Sukses

Kasus COVID-19 Hari Ini Capai 567 Juta, Infeksi Indonesia ke-7 Terbanyak di Asia

Sudah 6.380.556 kematian tercatat akibat infeksi kasus Virus Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Data dari COVID-19 Dashboardby the Center for Systems Science and Engineering (CSSE) di Johns Hopkins University (JHU) pada Jumat (22/7/2022) menunjukkan kasus COVID-19 hari ini di dunia menembus 567.854.124. Dengan penambahan 24.997.851 dalam 28 hari terakhir.

Sudah 6.380.556 kematian tercatat akibat infeksi COVID-19, dengan penambahan 53.434 kematian dalam 28 hari terakhir. Sementara total vaksin COVID-19 yang sudah disuntikkan mencapai 11.857.024.615 dosis.

Amerika Serikat (AS) terpantau berada di urutan pertama negara dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir dan secara total keseluruhan.

Dalam 10 besar negara dengan penambahan kasus Virus Corona COVID-19 terbanyak 28 hari terakhir, sejumlah di antaranya berasal dari Asia. Berikut ini urutannya:

  1. Amerika Serikat
  2. Prancis
  3. Jerman
  4. Italia
  5. Brasil
  6. Jepang
  7. Australia
  8. Taiwan
  9. Korea Selatan
  10. Inggris

Menurut urutan tersebut, negara dan kawasan di Asia tercatat dengan penambahan kasus COVID-19 terbanyak dalam 28 hari terakhir. Yakni Jepang dan Taiwan.

Kasus di Asia 

Sementara itu, menurut data dari situs World-o-Meter, kasus COVID-19 di Asia secara total telah menembus 164.764.041.

Sementara itu, didapati India sebagai negara di Asia dengan kasus COVID-19 terbanyak. Berikut ini 10 besar urutannya dengan total infeksinya:

  1. India 43.842.235
  2. Korea Selatan 19.077.659 dengan penambahan kasus baru 68.579
  3. Turki 15.524.071
  4. Vietnam 10.764.986
  5. Jepang 10.604.679
  6. Iran 7.304.550
  7. Indonesia 6.154.494
  8. Korea Utara 4.772.440
  9. Malaysia 4.640.235
  10. Thailand 4.570.885

Sementara itu, di Tanah Air, Kementerian Kesehatan RI meminta masyarakat tetap waspada terhadap Omicron BA.4 dan BA.5 yang kini mendominasi penularan di Indonesia. Meski tingkat kematian dan angka masuk rumah sakit rendah dibanding gelombang sebelumnya tidak boleh menganggap remeh.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan angka kematian yang rendah harus tetap disikapi dengan kewaspadaan. Syahril mengatakan tidak bolehanggap remeh karena penularan COVID-19 masih terjadi dalam skala dunia. Setiap pihak harus disiplin menerapkan protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi termasuk booster seperti disampaikan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Joe Biden Positif COVID-19, Begini Kondisinya Kata Dokter Kepresidenan AS

Di AS, Joe Biden positif COVID-19.

Presiden AS Joe Biden mengatakan pada Kamis 21 Juli 2022 waktu AS bahwa dia "baik-baik saja" setelah hasil tes menunjukkan dirinya positif COVID-19 pada usia 79 tahun. Ia pun berjanji untuk terus bekerja sambil mengisolasi diri di Gedung Putih hanya dengan gejala ringan.

Mengutip Channel News Asia, Jumat (22/7/2022), dokter pribadi Joe Biden, Kevin O'Connor menulis dalam catatan resmi bahwa presiden AS itu mengalami kelelahan, pilek, dan sesekali batuk kering, mulai Rabu 20 Juli malam.

Dalam serangkaian posting yang dibuat untuk menunjukkan bahwa dia tetap memimpin negara, Biden men-tweet foto dirinya bekerja di mejanya seraya mengatakan "Saya baik-baik saja". Selain itu ia juga menyertakan klip video pendek yang menunjukkan dirinya berada di balkon Gedung Putih.

"Hai teman-teman, saya kira Anda mendengar pagi ini (Kamis 21 Juli waktu AS) saya dinyatakan positif COVID," kata presiden AS yang mengenakan blazer, tanpa dasi, dan sedikit tersenyum pada video di Twitter.

"Gejalanya ringan, saya sangat menghargai semua pertanyaan dan perhatian Anda ... itu akan baik-baik saja."

3 dari 4 halaman

Tokyo Catat 30 Ribu Kasus COVID-19 dalam Sehari

Sementara itu, kasus COVID-19 di Jepang sedang meningkat pesat. Di Tokyo, ada 31.878 kasus virus corona dalam sehari pada Kamis (21/7/2022).

Menurut laporan Kyodo, angka itu adalah rekor terbaru di Tokyo sejak jumlah kasus pandemi COVID-19 tercatat. Rekor sebelumnya adalah 21.562 kasus pada 2 Februari 2022.

Lonjakan kasus terkini karena penyebaran sub-varian Omicron: BA.5.

Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno berkata perlunya memantau dampak terhadap sistem medis. Akan tetapi, ia tidak membahas pembatasan mobilitas.

Sementara, Menteri Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan Shigeyuki Goto menyebut bahwa lonjakan kasus ini "dapat menambah jumlah pasien-pasien dengan gejala-gejala parah dan berdampak pada sistem kesehatan sebagaimana hal itu bisa membuat infeksi kelompok."

Infeksi kelompok itu dikhawatirkan bisa terjadi di rumah sakit dan rumah rawat (nursing home).

Sementara, kasus secara nasional tembus 160 ribu dalam skala nasional. Ada 30 dari 47 prefektur di Jepang yang mencatat rekor kasus baru pada Rabu kemarin.

Gubernur Osaka Hirofumi Yoshimura mengingatkan bahwa sistem kesehatan di prefektur telah terbebani setelah kasus harian mencapai 21. 976 kasus pada Rabu kemarin. Meski begitu, pemerintah Jepang belum menunjukkan sinyal untuk memperketat mobilitas. 

Lima prefektur dengan total kasus tertinggi adalah Tokyo, Osaka, Kanagawa, Aichi, dan Saitama. Tokyo, Kanagawa, dan Saitama adalah daerah bertetangga. 

4 dari 4 halaman

Kemenkes RI Harap Prediksi Puncak COVID-19 di Atas 20 Ribu Kasus Tak Terwujud

Dalam beberapa hari ini, kasus baru COVID-19 nasional berada di kisaran angka 4.000 dan 5.000. Angka ini masih terus naik, yang mana Indonesia diprediksikan mencapai puncak kasus di angka 20.000 per hari pada Juli 2022.

Meski begitu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia Mohammad Syahril berharap prediksi puncak COVID-19 dengan angka sampai 20.000 kasus per hari tidak terwujud. Maka dari itu, antisipasi Pemerintah untuk mengendalikan kasus terus berjalan. 

Berdasarkan data Kemenkes dari pengalaman gelombang COVID-19 sebelumnya, kenaikan kasus disebabkan adanya penyebaran varian virus Corona. Terlebih, dominasi subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia sudah 81 persen.

'Anakan' Omicron lain, yakni varian BA.2.75 yang beberapa hari lalu terdeteksi di Indonesia juga menjadi kekhawatiran terhadap lonjakan kasus COVID-19. Sebab, varian yang juga dijuluki Centaurus ini sudah menyebar di berbagai negara lain.

"Lonjakan itu artinya memang ada kemungkinan. Setiap varian itu kan bisa menyebabkan lonjakan, tetapi tidak mesti prediksi jumlahnya itu pasti atau tepat," ucap Syahril kepada Health Liputan6.com melalui sambungan telepon, ditulis Kamis (21/7/2022).

"Contoh, kita prediksi 20.000-an kasus COVID-19, tapi kan sampai saat ini belum. Kasus baru sekitaran angka 3.000, 4.000-an kasus. Mudah-mudahan, antisipasi kita, kewaspadaan kita ya tidak terwujud prediksinya."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.