Sukses

PM Australia Tak Bakal Tutup Perbatasan dengan Indonesia Meski Ada Wabah PMK

PM Australia, Anthony Albanese, tetap bersikukuh menolak untuk menutup perbatasan antara Australia dan Indonesia, meski ada kekhawatiran atas wabah Penyakit mulut dan kuku (PMK).

, Melbourne - Wabah Penyakit mulut dan kuku (PMK) di Indonesia membuat banyak pihak di Australia khawatir akan penularannya. Kendati demikian PM Anthony Albanese tetap bersikukuh menolak untuk menutup perbatasan dengan RI meskipun didesak banyak pihak di negaranya.

Menurut informasi yang dikutip dari ABC Indonesia, Selasa (26/7/2022), Minggu ini partai koalisi di Australia berulang kali bersikeras meminta Pemerintah Australia untuk menutup perbatasan ke Bali yang jadi tujuan populer warga Australia.

Mereka khawatir pelaku perjalanan tanpa disadari dapat membawa penyakit hewan ternak ke Australia.

Seperti yang dikatakan pemimpin Oposisi, Peter Dutton, kondisi saat ini di Indonesia "berpotensi menjadi bencana" bagi Australia jika virus tersebut menjangkit industri peternakan Australia yang bernilai miliaran dolar.

"Ada sekitar 65 juta ternak di Indonesia saat ini dan ada sekitar 400.000 ternak yang telah teridentifikasi dengan virus ini … ada di 22 provinsi. Merembet seperti api," kata Dutton.

"Jika virus ini terdeteksi pada satu [hewan], industri akan tutup dalam sekejap. Kita akan melihat tak terhitung banyaknya ternak yang harus disembelih di negara kita dan peternak akan berpotensi rugi selama bertahun-tahun."

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Tolak Tutup Perbatasan RI-Australia, Dukung UU Biosekuriti

Meski dengan tegas menyatakan tak akan menutup perbatasan dengan Indonesia, PM Albanese mengatakan tetap mendukung undang-undang biosekuriti baru yang akan diuji coba selama tiga bulan.

"Ini adalah langkah-langkah terkuat yang pernah diperkenalkan oleh Pemerintah Australia, dalam hal biosekuriti terkait penyakit mulut dan kuku," kata PM Albanese.

PM Albanese juga menjawab mengapa dia tidak mempertimbangkan menutup perbatasan ke Indonesia meskipun ada kekhawatiran yang meningkat.

"Ya, karena Federasi Tani Nasional tidak mengusulkan itu, begitu pula organisasi pertanian tertinggi. Jika kita melakukannya, tentu saja akan ada tanggapan dari sana," katanya.

"Yang kita coba hindari adalah dampaknya pada perdagangan, dan untuk itu kita tidak bisa melakukannya hanya dengan melompat ke kebijakan yang tidak pernah diambil dan diterapkan oleh pemerintah sebelumnya."

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

3 dari 4 halaman

Pemerintah Australia Terapkan Langkah Terkuat, Jurus Keset Sanitasi

Sementara itu, Menteri Pertanian Australia, Murray Watt, hari Jumat lalu (22/07) memberi kuasa kepada petugas biosekuriti di bandara Australia untuk memerintahkan para pelaku perjalanan melepas sepatu mereka atau berjalan di atas keset sanitasi saat mereka kembali dari tempat yang diidentifikasi sebagai 'hot spots' seperti Bali.

Wisatawan yang kembali dari Indonesia akan diarahkan untuk berjalan di atas keset yang berfungsi membersihkan dan menghilangkan kotoran atau partikel dari bagian bawah sepatu.

Tapi Menteri Murray mengatakan tidak semua pelaku perjalanan dari Indonesia akan diminta melakukannya, hanya mereka yang termasuk dalam kategori 'berisiko tinggi' seperti yang menyatakan pernah ke area pertanian dan peternakan atau membawa produk tertentu di kartu imigrasi kedatangan.

"Penting untuk dicatat bahwa Australia saat ini bebas dari penyakit mulut dan kuku, dan bahwa produk-produk buatan Australia akan terus tersedia untuk dunia," kata PM Albanese.

"Dan penting bagi kita untuk mencoba melakukan apa saja yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan posisi itu."

4 dari 4 halaman

Australia Masih Bebas PMK

Menteri Watt juga mengatakan meskipun ada temuan-temuan ini, sampai sekarang Australia tetap bebas penyakit mulut dan kuku.

Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit hewan yang sangat menular yang menyerang sapi, domba, kambing, dan babi tetapi tidak menimbulkan ancaman bagi manusia.

Pemodelan pemerintah Australia memproyeksikan wabah PMK yang meluas di Australia akan diperkirakan berdampak ekonomi langsung sekitar A$80 miliar.

Lebih dari 317.000 hewan telah terinfeksi di 21 provinsi di Indonesia, sebagian besar di pulau terpadat di Jawa dan Sumatera, dengan lebih dari 3.400 hewan dimusnahkan, menurut data pemerintah Indonesia.

Menteri Pertanian Australia Yakin Indonesia Mampu Atasi Penyebaran PMK Hewan

Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Australia Murray Watt meyakini bahwa Indonesia dan negaranya mampu menyelesaikan isu Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak.

Dalam kunjungannya ke Indonesia, Kamis (14/7/2022), Menteri Murray Watt menyebut keprihatinannya terhadap penyebaran penyakit tersebut.

"Indonesia jelas salah satu tetangga terdekat kami. Dan ada banyak perjalanan antara orang-orang yang bepergian antara Australia dan Indonesia," ujar Menteri Murray Watt saat melakukan kunjungan ke Indoguna Meat Shop di Jakarta Selatan.

"Dan kita tahu bahwa pemerintah Indonesia juga menanggapi hal ini dengan sangat serius," tambahnya.

Murray Watt menganggap pemerintah Indonesia telah sangat serius dan telah menerapkan langkah-langkahnya sendiri.

"Saya sangat senang mendengar khususnya dari Menteri Pertanian tentang langkah-langkah yang secara khusus dibawa di Bali. Jelas, ada banyak sekali pelancong antara Australia dan Bali."

"Jadi itu menjadi perhatian khusus bagi kami. Dan saya sangat senang mendengar tentang beberapa tindakan yang sekarang telah dilakukan di bandara-bandara khususnya di Bali, oleh pemerintah Indonesia."

"Itu menjadi perhatian. Tapi saya yakin Indonesia akan menghadapinya dengan baik dan kami tetap siap membantu dengan cara apa pun yang kami bisa."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.