Sukses

Australia Waspada PMK, Bandara Perth Mulai Uji Keset Sanitasi ke Penumpang dari Indonesia

Jadi, penumpang dari Indonesia yang tiba di Bandara Perth sekarang harus berjalan melintasi keset sanitasi yang diisi dengan asam sitrat.

, Perth - Australia menerapkan pencegahan terkait wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyebar di Indonesia, dengan menggunakan keset sanitasi.

Ini adalah langkah biosekuriti terbaru dan terkuat yang diambil pemerintah Australia untuk mencegah wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia menyebar ke Australia.

Keset yang nantinya digunakan di semua negara bagian, digelar untuk pertama kalinya di Perth, ibu kota negara bagian Australia Barat, Senin 25 Juli untuk penumpang yang tiba dari Bali.

Jadi, penumpang dari Indonesia yang tiba di Bandara Perth sekarang harus berjalan melintasi keset sanitasi yang diisi dengan asam sitrat.

Salah satu pelaku perjalanan dari Indonesia, Daniel del Borrello, mengatakan prosesnya cepat dan mudah.

"Yang harus Anda lakukan hanyalah berjalan melewati keset hitam dan membiarkannya membersihkan sepatu Anda. Sebenarnya cukup bagus, [hitung-hitung] membersihkan sepatu gratis," katanya.

"Prosesnya kira-kira lima detik."

Bahkan penumpang yang memakai sandal jepit sepertinya tidak mempermasalahkan prosedur tersebut.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Keset Pembersih Sebagai Pengingat yang Praktis

Kepala Sekolah Ilmu Kedokteran Hewan Universitas Murdoch, Dr Henry Annandale, mengatakan keset ini juga merupakan pengingat yang baik bagi orang-orang untuk membersihkan alas kaki mereka jika mereka berada di luar negeri. 

"Penting bagi Anda untuk mencoba dan membersihkan sepatu sebelum berjalan di atasnya dan ketika Anda berjalan, Anda harus berdiri sebentar di atasnya sebelum berjalan lagi," katanya kepada ABC Radio Perth.

"Tidak ada dekontaminasi yang 100 persen efektif dalam waktu singkat."

"Orang-orang juga perlu bertanggung jawab membersihkan kotoran dari sepatu mereka."

Dr Annandale mengatakan jejak virus aktif dapat ditemukan pada alas kaki tujuh hingga 11 minggu kemudian dan bertahan lebih lama dalam suhu yang lebih dingin.

Namun, dia mengatakan perhatian utama adalah dari orang-orang yang membawa produk hewani dan bahan makanan yang terkontaminasi.

 

3 dari 4 halaman

Selalu Ada di Luar Sana

Premier Australia Barat, Mark McGowan, menyambut baik pemasangan keset-keset tersebut di bandara.

Di satu sisi McGowan mengatakan ancaman penyakit kuku dan mulut tidak boleh dilebih-lebihkan, tetapi ia juga mendesak para pelaku perjalanan untuk juga bertanggung jawab.

"Saya kira ini belum banyak diketahui, tapi penyakit mulut dan kuku mewabah di Vietnam, Malaysia, Thailand, dan puluhan negara lain di dunia yang menjadi tujuan turis Australia," katanya.

"Itu salah satu risiko yang ada di luar sana dan selalu ada, tetapi sisi baiknya adalah ada langkah yang diambil untuk mengatasinya."

"Kita perlu warga Australia yang pulang untuk mengambil tindakan pencegahan, kita mau orang-orang ini untuk melakukan hal yang benar: jangan membawa produk hewani, alas kaki dan pakaian Anda yang mungkin ada di tas Anda harus dipastikan semuanya bersih."

4 dari 4 halaman

PM Australia Tak Bakal Tutup Perbatasan dengan Indonesia Meski Ada Wabah PMK

Wabah Penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia membuat banyak pihak di Australia khawatir akan penularannya. Kendati demikian PM Anthony Albanese tetap bersikukuh menolak untuk menutup perbatasan dengan RI meskipun didesak banyak pihak di negaranya.

Menurut informasi yang dikutip dari ABC Indonesia, Selasa (26/7/2022), Minggu ini partai koalisi di Australia berulang kali bersikeras meminta Pemerintah Australia untuk menutup perbatasan ke Bali yang jadi tujuan populer warga Australia.

Mereka khawatir pelaku perjalanan tanpa disadari dapat membawa penyakit hewan ternak ke Australia.

Seperti yang dikatakan pemimpin Oposisi, Peter Dutton, kondisi saat ini di Indonesia "berpotensi menjadi bencana" bagi Australia jika virus tersebut menjangkit industri peternakan Australia yang bernilai miliaran dolar.

"Ada sekitar 65 juta ternak di Indonesia saat ini dan ada sekitar 400.000 ternak yang telah teridentifikasi dengan virus ini … ada di 22 provinsi. Merembet seperti api," kata Dutton.

"Jika virus ini terdeteksi pada satu [hewan], industri akan tutup dalam sekejap. Kita akan melihat tak terhitung banyaknya ternak yang harus disembelih di negara kita dan peternak akan berpotensi rugi selama bertahun-tahun."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.