerintah mulai menerapkan penggunaan pupuk organik bagi para petani, dengan alasan penggunaan pupuk kimia bisa berpengaruh terhadap produksi hasil pertanian nasional.

“Untuk itu kita harus melakukan gerakan menggunakan Pupuk Organik dalam rangka memperbaiki unsur kesuburan lahan dan meningkatkan produksi nasional,” terangnya.

4 dari 4 halaman

Jokowi dan PM Jepang Bahas soal Rusia-Ukraina hingga Situasi di Myanmar

Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Perdana Menteri (PM) Jepang Kishida Fumio membahas situasi kawasan dan kerja sama internasional, dalam pertemuan yang dilakukan di Kantor PM Jepang, Tokyo, Rabu (27/7).

Adapun isu kawasan yang dibahas oleh kedua pemimpin negara antara lain, mengenai agresi Rusia ke Ukraina, Laut China Selatan, hingga situasi kemanusian di Myanmar. 

"Dalam working lunch setelah konferensi bersama ini, kami akan mendiskusikan situasi di kawasan dan kerja sama internasional," kata PM Kishida dalam konferensi pers yang ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Rabu.

"Pembahasan situasi di kawasan antara lain, agresi Rusia ke Ukraina, Laut Tiongkok Timur dan Selatan, kebijakan terhadap Korea Utara seperti, isu nuklir, rudal, dan isu penculikan, serta situasi di Myanmar," sambungnya.

Sementara itu, pembahasan kerja sama internasional antara lain, pelucutan senjata, Nonproliferasi senjata nuklir, serta peningkatan fungsi PBB. PM Kishida menyampaikan kunjungan Jokowi tersebut menjadi momentum mempererat hubungan Jepang-Indonesia.

"Kami akan menjadikan kunjungan Presiden Joko Widodo kali ini sebagai momentum untuk lebih lanjut mempererat hub Jepang-Indonesia mengingat kita akan memperingati 65 tahun hububgan Diplomatik dan 50 tahun persahabatan," jelas dia.

"Dan kerja sama Jepang-Asean pada tahun depan bersama dengan Indonesia, Jepang akan berkontribusi untuk kestabilan kawasan dan dunia," imbuh PM Kishida.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.