Sukses

Seorang Pilot Tewas dalam Kecelakaan Pesawat Saat Padamkan Kebakaran di Portugal

Seorang pilot tewas pada Jumat (15/7) setelah pesawat amfibinya jatuh saat memadamkan api di kotamadya Vila Nova de Foz Coa di Portugal utara.

Liputan6.com, Lisbon - Seorang pilot tewas pada Jumat (15/7) setelah pesawat amfibinya jatuh saat memadamkan api di kotamadya Vila Nova de Foz Coa di Portugal utara.

Dikutip dari laman Xinhua, Sabtu (16/7/2022) hal ini diungkapkan oleh pihak berwenang setempat.

Kematian diumumkan di tempat oleh tim medis Institut Nasional Darurat Medis, dan tubuh pilot hangus dan pesawat amfibi hancur, kata pihak berwenang.

Kantor Pencegahan dan Investigasi Kecelakaan Pesawat dan Kecelakaan Kereta Api telah meluncurkan penyelidikan atas kecelakaan tersebut.

Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa menyatakan "penyesalan yang sangat mendalam" atas kematian pilot.

Daratan Portugal berada dalam situasi darurat hingga 15 Juli, karena risiko kebakaran yang semakin parah, dengan suhu yang bisa melebihi 45 derajat Celcius di beberapa bagian negara itu.

Mobil pemadam kebakaran diparkir dekat rumah-rumah untuk melindungi mereka dari kebakaran hutan yang mengamuk di Desa Serra do Branco, dekat Leiria, Portugal, 12 Juli 2022.

Ratusan petugas pemadam kebakaran di Portugal terus memadamkan api di pusat negara yang memaksa evakuasi puluhan orang dari rumah mereka sebagian besar di desa-desa sekitar Santarem, Leiria, dan Pombal.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Kecelakaan Pesawat China Eastern Airlines

Menukik tajam. Dalam 3 menit, pesawat China Eastern Airlines meluncur dari ketinggian 29.100 kaki (8.870 meter) menjadi 3.225 kaki (982 meter). Pesawat pun jatuh dan terbakar.

Boeing 737-800 itu membawa 132 orang, terdiri dari 123 penumpang dan 9 awak kabin. Kecelakaan mulai diketahui ketika media lokal melaporkan penerbangan China Eastern Airlines MU5735 tidak tiba seperti yang direncanakan di Guangzhou, setelah lepas landas dari Kunming tak lama setelah pukul 13.00 waktu setempat, Senin 21 Maret 2022.

Burung besi itu hilang dari radar setelah terbang lebih dari satu jam. Situs web pelacakan penerbangan FlightRadar24, tidak menunjukkan data penerbangan MU5735 setelah pukul 14.22 waktu setempat.  

Video amatir memperlihatkan pesawat jatuh di pegunungan dekat desa Molang, daerah otonomi Guangxi pada pukul 14.38 waktu setempat. Kepulan asap putih terlihat membubung dan dilaporkan hutan di gunung tersebut terbakar.

 

  

"Saya mendengar deru pesawat di sisi lain bukit. Sedetik kemudian, terjadi ledakan," kata seorang pekerja di dekat lokasi kecelakaan, seperti dilansir Xinhua, Selasa (22/3/2022).

Seorang penduduk desa, Chen Weihao sedang bekerja di sebuah peternakan ketika dia melihat pesawat itu menukik. "Pesawat tampak utuh ketika menukik. Dalam hitungan detik, jatuh," kata Chen, yang menambahkan bahwa lokasi kecelakaan adalah celah di gunung di mana tidak ada penduduk yang tinggal.

Api dari kecelakaan pesawat itu kini telah padam dan operasi penyelamatan sedang berlangsung, kata Chen Jie, seorang pejabat dari departemen manajemen darurat regional.

3 dari 4 halaman

Pemadam Kebakaran Dikerahkan

Pemadam kebakaran Wuzhou telah mengirim 117 petugas pemadam kebakaran dengan 23 truk pemadam kebakaran ke lokasi. Lebih lanjut 538 petugas pemadam kebakaran dari bagian lain Guangxi telah dikirim untuk bergabung dengan upaya penyelamatan, kata departemen pemadam kebakaran regional di akun Weibo-nya.

Provinsi tetangga, Guangdong, juga mengirimkan 505 petugas pemadam kebakaran dan 97 kendaraan untuk membantu operasi penyelamatan, dengan kelompok pertama sudah berada di lokasi.

"Ada beberapa puing pesawat di celah di gunung itu," kata seorang petugas penyelamat di lokasi kecelakaan kepada Xinhua. "Ada potongan sayap, salah satunya sekitar 2 atau 3 meter. Ada puing-puing lainnya, mungkin ada potongan pakaian."

Penduduk desa Shi Fuxiong mengatakan dia melihat lubang besar di lokasi kecelakaan dan pohon-pohon di sekitarnya dalam jarak puluhan meter telah rata dengan tanah. "Ada banyak puing-puing kecil dari pesawat dan bagasi, tetapi tidak ada puing-puing besar."

Meski puing-puing pesawat China Eastern Airlines telah ditemukan, namun belum ada penumpang pesawat jatuh tersebut yang terdeteksi saat pencarian berlanjut pada Selasa (22/3/2022).

"Puing-puing pesawat ditemukan di tempat kejadian, tetapi sampai sekarang, tidak ada satu pun dari mereka yang kehilangan kontak telah ditemukan," kata penyiar CCTV, lebih dari 18 jam setelah kecelakaan itu, seperti dikutip dari laman Channel News Asia. 

Laporan itu mengatakan, drone dan pencarian manual akan digunakan untuk mencoba menemukan kotak hitam, yang menyimpan data penerbangan dan perekam suara kokpit yang penting untuk investigasi kecelakaan pesawat tersebut.

4 dari 4 halaman

Pandangan Pengamat

Menurut Pengamat Penerbangan Alvin Lie, jatuhnya pesawat China Eastern Airlines itu tidak lazim. "Sangat aneh. Pesawat sedang dalam ketinggian jelajah 29 ribu kaki mendadak menukik. Sangat tidak lazim," ujarnya ketika dihubungi Liputan6.com, Selasa (22/3/2022).

Ia menjelaskan, ada tiga kemungkinan penyebab jatuhnya pesawat tersebut. Pertama, adanya masalah dengan elevator. Elevator adalah sirip pada ekor yang bentuknya horizontal, dan yang mengatur pesawat itu mendongak atau menukik.

Kedua, sambungnya, pesawat mungkin mengalami kerusakan pada sayapnya. "Ada sayap yang patah sehingga pesawat tidak bisa terbang lagi, karena yang menerbangkan pesawat itu adalah sayap."

Ketiga, kemungkinan tindakan orang yang mengendalikan pesawat tersebut. "Ini bisa sengaja, bisa tidak sengaja sehingga pesawat tersebut menukik," imbuhnya.

Alvin menilai, jatuhnya pesawat tersebut kemungkinan besar tidak hanya dikarenakan adanya kerusakan mesin. "Kalau hanya kerusakan mesin tidak sampai begitu. Pesawat masih bisa melayang."

Ia juga menyampaikan data bahwa dari statistik kecelakaan pesawat dalam fase jelajah atau enroute, hanya sekitar 7% dari seluruh kecelakaan dalam 20 tahun terakhir. Sementara, rasio tertinggi kecelakaan terjadi dalam fase pendaratan yakni sekitar 58%.

"Saya tidak mengatakan ini yang menyebabkan kecelakaan tersebut karena kita belum mempunyai informasi yang lebih lengkap lagi, jadi saya tidak bisa menduga penyebabnya," ungkapnya sambil menegaskan bahwa ia hanya mengungkapkan kemungkinan penyebabnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.